Bareksa.com - Menutup pekan ketiga di bulan Februari 2020, bursa saham domestik mengalami pergerakan cukup positif. Dalam periode 17-21 Februari 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi penguatan 0,26 persen ke level 5.882,26.
Kenaikan yang ditorehkan bursa saham Tanah Air masih cukup bagus jika dibandingkan dengan kinerja utama bursa utama Asia. Indeks Nikkei (Jepang) misalnya yang merosot 1,82 persen, Indeks Kospi (Korea Selatan) bahkan anjlok 3,6 persen. Hanya Indeks Shanghai Composite (China) yang melesat lebih dari 4 persen.
Wabah virus corona yang melanda China dan negara lainnya masih menjadi fokus utama pelaku pasar. Berdasarkan data dari ArcGis dari Johns Hopkins CSSE hingga saat ini Covid-19 sudah menewaskan 2.360 orang dan menjangkiti 77.661 orang di berbagai negara. Dari angka tersebut, sebanyak 13 korban meninggal di luar China yang merupakan pusat wabah Covid-19.
Wabah tersebut diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi China dan turut menyeret negara-negara lainnya, bahkan perekonomian global. Hasil riset S&P memprediksi produk domestik bruto (PDB) Negeri Tirai Bambu akan terpangkas hingga 1,2 persen.
Di awal pekan lalu, Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) sekali lagi bertindak guna meredam dampak wabah virus corona ke perekonomian.
PBoC menurunkan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) tenor setahun dari 3,25 persen jadi 3,15 persen. Selain itu PBoC juga akan menggelontorkan dana senilai US$29 miliar dalam bentuk pinjaman jangka menengah.
Kamis lalu giliran LPR yang diturunkan, tenor setahun menjadi 4,05 persen dari 4,15 persen, dan tenor lima tahun turun 4,75 persen menjadi 4,8 persen.
Sementara dari dalam negeri, setelah melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari, Bank Indonesia(BI) memutuskan memangkas suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate 25 basis poin menjadi 4,75 persen.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Februari 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen, suku bunga deposit facility 25 bps menjadi 4 persen, dan suku bunga lending facility 25 bps menjadi 5,5 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (20/2/2020).
Dengan pemangkasan suku bunga tersebut, diharapkan roda perekonomian dalam negeri lebih terpacu untuk meredam efek pelambatan ekonomi China. Akibat pelambatan tersebut, BI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi masih optimistis di atas 5 persen.
Reksadana Saham Moncer
Kondisi bursa saham yang menguat walaupun masih cenderung terbatas sepanjang pekan lalu, turut memberikan sentimen positif bagi kinerja reksadana saham yang memang menempatkan mayoritas dana portofolionya dalam aset tersebut.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham tercatat menguat 0,3 persen sepanjang pekan lalu, hanya lebih rendah dari indeks reksadana campuran yang naik 0,33 persen.
Berikutnya indeks reksadana pendapatan tetap juga bertambah 0,30 persen, hanya indeks reksadana pasar uang yang terkoreksi 0,14 persen.
Sumber: Bareksa
Secara lebih rinci, sepuluh besar imbal hasil (return) tertinggi mingguan didominasi oleh produk reksadana saham, dan ada satu produk reksadana campuram. Produk-produk tersebut mencatatkan kinerja dengan return yang berkisar 1,02 persen hingga 2,35 persen.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.