Commonwealth : Pasar Fluktuatif, Reksadana Pendapatan Tetap Disarankan

Bareksa • 14 Feb 2020

an image
EVP, Head of Wealth Management & Client Growth Commonwealth Bank Ivan Jaya (Bareksa/AM)

Di Bareksa, ada 44 produk reksadana pendapatan tetap yang bisa dipilih

Bareksa.com - PT Bank Commonwealth merekomendasikan investor untuk berinvestasi di pasar obligasi di tengah ketidakpastian yang terjadi saat ini. Pasalnya, volatilitas yang terjadi di pasar obligasi cenderung lebih rendah dibandingkan yang terjadi di saham.

Head of Wealth Management and Premier Banking Bank Commonwealth, Ivan Jaya, menjelaskan tahun 2020 sebenarnya diawali dengan ekspektasi akan adanya pertumbuhan, setelah AS dan China menandatangani kesepakatan dagang fase pertama. Namun harapan ini memudar setelah mewabahnya virus corona yang berdampak negatif terhadap perekonomian global.

"Meskipun banyak ekonom menilai masih terlalu dini untuk menghitung dampak akibat penyebaran wabah virus corona. Namun bagi mitra dagang China, berhentinya aktivitas bisnis dan manufaktur akibat penyebaran virus tersebut dapat menghambat rantai pasokan secara luas," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima pada (13/2/2020).

Ivan mengungkapkan, kehadiran virus corona ini membawa kekhawatiran pada investor pasar keuangan yang menyebabkan pasar saham global dan domestik anjlok. Hal ini terjadi sejak bulan lalu dan berlanjut di pekan pertama Februari 2020.

Dari sisi domestik, meski perekonomian Indonesia tumbuh 5,02 persen, namun fundamental ekonomi Indonesia masih kuat, ditopang perbaikan ekspor dan konsumsi rumah tangga yang cukup baik. Selain itu, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate di level 5 persen, cadangan devisa per akhir Desember 2019 naik US$2,55 miliar jadi US$129,18 miliar, dan inflasi Indonesia tahun 2019 tercatat 2,72 persen

Bahkan, Lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service (Moody’s) mengafirmasi peringkat sovereign credit rating Indonesia pada level Baa2/outlook stabil (investment grade) pada 10 Februari lalu dan sebelumnya Fitch Ratings mempertahankan peringkat kredit Indonesia di BBB dengan outlook stabil.

Namun selain adanya sentimen positif di atas, investor tetap harus memperhatikan seberapa besar dampak penyebaran wabah virus corona terhadap perekonomian Indonesia dan global. Selain itu, investor juga harus memperhatikan perkembangan pembahasan RUU Omnibus Law.

Melihat kondisi tersebut, Ivan melanjutkan, strategi investasi yang dapat dilakukan pada bulan ini adalah dengan menambah portofolio di instrumen pendapatan tetap yakni obligasi. Pasalnya, obligasi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan instrumen lain.

Hal pertama, adalah investor akan mendapatkan kupon secara berkala, yang tingkat kuponnya biasanya lebih tinggi dari bunga deposito. Kedua, investor berpotensi memperoleh capital gain, jika obligasi tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Ketiga, risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen saham.

"Harga obligasi di pasar sekunder cenderung memiliki volatilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan instrumen saham. Bahkan untuk obligasi yang diterbitkan pemerintah para pelaku pasar sepakat bahwa instrumen tersebut merupakan instrumen yang bebas risiko alias risk free," kata dia.

Untuk tahun 2020 ini, pemerintah rencananya akan menerbitkan SBN ritel sebanyak 6 kali yakni seri ORI dan SR masing-masing 1 kali penerbitan. Sementara seri SBR dan ST masing-masing 2 kali penerbitan. Seri perdana SBN ritel tahun ini telah ditawarkan pemerintah pada akhir Januari lalu yakni SBR009 dengan masa pemesanan 27 Januari – 13 Februari 2020. Sementara SBN ritel berikutnya rencananya akan ditawarkan pada 24 Februari 2020.

Pembelian obligasi ini juga bisa dilakukan melalui instrumen reksadana pendapatan tetap. Di Bareksa, ada 44 produk reksadana pendapatan tetap yang bisa dipilih. Dari 44 reksadana tersebut, ada 10 reksadana yang bisa memberikan tingkat imbal hasil di atas 25 persen dalam tiga tahun.

NAV Reksadana Pendapatan Tetap dalam 3 Tahun


Sumber : Bareksa

Selain obligasi, Ivan masih menyarankan investor untuk menambah investasinya di instrumen saham. Namun, saran investasi ini terbatas bagi investor agresif. Instrumen saham ini bisa didapatkan dengan membeli reksadana saham. Membeli saham melalui reksadana saham dinilai lebih kecil risikonya dibandingkan membeli saham secara langsung karena perusahaan manajemen investasi yang mengelola reksadana saham menempatkan dana investor di instrumen yang sudah diperhitungkan dengan cermat.

Di Bareksa, terdapat 74 produk reksadana saham yang bisa dipilih. Dari 74 produk tersebut, ada 5 produk yang memberikan tingkat imbal hasil di atas 20 persen dan bahkan Sucorinvest Maxi Fund bisa memberikan imbal hasil 40,06 persen dalam tiga tahun.

NAV Reksadana Saham dalam 3 Tahun


Sumber : Bareksa

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.