Bareksa - PT Insight Investments Management menargetkan dana kelolaan (asset under management/AUM) tahun ini bisa bertumbuh 15-20 persen. Pertumbuhan ini disesuaikan dengan kondisi pasar tahun ini.
Direktur Utama Insight Investments Management, Ekiawan H Primaryanto, mengungkapkan pada tahun ini, perseroan akan mengandalkan empat jenis reksadana untuk mencapai target AUM.
"Reksadana yang akan ditonjolkan tahun ini adalah I-Government Fund, I-Renewable Energy, Indeks Insight Sri Kehati Likuid dan ETF FTSE," jelas dia di Jakarta akhir pekan lalu.
Sedangkan pada 2019, ada tiga jenis reksadana yang paling berkontribusi terhadap AUM perseroan, yakni I-Government Fund, I-Retail Cash Fund dan I-Renewable Energy Fund. Ketiga jenis reksadana ini membuat AUM perseroan bisa mencapai 95 persen dari target yang ditetapkan pada 2019.
Untuk mendukung perolehan AUM pada 2020, perseroan akan menggunakan metode pemasaran yang lebih mudah dan cepat. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan sistem pemasaran digital melalui situs www.insights.id.
"Kami juga secara aktif berinteraksi melalui media sosial dan website," kata dia.
Tahun ini, perseroan juga berencana meluncurkan beberapa produk. Adapun produk tersebut adalah reksadana ETF, reksadana penyertaan terbatas (RDPT), dan beberapa reksadana terproteksi.
Sebelumnya, pada 2019, perseroan juga berencana meluncurkan RDPT dengan target dana kelolaan Rp1 triliun. Chief Investment Officer Insight Investments Management, Genta Wira Anjalu, menjelaskan pihaknya akan menggandeng perusahaan BUMN untuk menerbitkan RDPT tersebut. Sebab proyek perusahaan BUMN cenderung memiliki performa bagus, sehingga perseroan bisa mengurangi risiko dari RDPT.
Selain produk RDPT, perseroan akan meluncurkan sembilan produk lainnya pada 2019. Produk tersebut bermacam-macam jenisnya mulai dari produk reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan reksadana terproteksi.
Sementara total reksadana yang dimiliki perseroan hingga kini telah mencapai 80 produk. Genta mengungkapkan, produk tersebut mayoritas adalah reksadana konvensional atau lebih dari 50 persen. Sedangkan sisanya adalah reksadana syariah.
Dari segi dana kelolaan, perseroan menargetkan Rp20 triliun pada 2019. Sedangkan sampai Juli 2019, perseroan sudah membukukan dana kelolaan Rp16,5 triliun.
Sejauh ini Genta mengungkapkan, reksadana saham memiliki performa yang paling bagus di Insight. Pertumbuhan imbal hasil reksadana saham tersebut bisa mencapai 50 persen. "Untuk performa kami memiliki tim analis yang melakukan riset yang bisa akses ke emiten dengan lebih baik," kata dia.
Kendati demikian, Genta menyarankan investor untuk berinvestasi di reksadana campuran dalam setahun ke depan. Pasalnya, gejolak ekonomi global pada 2019 berpengaruh negatif terhadap reksadana saham.
Berdasarkan data Bareksa, Insight Investments Management mencatatkan AUM Rp16,75 triliun pada Desember 2019. Nilai tersebut meningkat dibandingkan akhir 2018 yang mencapai Rp15,05 triliun.
AUM Insight Investments Management
Sumber : Bareksa
Sedangkan dari sisi produk, Insight Investments Management memiliki 96 produk. Produk tersebut terdiri dari 22 reksadana campuran, dua indeks dan ETF, lima reksadana pasar uang, 11 reksadana pendapatan tetap, dua reksadana saham dan sisanya adalah reksadana terproteksi.
Salah satu produk reksadana perseroan yang mencatatkan imbal hasil cukup signifikan adalah reksadana pendapatan tetap, I-Hajj Syariah Fund. Reksadana ini bisa memberikan imbal hasil hingga 23,71 persen dalam tiga tahun.
Sumber : Bareksa
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut, nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada di dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.
Jenis reksadana yang dipilih, bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker, atau low-risk taker. Jika kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.
Sementara jika cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Jika cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).
Perlu diketahui soal reksadana, selain aman karena diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksadana juga berpotensi memberikan imbal hasil optimal, bukan objek pajak, serta sangat berpeluang bisa mengalahkan angka inflasi.
Demi kenyamanan berinvestasi pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu ya.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.