Bareksa.com - Setelah mencatatkan kinerja yang moncer sepanjang tahun 2019, prospek reksadana pendapatan tetap diprediksi masih paling menarik tahun ini dibandingkan dengan reksadana jenis lainnya.
Sebagai catatan, reksadana pendapatan tetap menjadi jenis reksadana terbaik di mana sepanjang tahun lalu berhasil mencatatkan kenaikan 8,73 persen. Berikutnya di urutan kedua diraih oleh reksadana pasar uang yang tumbuh 4,74 persen, dan di urutan ketiga ditempati oleh reksadana campuran yang tumbuh 2,22 persen.
Di sisi lain, kondisi pasar saham yang terbilang mengecewakan sepanjang tahun 2019, membuat reksadana saham harus rela menyandang status sebagai jenis reksdana dengan kinerja terburuk yakni minus 12,68 persen.
Hal tersebut disebabkan oleh kondisi pasar yang tidak sesuai perkiraan setelah Pemilu akibat eskalasi perang dagang dan anjloknya kinerja beberapa reksadana saham yang berinvestasi pada saham-saham yang dinilai gorengan.
Sumber: Bareksa
Positifnya kinerja reksadana pendapatan tetap disebabkan oleh tren penurunan suku bunga BI7DRR yang terjadi pada tahun lalu, di mana Bank Indonesia (BI) total telah menurunkan tingkat suku bunga acuan sebanyak 100 bps (1 persen) sepanjang tahun 2019. Secara teori, ketika suku bunga turun, maka obligasi yang menjadi aset dasar dari reksadana pendapatan tetap akan mengalami kenaikan.
Adapun untuk tahun ini, ekspektasi penurunan suku bunga menjadi sentimen positif bagi kinerja reksadana pendapatan tetap. Ditambah, volatilitas di pasar saham membuat prospek obligasi tetap menarik.
Terlebih angka inflasi yang baru dirilis kemarin, di mana pada Januari 2020 Badan Pusat Statstik (BPS) mencatat inflasi berada di level 0,39 persen secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 2,68 persen.
Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang memperkirakan bahwa pada bulan lalu terjadi inflasi sebesar 0,46 persen secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 2,85 persen.
Rendahnya angka inflasi yang berada di bawah target tentu menjadi indikasi adanya pelemahan daya beli oleh masyarakat, sehingga berpotensi membuat bank sentral dalam hal ini BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini.
Kondisi tersebut tentu menjadi sentimen positif bagi instrumen obligasi yang merupakan underlyng asset dari reksadana pendapatan tetap.
Meskipun penurunan BI7DRR diperkirakan tidak akan semasif pada tahun lalu, namun di tengah kondisi pasar saham yang juga masih terlihat belum kondusif di awal tahun ini, maka bukan hal yang mustahil jika reksadana pendapatan tetap diprediksi masih menjadi primadona pada tahun ini.
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka
(K01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.