Bareksa.com - Kinerka reksadana saham memerah sepanjang tahun lalu. Hal ini terlihat dari sisi pertumbuhan dana kelolaan alias asset under management (AUM).
Laporan Bareksa: Mutual Fund Industry Data Market – Monthly Report Desember 2019 menyebutkan, AUM reksadana saham pada Desember 2019 tercatat Rp146,4 triliun, minus atau anjlok sekitar 11,11 persen dibandingkan posisi Desember 2018 yang mencapai Rp164,7 triliun.
Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report December 2019
Meski demikian, posisi AUM reksadana saham pada Desember 2018, masih lebih besar dibandingkan posisi pada Desember 2017 yang baru Rp137,3 triliun.
Di sisi lain pertumbuhan reksadana saham, terjadi dari sisi penerbitan unit. Dibandingkan Desember 2018, pertumbuhan unit reksadana saham pada Desember 2019 tumbuh 8,85 persen menjadi 100,2 miliar unit dari sebelumnya 92,1 miliar unit.
Sumber: Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report December 2019
Siapa saja manajer investasi yang menjuarai dana kelolaan reksadana saham pada Desember 2019?
Top 10 MI Juara AUM Reksadana Saham (Desember 2019)
Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report December 2019
Dari sisi kepemilikan dana kelolaan (AUM), Schroders Indonesia (PT Schroder Investment Management Indonesia) menjadi juara dengan penguasaan market share AUM reksadana saham mencapai 17 persen. Dana kelolaan reksadana saham Schroders mencapai Rp25,27 triliun akhir tahun lalu.
Kemudian disusul Ashmore (PT Ashmore Asset Management Indonesia) dan Manulife Investment (PT Manulife Aset Manajemen Indonesia) di posisi kedua dan ketiga yang masing-masing menguasai pangsa pasar 8 persen dengan dana kelolaan Rp12,4 triliun dan Rp11,3 triliun.
Selanjutnya, pada posisi ke-4 ditempati Batavia PAM (PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen) yang menguasai market share AUM reksadana saham 7 persen dengan dana kelolaan Rp10,9 triliun.
Selanjutnya pada posisi ke-5 ada MMI atau PT Mandiri Manajemen Investasi dengan dana kelolaan Rp9,34 triliun (6 persen), disusul BNP AM (PT BNP Paribas Asset Management) di posisi ke-6 dengan market share 5 persen dan AUM Rp7,93 triliun. Eastpring menempati posisi ke-7, menguasai pangsa pasar AUM 4 persen dan dana kelolaan Rp5,16 triliun.
Sedangkan ketiga manajer investasi lainnya memiliki masing-masing menguasi market share AUM 3 persen yakni, Panin AM atau PT Panin Asset Management (posisi ke-8), Bahana TCW atau PT Bahana TCW Investment Management (posisi ke-9) dan Samuel AM atau PT Samuel Aset Manajemen (posisi ke-10). Ketiga MI itu masing-masing mencatatkan AUM reksadana saham Rp5,11 triliun, Rp4,74 triliun dan Rp4,08 triliun.
Reksadana Saham
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Secara umum jenis reksadana terbagi menjadi empat yakni reksadana pasar uang, pendapatan tetap, campuran dan saham. Pembagian jenis ini berdasarkan isi portofolio atau kumpulan efek yang membangun reksadana tersebut.
Sesuai namanya, reksadana saham adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas atau saham.
Karena mayoritas portofolionya ada di efek saham, maka sifat dan pergerakan reksadana saham mirip dengan sifat dan pergerakan saham.
Reksadana saham memiliki fluktuasi tinggi. Artinya, bisa naik dan turun dalam jangka waktu cepat. Akan tetapi, dalam jangka waktu panjang, reksadana jenis ini berpotensi tumbuh lebih tinggi dibandingkan jenis produk lain.
Tujuan investasi reksadana saham ialah untuk pertumbuhan harga saham atau unit dalam jangka panjang. Risikonya relatif lebih tinggi dari reksadana pasar uang reksadana pendapatan tetap, maupun reksadana campuran, tetapi memiliki potensi tingkat pengembalian yang paling tinggi (high risk high return).
Makanya, investasi di reksadana saham cocok untuk investasi jangka panjang di atas 5 tahun. Adapaun contoh tujuan keuangan jangka panjang adalah untuk pendidikan anak, liburan ke luar negeri, atau persiapan dana pensiun.
Melihat sifatnya yang high risk high return, reksadana saham cocok untuk investor yang memiliki profil risiko tinggi atau agresif. Sebab pemilik profil risiko agresif sangat siap untung dan juga siap rugi (risk taker).
Nah, orang dengan profil risiko agresif tentu siap kehilangan sebagian besar bahkan seluruh dana investasinya demi imbal hasil yang besar.
Potensi 2020
Meski tercatat sebagai satu-satunya produk reksadana yang berkinerja minus pada tahun lalu, reksadana saham masih punya peluang untuk memberikan return positif di tahun ini. Kinerja reksadana saham diyakini bisa lebih baik dari tahun lalu, meskipun tingkat ketidakpastian masih cukup tinggi. Tercatat dalam setahun terakhir periode 13 Januari 2019 - 10 Januari 2020 indeks reksadana saham masih negatif 16,2 persen.
Direktur Utama BNI-AM, Reita Farianti sebelumnya menyatakan reksadana saham diprediksi akan tumbuh tahun ini. Apalagi dalam 2 tahun terakhir, kinerja reksadana saham terbilang stagnan, bahkan negatif seiring fluktuasi di pasar modal akibat faktor eksternal di antaranya perang dagang Amerika Serikat dan Cina, maupun faktor internal. Sepanjang 2019, kinerja cemerlang justru dicatatkan reksadana pendapatan tetap.
"Dan ini menjadi titik mula untuk harapan baru di 2020, kalau ditanya aset alokasi sebaiknya ke mana? Kalau kita bicara fixed income rasanya sudah sisa-sisa 2019. Jadi sebaiknya Anda mulai di reksadana saham," ujar Reita.
Sentimen positif bagi pasar modal tahun ini di antaranya terkait perkembangan perang dagang antara Amerika dengan China yang mencapai kesepakatan tahap I. Meski begitu masih ada sentimen perang tarif AS dengan negara lain hingga isu geopolitik yang tengah memanas.
Dari sisi domestik, sentimen cenderung lebih positif karena tahun Pemilu sudah berakhir dan pengesahan ombibus law juga dikebut untuk memperbaiki iklim investasi.
Perlu diingat, sebelum memilih reksadana baik reksadana saham ataupun reksadana jenis lainnya, sebaiknya pastikan lebih dahulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu.
Sebagian isi artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan Industri reksadana Bareksa: Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report Desember 2019. Untuk berlangganan laporan ini silakan hubungi marketing@bareksa.com (cc: data@bareksa.com).
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.