Bareksa.com - Kepala Riset Bahana Sekuritas, Lucky Ariesandi menyampaikan pasar saham akan mendapat sentimen positif dari kinerja emiten yang diperkirakan akan lebih baik pada tahun ini.
Bila pada tahun lalu laba bersih emiten tumbuh rata-rata sekitar 2 persen, pada tahun ini diperkirakan akan naik pada kisaran 9 persen, yang terjadi dihampir seluruh sektor kecuali sektor batu bara masih akan mendapat tekanan dari rendahnya harga batu bara di pasar global.
Menurut dia, bila dibandingkan dengan pasar surat utang dan juga properti, pasar saham masih menawarkan gain yang lebih baik. Alasannya, dengan level suku bunga acuan dan infasi yang terjaga rendah, yield surat utang diperkirakan tidak akan mengalami banyak kenaikan, bahkan malah cenderung turun. Apalagi, The Fed telah memberikan indikasi suku bunga yang tidak akan turun lagi pada tahun ini.
Sementara itu sejalan dengan suku bunga global, Bank Indonesia (BI) juga telah memberikan sinyal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Sentral telah menurunkan suku bunga BI 7-day reserve rapo rate secara total 1 persen sejak Juli hingga Oktober 2019 ke level 5 persen dan bertahan hingga Desember 2019, dengan tingkat inflasi sepanjang 2019 sebesar 2,72 persen. Saat ini, rata-rata yield surat utang berada di kisaran 7 persen.
"Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga sebanyak dua kali pada tahun ini," ujar Lucky.
Menurut dia, turunnya suku bunga yang diikuti dengan realisasi kebijakan omnibus law akan mampu menggenjot masuknya investasi, pada akhirnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.
Lucky menjelaskan penopang lainnya yang membuat pasar saham akan lebih bergairah pada tahun ini adalah rencana kenaikan pajak reksadana atau mutual fund menjadi 10 persen dari yang saat ini berlaku 5 persen. Semula, kenaikan pajak reksadana direncanakan pada 2014, namun kenaikan tersebut tertunda.
"Rencana kenaikan pada 2021 kemungkinan tidak akan mundur lagi karena dana kelolaan reksadana sudah naik cukup signifikan dalam lima tahun terakhir, dan di sisi lain pemerintah berencana memotong pajak bagi korporasi," kata Lucky.
Nah, untuk menjaga pendapatan pajak negara tetap stabil, pendapatan negara yang berkurang akibat potongan pajak korporasi, sebagian akan ditutupi dari kenaikan pajak reksadana. Rencana kenaikan pajak reksadana dinilai akan menjadi katalis bagi investor untuk kembali masuk ke pasar saham.
Meski kondisi perekonomian global masih dihantui sejumlah ketidakpastian, investor asing diperkirakan akan kembali melirik pasar saham negara berkembang, setelah sebelumnya pada tahun lalu, investor asing membukukan aksi jual yang cukup besar.
"Berbagai skenario di atas membuat kami cukup yakin pasar saham akan kembali bergairah pada tahun ini, sehingga bisa mendorong indeks naik hingga ke level 7.000," kata Lucky.
Sebelumnya, saat pembukaan perdagangan awal tahun pada 2 Januari 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di posisi 6.311,57 naik 13,63 poin atau 0,19 persen.
Sementara itu sektor-sektor yang masih positif sepanjang tahun ini diperkirakan berasal dari emiten perbankan, tembakau/rokok, CPO (kelapa sawit) dan obat-obatan.
"Sedangkan beberapa sektor yang harus dicermati di antaranya batu bara, konsumer yang terkait retailers sebagai dampak dari kenaikan iuran BPJS," lanjutnya.
Indeks Reksadana Saham dan Campuran
Sumber : Bareksa
Tercatat dalam setahun terakhir periode 13 Januari 2019 - 10 Januari 2020 indeks reksadana saham masih negatif 16,2 persen dan indeks reksadana campuran menguat 0,14 persen.
Pelemahan reksadana saham dan reksadana campuran sudah terjadi sejak tahun lalu seiring dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan. Setahun terakhir, IHSG masih mencatatkan negatif 0,85 persen.
Sumber : Bareksa
Menutup perdagangan 2019, IHSG ditutup di level 6.299. Jika tahun 2020, IHSG diprediksi bisa tembus 7.000, maka kinerja reksadana saham dan campuran juga berpotensi ikut melesat.
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.