Kinerja Reksadana 2019 : Jenis Saham Merana Tapi Pendapatan Tetap Juara

Bareksa • 02 Jan 2020

an image
Pekerja berjalan di dekat monitor pergerakan bursa saham saat pembukaan perdagangan saham tahun 2020 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2020). Pada awal perdagangan pertama tahun 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 0,22 persen atau 13,59 poin di level 6.313,13. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

IHSG sepanjang 2019 hanya naik tipis 1,7 persen

Bareksa.com - Tahun 2019 terbukti menjadi tahun yang berat bagi pasar saham Tanah Air. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi acuan pasar modal Indonesia, hanya bisa naik tipis sepanjang tahun lalu. Kondisi ini menekan kinerja investasi berbasis saham termasuk reksadana saham, tetapi jenis reksadana lainnya justru masih bisa bertahan positif.

Jika dihitung sejak akhir 2018 hingga akhir November 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan koreksi sebesar 2,95 persen year to date (YtD). Namun, kinerja IHSG terdongkrak dengan signifikan di bulan Desember yang diakibatkan adanya momentum window dressing.

Di sepanjang bulan Desember, IHSG meroket hingga 4,79 persen. Seiring dengan terdongraknya IHSG di bulan Desember, imbal hasil IHSG untuk keseluruhan tahun 2019 akhirnya berbalik menjadi positif, tepatnya sebesar 1,7 persen hingga 30 Desember 2019.

Kinerja IHSG terbilang mengecewakan ketika kinerja bursa saham AS alias Wall Street selaku kiblat bursa saham dunia begitu menggembirakan. Di sepanjang tahun 2019 (hingga penutupan perdagangan hari Senin, 30 Desember 2019), indeks Dow Jones sudah melejit 22,01 persen, indeks S&P 500 meroket 28,5 persen, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 34,82 persen.

Sosok Presiden AS Donald Trump terbukti masih mampu untuk mendongkrak kinerja Wall Street secara signifikan melalui kebijakan-kebijakannya yang pro terhadap pertumbuhan ekonomi.

Laju perekonomian yang begitu lesu menjadi faktor utama yang membuat IHSG kurang bertenaga di tahun 2019.

Sekadar informasi, pada tahun 2018 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,17 persen. Namun di tahun 2019, laju perekonomian begitu lesu.

Sepanjang kuartal III-2019, BPS mencatat bahwa perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,02 persen year on year (YoY). Angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,02 persen tersebut lantas berada di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17 persen YoY.

Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07 persen secara tahunan, sementara pada kuartal II-2019 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05 persen secara tahunan.

Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2019, perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar 5,04 persen secara tahunan.

Lantas, laju perekonomian untuk keseluruhan tahun 2019 hampir mustahil untuk tumbuh sesuai dengan outlook yang dipatok pemerintah di level 5,2 persen. Bahkan, hampir pasti bahwa pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2019 akan lebih rendah dari capaian tahun 2018 yang mencapai 5,17 persen.

Kinerja Reksadana

Kondisi bursa saham domestik yang kurang begitu menyenangkan sepanjang tahun 2019, turut membuat kinerja reksadana saham menjadi begitu merana. Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham tercatat anjlok 12,68 persen sepanjang tahun lalu, menjadikannya kinerja reksadana yang terburuk dibandingkan dengan yang lainnya.

Sumber: Bareksa

Namun di sisi lain, indeks reksadana pendapatan tetap justru menjadi juara pada tahun 2019 dengan capaian kinerja yang berhasil tumbuh 8,73 persen sepanjang tahun lalu. Adapun di urutan kedua indeks reksdana pasar uang (4,74 persen), dan di urutan ketiga indeks reksadana campuran (2,22 persen).

Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. (KA01/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.