IHSG Sudah Menguat 2,02 Persen YtD 2019, Begini Prospek Reksadana di 2020

Bareksa • 27 Dec 2019

an image
Karyawan berdiri di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (13/12/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari Jumat (13/12/2019) ditutup menguat ke zona hijau, IHSG berada di level 6.197,32 atau menguat 17,22 poin (0,28%) dari posisi sebelumnya. ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.

Indeks reksadana saham masih menjadi yang terburuk dengan catatan kinerja yang anjlok 12,44 persen YtD 2019

Bareksa.com - Menjelang berakhirnya tahun 2019, tampaknya kinerja reksadana terutama yang berbasiskan saham masih akan membukukan kinerja negatif di tahun ini. Hal itu disebabkan oleh kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terbilang kurang memuaskan.

Sekadar informasi, sejak awal tahun hingga 26 Desember 2019, IHSG hanya mampu menguat 2,02 persen year to date (YtD), namun kondisi tersebut belum mampu ikut membawa kinerja reksadana saham ke zona positif.


Sumber: Bareksa

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham masih menjadi yang terburuk dengan catatan kinerja yang anjlok 12,44 persen YtD.

Sementara di sisi lain, indeks reksadana pendapatan tetap menjadi yang paling tokcer dengan melesat 8,61 persen YtD. Kemudian di urutan kedua terbaik ada indeks reksadana pasar uang dengan kenaikan 4,67 persen YtD. Lalu terakhir ada indeks reksadana campuran dengan kenaikan 2,16 persen YtD.

Dengan capaian tersebut, bagaimana prospek kinerja reksadana tahun 2020?

Mengutip CNBC Indonesia, Direktur PT Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan terdapat beberapa poin yang akan membawa kinerja reksadana menjadi lebih positif pada 2020 mendatang.

Mulai dari daya beli masyarakat yang diproyeksikan akan lebih baik dari tahun ini, hingga kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah.

"Pemulihan daya beli dari perbaikan harga kelapa sawit karena di industri kelapa sawit lebih besar lapangan kerjanya daripada batu bara, jadi kalau harga naik akan lebih besar dampaknya dari batu bara. Harga sudah naik, jadi daya beli akan lebih baik tahun depan," kata Rudiyanto.

Sekadar informasi, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali cetak rekor tertingginya untuk tahun ini. Walau menurut survei ekspor minyak sawit Malaysia turun, kekhawatiran akan menurunnya pasokan masih jadi pemicu utama harga CPO meroket.

Pada Kamis (26/12/2019), harga CPO kontrak pengiriman Maret 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange terapresiasi 0,86 persen ke level RM2.948 per ton.

Selain merupakan harga tertinggi tahun ini, level itu juga merupakan harga tertinggi sejak kuartal ketiga tahun 2017. Terhitung sejak 14 Oktober hingga hari ini, harga CPO telah naik 36,7 persen secara point to point.

Pada 2020, para investor dan kalangan pebisnis diprediksi kembali agresif masuk ke bursa saham mengingat sebelumnya banyak pelaku pasar yang menunggu alias wait and see tahun ini, lantaran 2019 merupakan tahun politik di mana faktor ketegangan serta ketidakpastian arah kebijakan cukup tinggi.

Aktivitas bisnis di tahun depan diperkirakan akan lebih menggeliat sehingga kinerja perusahaan juga akan meningkat lebih tinggi. Jika tahun ini laba bersih emiten tumbuh stagnan, tahun depan pertumbuhannya diperkirakan akan lebih tinggi yakni mencapai 7-10 persen.

Angin positif lainnya akan datang dari penyelesaian Omnibus Law yang saat ini masih digodok oleh pemerintah. Rangkaian rencana omnibus law bakal menjadi angin segar bagi investor pasar modal di Indonesia dan berpotensi mengerek kinerja indeks harga saham gabungan atau IHSG pada 2020.

Omnibus law adalah undang-undang yang merevisi dan/atau mencabut banyak undang-undang sekaligus.

Isi aturan baru ini yang akan berdampak positif untuk pasar modal adalah relaksasi pajak badan (PPh Badan) yang akan diberikan oleh pemerintah sebesar 5 persen ditambah 3 persen untuk perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Di sisi lain, tahun depan Indonesia akan diwarnai dengan berbagai kebijakan seperti kenaikan tarif BPJS, kenaikan cukai rokok dan pemotongan subsidi listrik golongan tertentu dikurangi.

Hal tersebut diperkirakan masih membawa inflasi Indonesia di bawah level 4 persen. Dengan inflasi sebesar itu, harusnya suku bunga berada di kisaran 4,5-5 persen, alias masih ada ruang untuk turun. Jika suku bunga bisa diturunkan dua kali lagi, hal itu bisa menjadi sentimen positif untuk reksadana campuran dan pendapatan tetap.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.