Bareksa.com - Ingin punya modal dana selama masa pensiun Rp320 juta per tahun atau sekitar Rp27 juta per bulan selama 20 tahun? Dengan uang sebesar itu, kita bisa membayangkan kehidupan kita di masa tua nanti akan mandiri secara finansial dan tidak merepotkan sanak keluarga.
Nilai penghasilan per kapita Rp320 juta per tahun sejatinya merupakan target Presiden Joko Widodo terhadap penduduk Indonesia pada 2045 mendatang atau saat peringatan 1 abad kemerdekaan Republik Indonesia. Sekitar 25 tahun mendatang, Jokowi menargetkan masyarakat Indonesia memiliki penghasilan Rp320 juta per tahun atau sekitar Rp27 juta per bulan (tepatnya Rp26,6 juta per bulan).
Jokowi menyatakan pada satu abad Indonesia merdeka, Indonesia ditargetkan keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) dan menjadi negara maju. "Mimpi kita, cita-cita di 2045, 1 abad Indonesia merdeka mestinya insya Allah Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan kelas menengah. Indonesia menjadi negara maju dengan pendapatan Rp320 juta per kapita per tahun atau Rp27 juta per kapita per bulan, itulah target kita bersama," ujarnya di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Ahad (20/10/2019).
Indonesia juga menargetkan produk domestik bruto (PDB) mencapai US$7 triliun dan Indonesia masuk dalam 5 besar ekonomi dunia dengan tingkat kemiskinan mendekati 0 persen. "Kita harus menuju ke sana. Kita sudah kalkulasi target tersebut sangat masuk akal dan sangat memungkinkan untuk dicapai, tapi itu tidak datang dengan otomatis, dengan mudah. Harus kerja keras dan cepat kerja bangsa kita yang produktif," tandas Jokowi.
Faktanya banyak pengamat dan ekonom menilai Indonesia akan sulit untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah. Sebab ada banyak hambatan yang bisa membuat Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah. Meski begitu, bukan berarti Indonesia tidak bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan menjadi negara maju.
Menurut Budi Hikmat, Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management (BTIM), masyarakat Indonesia berpendapatan menengah bisa diwujudkan. Dia menjelaskan penduduk Indonesia mulai menua pada 2030. "Sehingga 15 tahun sebelum peringatan 100 abad kemerdekaan Indonesia pada 2045, penduduk Indonesia sudah menua," ujar Budi saat berkunjung ke kantor Bareksa (11/12/2019).
Konsekuensi usia yang menua tersebut, kata Budi, maka sumber kemakmuran hidup kita bukan berasal dari bekerja sehari-hari dan memperoleh gaji atau penghasilan per bulan. Melainkan dari aset yang dimiliki ketika masih aktif bekerja, kemudian kita tumbuhkan, kelola dan proteksi.
"Nantinya akan kita maanfaatkan untuk distribusi ketika kita pensiun," ungkapnya.
Berapa nilai ideal dana pensiun yang harus kita miliki? Hingga kini tidak ada angka pasti berapa nilai ideal dana pensiun yang mencukupi bagi semua orang. Sebab kebutuhan setiap orang berbeda-beda.
Meski begitu, jika mengacu pada target pendapatan per kapita yang disampaikan Presiden Jokowi bahwa masyarakat Indonesia akan memiliki penghasilan Rp27 juta per bulan pada 2045, maka dengan asumsi masa pensiun akan kita jalani selama 20 tahun, sedikitnya kita harus menyiapkan dana Rp6,4 miliar.
"Penghasilan bagi orang yang sudah tidak bekerja atau pensiun ialah dari hasil pertumbuhan aset," kata Budi.
Kategori Kelompok Generasi
Sumber : materi presentasi Budi Hikmat "Navigating Through Rough Seas"
Budi mengumpamakan investasi ketika usia masih produktif atau bekerja, ibarat sedang menanam pohon. Tiap usia berbeda-beda nilai investasinya, tergantung profil risiko dan jangka waktu yang diinginkan, serta target imbal hasil yang diharapkan.
Siklus Rencana Investasi hingga Saat Peringatan Kemerdekaan RI pada 2045
Sumber : materi presentasi Budi Hikmat "Navigating Through Rough Seas"
Asumsi Mulai Investasi Sejak Usia 30 Tahun
Misalkan dengan asumsi rata-rata usia pensiun ialah 55 tahun, atau jika seseorang akan berusia 55 tahun pada 2045 mendatang, maka saat ini dia berusia sekitar 30 tahun. Dengan begitu dia punya kesempatan untuk berinvestasi selama 25 tahun hingga tahun 2045 nanti.
Budi mengalkulasi, jika kamu adalah seorang milenial yang saat ini berusia 30 tahun dan memiliki profil investor berani mengambil risiko, maka kamu cocok mengambil investasi dengan potensi imbal hasil yang mencapai 14,5 persen per tahun.
Dengan asumsi itu, maka kita mesti berinvestasi Rp2,07 juta per bulan selama 25 tahun. Setelah berinvetasi selama 300 bulan atau 25 tahun tersebut, maka dana pokok investasi yang berhasil kita kumpulkan mencapai Rp621 juta. Namun dengan asumsi kita mengharapkan imbal hasil 14,5 persen per tahun, maka dana tersebut berpotensi meraih imbal hasil sehingga mencapai target Rp6,4 miliar tersebut.
Instrumen investasi yang bisa dipilih dengan potensi imbal hasil tergolong tinggi tersebut, biasanya reksadana saham dan atau campuran. Namun perlu diingat, potensi risiko selalu mengikuti potensi imbal hasil. Artinya semakin tinggi potensi keuntungan, maka semakin tinggi pula risikonya. Sehingga jenis reksadana saham cocok bagi investor dengan tipe berani mengambil risiko (risk taker), sedangkan reksadana campuran cocok bagi investor moderat tinggi (medium risk taker).
Berdasarkan data Bareksa, top 5 reksadana saham dan campuran di Bareksa berhasil mencatatkan imbal hasil antara 48,5 persen hingga 78,28 persen dalam 5 tahun (per 11 Desember 2019). Artinya secara historikal, 5 reksadana saham dan campuran tersebut berhasil memberikan keuntungan antara 9,7 persen hingga 15,65 persen per tahun.
Top 5 Reksadana Saham dan Campuran Return Tertinggi 5 Tahun (per 11 Desember 2019)
Sumber : Bareksa
Namun jika kamu saat ini berusia 30 tahun dengan profil investor yang lebih suka menghindari risiko, maka kamu cocok memilih produk reksadana pasar uang. Dengan rata-rata potensi imbal reksadana jenis ini berkisar 5 persen per tahun, maka konsekuensinya nilai investasi yang harus kamu tanamkan jadi lebih besar.
Budi mengalkulasi dengan asumsi potensi imbal hasil 5 persen per tahun dan jangka waktu investasi 25 tahun, maka kamu perlu menanamkan investasi Rp10,67 juta per bulan.
Setelah berinvestasi selama 300 bulan (25 tahun), maka dana pokok investasi yang berhasil kamu kumpulkan akan mencapai Rp3,2 miliar. Karena berpotesi meraih imbal hasil 5 persen per tahun, maka dana tersebut bertumbuh jadi Rp6,4 miliar pada tahun 2045 nanti.
Di marketplace Bareksa, terdapat dua produk reksadana pasar uang racikan Bahana TCW Investment. Yakni reksadana pasar uang Bahana Dana Likuid yang berhasil mencetak return 5,93 persen setahun terakhir (per 11 Desember 2019). Kemudian reksadana pasar syariah Bahana Likuid Syariah yang membukukan imbal hasil 6,01 persen per tahun.
Meskipun potensi imbal hasilnya tidak seagresif reksadana saham dan campuran, namun kinerja reksadana pasar uang cukup stabil dengan fluktuasi rendah, sehingga risikonya pun minim.
Kinerja Reksadana Pasar Uang Bahana (per 11 Desember 2019)
Sumber : Bareksa
Jika investasi tersebut mampu mencatatkan imbal hasil rata-rata 10,5 persen per tahun, kata Budi, maka dana investasi yang harus kita tanamkan ialah Rp4,32 juta per bulan. Sedangkan jika potensi imbal hasil 12,5 persen per tahun, maka dana investasi yang harus kita tanamkan Rp3,01 juta per bulan.
Berdasarkan data Bareksa, reksadana pendapatan tetap Bahana Mes Syariah Fund berhasil mencatatkan return 12,76 persen dalam 1 tahun terakhir (per 11 Desember 2019). Namun potensi imbal hasil reksadana pendapatan tetap tidak sestabil reksadana pasar uang, sehingga berpeluang fluktuatif. Meski begitu, reksadana ini lebih stabil jika dibandingkan reksadana saham dan campuran.
Kinerja Reksadana Bahana Mes Syariah Fund (per 11 Desember 2019)
Sumber : Bareksa
Budi menjabarkan simulasi investasi untuk beragam potensi imbal hasil dan jangka waktu investasi. Prinsipnya semakin lama jangka waktu investasi, maka semakin ringan atau mengecil nilai investasi yang harus ditanamkan. Misalkan saat ini mulai investasi masih usia 20 tahun, maka jangka waktu investasi lebih panjang yakni 35 tahun sebelum pensiun di usia 55 tahun.
Dengan begitu nilai investasi jadi makin ringan, yakni Rp5,58 juta per bulan untuk produk investasi dengan potensi imbal hasil 5 persen per tahun. Adapun jika kita investasi tersebut mencatatkan imbal hasil 14,5 persen per tahun, maka nilai investasi yang harus ditanamkan jadi ringan yakni Rp470.000 per bulan.
Sebaliknya, jika jangka waktu investasi makin pendek, misalnya 15 tahun, maka nilai investasi yang harus ditanamkan makin tinggi. Yakni mulai Rp9,76 juta per bulan di produk investasi dengan imbal hasil 14,5 persen per tahun, dan Rp23,8 juta per bulan untuk produk investasi imbal hasil rata-rata 5 persen per tahun.
Semua asumsi dan simulasi tersebut mengandaikan kita menargetkan dana Rp6,4 miliar yang akan digunakan sewaktu kita pensiun untuk jangka waktu 20 tahun. Budi menambahkan yang terpenting dalam hal membuat strategi perencanaan kemakmuran ala Nabi Yusuf ini ialah dengan menetapkan tujuan dan target investasi.
"Misalnya untuk dana pensiun atau pembiayaan pendidikan. Terlihat kaya dan menjadi kaya adalah dua hal yang berbeda. Sehingga dengan disiplin investasi saat ini, maka kita bisa memanen hasilnya saat pensiun nanti," ujar Budi.
Untuk diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito. Sementara itu, reksadana syariah hanya bisa berinvestasi pada efek yang masuk dalam pengelolaan secara syariah.
Reksadana juga diartikan, sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi.
Sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.
Sebaiknya, jenis reksadana yang dipilih bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker atau low-risk taker. Jika kita kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.
Namun, jika kita cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Sementara jika kita cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.