Berkshire Punya Dana Nganggur Rp1.789 T, Warren Buffett Pernah Wasiatkan Ini

Bareksa • 05 Nov 2019

an image
Ilustrasi foto Warren Buffet (shutterstock)

Para analis bertanya-tanya kenapa Berkshire tidak menginvestasikan dana tersebut

Bareksa.com - Perusahaan investasi Berkshire Hathaway milik Oracle of Omaha atau Warren Buffett mencatat nilai dana tunai yang dimiliki perusahaan memecahkan rekor pada kuartal III 2019.

Dilansir CNBC Indonesia (5/11/2019), rilis pendapatan kuartalan Berkshire Hathaway tercatat memiliki dana tunai US$128 miliar atau sekitar Rp1.789 triliun (kurs hari ini Rp13.984 per dolar AS).

Uang tunai berlebih tersebut rupanya jadi perhatian serius para pemegang saham Berkshire. Para analis bertanya-tanya kenapa Berkshire tidak menginvestasikan dana tersebut. Ada dugaan Buffett dan tangan kanannya Charlie Munger tidak menemukan kesamaan pemikiran dalam menginvestasikan dana itu.

Buffet mengatakan dia ingin melakukan akuisisi-akuisisi jumbo guna mengurangi kepemilikan uang tunai di Berkshire. Namun Buffett punya hitung-hitungan ketat dan tidak ingin membayar lebih dari yang seharusnya.

"Di tahun-tahun mendatang, kami berharap untuk memindahkan sebagian besar kelebihan likuiditas kami ke dalam bisnis yang akan dimiliki secara permanen oleh Berkshire," tulis Buffett dalam surat tahunan Berkshire kepada para pemegang saham pada Februari lalu.

"Prospek langsung untuk itu, bagaimanapun, tidak baik. Harga sangat tinggi untuk bisnis yang memiliki prospek jangka panjang yang layak," ungkap tulisan Buffet tersebut.

Ini menunjukkan Buffett mulai kesulitan dalam mencari perusahaan untuk diakuisisi, seperti dilansir dari Bussines Insider. Berdasarkan catatan Wall Street Journal akuisisi jumbo yang terakhir dilakukan Buffett dilakukan pada Januari 2016.

Pada 2018 melalui suratnya kepada para kepada pemegang saham Berkshire, Buffett menulis soal semakin sulitnya menemukan perusahaan besar untuk dibeli.

Dalam rilis laporan keuangannya, Berkshire Hathaway mencatatkan pendapatan operasional naik di atas perkiraan analis Wall Street, yakni menjadi menjadi US$7,86 miliar pada kuartal III 2019 dari US$6,88 miliar periode yang sama tahun lalu.

Wasiat Buffett

Untuk diketahui, Warren Buffett yang merupakan orang terkaya nomor tiga dunia versi Forbes itu sebelumnya sudah menulis surat wasiat untuk keluarganya jika dia meninggal. Surat tersebut berisi mengenai rencana alokasi kekayaan Buffett.

Seperti dilansir Yahoofinance, pada 2013 silam Buffet bercerita kepada investor bahwa dirinya menulis surat wasiat kepada istrinya untuk mengalokasikan 90 persen kakayaannya pada instrumen reksadana indeks berbiaya rendah. Sementara sisanya 10 persen diinvestasikan pada obligasi pemerintah jangka pendek.

Dalam suratnya tahun 1987 kepada pemegang saham Berkshire Hathaway (NYSE: BRK.A) (NYSE: BRK.B), Buffett menjelaskan pemikirannya, yang tampaknya telah berubah sedikit selama 30 tahun terakhir.

Keluhan utama Buffett dengan obligasi jangka panjang karena tidak lebih baik dari mata uang  dolar AS. Terlebih, Buffet kurang percaya pada kemampuan dolar AS untuk mempertahankan nilainya dalam jangka panjang.

Memang, dolar membuat inflasi yang sangat tinggi dalam 10 tahun sebelum penulisan surat itu, sehingga wajar jika Buffett skeptis. Dia percaya bahwa inflasi yang signifikan tidak dapat dihindari karena besarnya utang luar negeri AS.

Buffett berpendapat, inflasi tidak bisa dihindari karena prospek jangka pendek pemerintah. Pada 30 tahun berikutnya, inflasi menurun secara persisten bahkan ketika utang luar negeri AS membengkak.

Di sisi lain, inflasi yang diukur oleh Indeks Harga Konsumen turun ke level terendah sejak awal 2000an. Sementara, inflasi harga aset selama periode sama justru meningkat, diiringi harga saham, properti dan hampir semua aset meningkat drastis.

Jadi, dengan kondisi-kondisi itu, berinvestasi pada S&P 500 selama beberapa dekade terakhir jelas lebih menguntungkan daripada mengalokasikan ke obligasi pemerintah. Dengan begitu, resep Buffett pada 1987 benar, jika tidak dalam diagnosis masalah inti.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.