Bareksa.com - Mengakhiri pekan keempat di bulan Oktober 2019, kinerja pasar saham Indonesia terlihat sangat positif, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat 0,98 persen secara mingguan ke level 6.252,35 pada penutupan perdagangan Jumat (25/10/2019).
Sebagai informasi, IHSG berhasil reli 10 hari beruntun dengan terus menerus berakhir di zona hijau sejak 10 Oktober 2019. Kalau dicermati hari itu jadi hari penting perekonomian global seiring dengan diselenggarakannya negosiasi dagang Amerika Serikat dengan China di Washington.
Hasil sementara dari negosiasi dagang tersebut mengisyaratkan kedua belah pihak menginginkan untuk mengakhiri perang dagang yang berlangsung kurang lebih dalam 15 bulan terakhir.
Beberapa poin yang ada dalam kesepakatan tersebut adalah Amerika Serikat menunda penetapan tarif impor produk China yang akan dikenakan pada 15 Oktober kemarin. Sementara China berjanji untuk membeli produk-produk pertanian AS.
Sempat menimbulkan kebingungan terkait kejelasan dari hasil negosiasi dagang tersebut. Respons positif Washington dan Beijing cukup membawa angin segar bagi mayoritas Bursa Saham Asia.
Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping akan dijadwalkan bertemu di KTT APEC pertengahan November nanti di Chile. Saat ini kedua negara sedang mempersiapkan detail dokumen kesepakatan untuk ditandatangani kedua kepala negara.
Tidak hanya sampai di situ, IHSG menyambut positif momen yang terjadi lima tahun sekali. Apalagi kalau bukan Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI bersama jajaran eksekutifnya yaitu Menteri.
Pelantikan jajaran Kabinet Indonesia Maju, mampu membawa IHSG melaju kencang. Apalagi setelah nama-nama tersohor dari kalangan pebisnis diangkat jadi menteri seperti Erick Thohir (Pendiri Mahaka Group) yang menjadi menteri BUMN, Nadiem Makarim (Founder dan Ex-CEO Go-Jek) yang menjadi Mendikbud hingga Wishnutama (Pendiri NET TV) yang jadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Kondisi bursa saham domestik yang bergerak ke zona hijau, turut memberikan sentimen positif terhadap kinerja reksadana saham,di mana indeks reksadana saham naik 0,94 persen, dan indeks reksadana saham syariah bertambah 0,38 persen dalam periode yang sama.
Pergerakan NAB Indeks Reksadana Saham & Indeks Reksadana Saham Syariah
Sumber: Bareksa
Di tengah kondisi indeks reksadana saham yang bergerak positif, terdapat tiga produk reksadana saham yang dijual Bareksa yang mampu membukukan kenaikan tertinggi sepanjang pekan lalu. Berikut ulasannya.
1. Pinnacle Strategic Equity Fund
Reksadana saham pertama yang mencatatkan imbal hasil tertinggi pada pekan lalu diraih oleh Pinnacle Strategic Equity Fund dengan kenaikan 2,67 persen periode 21-25 Oktober 2019.
Meskipun demikian, sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu (year to date), reksadana ini masih negatif 4,01 persen YtD.
Pergerakan NAB Reksadana Pinnacle Strategic Equity Fund YtD 2019 (per 25 Oktober)
Sumber: Bareksa
Pinnacle Strategic Equity Fund bertujuan untuk memberikan tingkat pengembalian yang optimal atas nilai investasi jangka panjang yang menarik dengan investasi pokok pada efek bersifat ekuitas atau saham.
Produk yang dikelola oleh PT Pinnacle Persada Investama ini, hingga September 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp91,93 miliar.
Pinnacle Strategic Equity Fund dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp100.000. Reksadana saham yang diluncurkan sejak 15 Oktober 2015 ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank Central Asia Tbk.
2. Mega Asset Greater Infrastructure
Reksadana saham kedua yang mencatatkan imbal hasil tertinggi sepanjang pekan lalu diraih oleh Mega Asset Greater Infrastructure dengan kenaikan 2,38 persen periode 21-25 Oktober 2019. Namun, bila dilihat secara YTD per 25 Oktober 2019, reksadana saham ini masih minus 3,27 persen YtD.
Pergerakan NAB Reksadana Mega Asset Greater Infrastructure YtD 2019 (per 25 Oktober)
Sumber: Bareksa
Mega Asset Greater Infrastructure bertujuan untuk memberikan tingkat pengembalian yang optimal guna mencapai pertumbuhan nilai investasi berkesinambungan dalam jangka panjang
Produk yang dikelola oleh PT Mega Asset Management ini, hingga September 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp30,29 miliar.
Mega Asset Greater Infrastructure dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp100.000. Reksadana saham yang diluncurkan sejak 6 September 2012 ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank CIMB Niaga Tbk.
3. Semesta Dana Saham
Reksadana saham ketiga yang mencatatkan imbal hasil tertinggi sepanjang pekan lalu diraih oleh Semesta Dana Saham dengan kenaikan 2,14 persen periode 21-25 Oktober 2019. Namun, bila dilihat secara YTD per 25 Oktober 2019, reksadana saham ini baru tercatat naik 2,73 persen YtD.
Pergerakan NAB Reksadana Semesta Dana Saham secara YtD 2019 (per 25 Oktober)
Sumber: Bareksa
Semesta Dana Saham bertujuan untuk memperoleh hasil investasi jangka panjang yang optimal dengan memanfaatkan investasi pada efek bersifat ekuitas yang memiliki fundamental yang baik, efek bersifat utang serta instrumen pasar uang dan/atau deposito berdasarkan riset yang mendalam dan strategi pengelolaan secara aktif.
Produk yang dikelola oleh PT Semesta Aset Manajemen ini, hingga September 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp19,16 miliar.
Semesta Dana Saham dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp100.000. Reksadana saham yang diluncurkan sejak 21 Maret 2014 ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.
Maka itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang. Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.