Di Tengah Penantian Pengumuman Kabinet Jokowi-Ma'ruf, Reksadana Saham Melemah

Bareksa • 22 Oct 2019

an image
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo (kiri) didampingi Wakil Ketua Umum Edhy Prabowo berjalan memasuki kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10/2019). Presiden Joko Widodo akan memperkenalkan jajaran kabinet barunya usai dilantik Ahad (20/10/2019) untuk masa jabatan keduanya bersama Wapres Ma'ruf Amin. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc

Kemarin, IHSG ditutup dengan penguatan tipis 0,11 persen ke level 6.198

Bareksa.com - Mengawali pekan keempat di bulan Oktober 2019, pasar saham Indonesia terlihat cenderung mengalami konsolidasi. Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan penguatan tipis 0,11 persen ke level 6.198,99.

Penguatan tipis IHSG tersebut terjadi di tengah adanya sedikit “drama” di Istana Negara. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil beberapa nama tokoh yang bakal menjadi calon menteri di kabinet kerja jilid II.

Hanya saja, pasar tampaknya sudah mengantisipasi terlebih dahulu sejak pekan lalu. Data BEI mencatat, hingga penutupan perdagangan kemarin masih terjadi aksi jual bersih (net sell) investor asing senilai Rp58,09 miliar di keseluruhan pasar.

Usai resmi dilantik pada Ahad (20/10/2019), Jokowi berjanji akan memperkenalkan nama-nama menteri yang akan mengisi kabinet Jokowi-Ma'ruf pada Senin (21/10/2019) pagi. Namun hingga sore kemarin, belum ada tanda kepastian tentang nama-nama yang akan menjadi “pembantu presiden” tersebut.

Namun sejumlah tokoh memang sudah merapat ke Istana Kepresidenan Jakarta. Mereka antara lain mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Paruntu, pendiri Gojek Nadiem Makarim, dan pendiri Net TV Wishnutama.

Sebelumnya Jokowi sudah menyebutkan akan banyak nama baru yang mengisi daftar menteri tersebut.

"Besok dilihat. Masih banyak [muka lama], tapi yang baru lebih banyak," kata Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Ahad (20/10/2019).

Besar kemungkinan sambil menanti pengumuman penghuni kabinet baru Jokowi yang masih abu-abu, terutama posisi bidang ekonomi yang belum muncul “hilalnya” membuat investor asing memilih sikap defensif. Sikap ini juga seiring dengan meningkatnya kekhawatiran atas drama pemisahan Inggris dengan Uni Eropa alias Brexit.

Sebagai informasi, pada akhir pekan lalu, Presiden Komite Uni Eropa (EUCO) Jean Claude Juncker mengumumkan Uni Eropa dan Negeri Ratu Elizabeth telah mencapai kesepakatan.

Namun, keadaan langsung berbalik pada hari Sabtu (19/10/2019) tatkala parlemen Inggris menolak untuk melakukan pemungutan suara terhadap kesepakatan Brexit tersebut dan justru mengesahkan amandemen yang mengharuskan pemerintah Inggris untuk meminta tenggat waktu Brexit dimundurkan dari yang saat ini 31 Oktober 2019.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah Inggris dikabarkan telah kembali meminta perpanjangan batas waktu Brexit. Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk mengatakan telah menerima permintaan tersebut dan akan mulai berbincang dengan pimpinan negara-negara Uni Eropa.

Sebelumnya Brexit telah ditunda sebanyak dua kali pada masa pemerintahan PM Theresa May. Dikhawatirkan, tak akan ada lagi perpanjangan yang diberikan kepada Inggris. Jika pada akhirnya yang terjadi adalah no-deal Brexit, maka Inggris berpotensi masuk ke jurang resesi seperti disampaikan oleh Bank of England.

Skenario itu, membuat pelaku pasar ketar-ketir, karena Inggris merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke lima di dunia. Kejatuhan London akan semakin memperparah situasi perekonomian global.

Kinerja Reksadana Saham Melemah Tipis

Di tengah kondisi pasar saham yang melemah terbatas akibat berbagai sentimen di atas, kinerja reksadana saham secara umum pada perdagangan kemarin justru menunjukkan pelemahan.

Mengacu pada indeks Bareksa, rata-rata reksadana saham mengalami penurunan tipis 0,07 persen, sementara rata-rata reksadana saham syariah terpangkas 0,30 persen.

Namun kondisi tersebut tidak menyebabkan seluruh produk reksadana saham yang dijual Bareksa mengalami penurunan harian pada perdagangan kemarin. Berikut lima produk reksadana saham yang masih mampu mencatatkan imbal hasil harian tertinggi pada perdagangan kemarin.


Sumber: Bareksa

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.

Maka itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang. Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.