Bareksa,com - Mengakhiri pekan pertama di bulan September 2019, kinerja pasar saham Indonesia terlihat kurang memuaskan di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi 0,31 persen secara mingguan ke level 6.308,95 pada penutupan perdagangan Jumat (06/09/2019).
Pada awal pekan, koreksi IHSG begitu dalam karena babak lanjutan perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China sudah dimulai. Per 1 September, AS mengenakan bea masuk 15 persen bagi importasi produk China senilai US$125 miliar, di antara berlaku bagi pengeras suara (speaker), headphone, sampai pakaian.
Gelombang kedua bea masuk 15 persen akan berlaku mulai 15 Desember, yang mencakup impor produk China senilai US$156 miliar dari mulai alat makan plastik, kaus kaki, lampu LED, sampai dekorasi untuk keperluan Hari Natal.
Sementara China membalas dengan memberlakukan bea masuk 5-10 persen untuk importasi produk AS senilai US$75 miliar. Selain itu, ada kenaikan bea masuk untuk produk yang selama ini sudah menjadi 'korban', misalnya kedelai (dari 25 persen naik menjadi 30 persen).
Situasi semakin pelik kala China mengadukan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Menurut Beijing, kebijakan Washington telah berdampak kepada ekspor senilai US$300 miliar.
Saat itu semua orang putus asa. Sepertinya perang dagang AS-China masih panjang, belum terlihat ada cahaya di ujung terowongan.
Aset-aset berisiko seperti saham, apalagi di negara berkembang seperti Indonesia, ramai-ramai dilepas oleh investor. Akibatnya IHSG terkoreksi dalam.
Namun pada 5 September, kabar gembira itu datang. Kementerian Perdagangan China memberi konfirmasi bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Gubernur Bank Sentral China (PBoC) Yi Gang telah menelepon Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Mereka sepakat untuk melanjutkan dialog dagang di Washington pada awal Oktober.
Harapan damai dagang datang lagi. IHSG berhasil bangkit, bahkan menguat tiga hari berturut-turut.
Di tengah kondisi bursa saham domestik yang mengalami pelemahan, kinerja reksadana saham justru terlihat lebih baik dibandingkan dengan kinerja IHSG. Indeks reksadana saham turun tipis 0,06 persen, sedangkan indeks reksadana saham syariah masih mampu menguat 0,33 persen dalam periode yang sama.
Sumber: Bareksa
Namun di tengah kondisi indeks reksadana saham yang kurang menarik, tercatat masih ada beberapa produk reksadana saham yang dijual Bareksa yang mampu membukukan kinerja positif sepanjang pekan lalu dengan kenaikan di atas 1 persen, jauh mengungguli kinerja ketiga tolok ukur (benchmark) tersebut. Berikut ulasannya.
1. HPAM Syariah Ekuitas
Reksadana saham yang menjadi juara sepanjang pekan lalu diraih oleh HPAM Syariah Ekuitas dengan kenaikan 3,25 persen.
Sumber: Bareksa
HPAM Syariah Ekuitas bertujuan untuk memberikan pertumbuhan nilai investasi dengan waktu panjang melalui penempatan pada efek syariah dengan mayoritas pada efek bersifat ekuitas yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah.
Produk yang dikelola oleh PT Henan Putihrai Asset Management ini, hingga Juli 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp352,87 miliar.
HPAM Syariah Ekuitas dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp500.000. Reksadana sahamyang diluncurkan sejak 28 Agustus 2014 ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
2. HPAM Ultima Ekuitas 1
Reksadana saham terbaik nomor dua pekan lalu diraih oleh HPAM Ultima Ekuitas 1 dengan kenaikan 2,57 persen.
Sumber: Bareksa
HPAM Ultima Ekuitas 1 bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan nilai investasi yang agresif dan optimal dalam jangka panjang dengan melakukan investasi ke dalam instrumen investasi secara aktif pada saham-saham yang telah dijual dalam penawaran umum dan/atau dicatatkan di Bursa Efek dan/atau efek bersifat utang dan/atau instrumen pasar uang dan/atau kas dan setara kas.
Produk yang dikelola oleh PT Henan Putihrai Asset Management ini, hingga Juli 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp1,24 triliun.
HPAM Ultima Ekuitas 1 dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp500.000. Reksadana saham yang diluncurkan sejak 7 Desember 2009 ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
3. Minna Padi Pasopati Saham
Reksadana saham terbaik nomor tiga pekan lalu diraih oleh Minna Padi Pasopati Saham dengan kenaikan 1,13 persen.
Sumber: Bareksa
Minna Padi Pasopati Saham bertujuan untuk mempertahankan nilai modal dan mendapatkan tingkat penghasilan yang terus menerus dalam jangka menengah dan panjang dengan cara melakukan investasi portofolio secara aktif pada efek ekuitas yang diterbitkan oleh korporasi.
Produk yang dikelola oleh PT Minna Padi Aset Manajemen ini, hingga Juli 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp1,32 triliun.
Minna Padi Pasopati Saham dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp250.000. Reksadana saham yang diluncurkan sejak 21 Oktober 2016 ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.
Maka dari itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang. Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.