Bareksa.com - Saat ini, ada tiga orang yang masuk ke dalam daftar terkaya di dunia dengan kekayaan lebih dari US$100 miliar. Mereka adalah Jeff Bezos (CEO Amazon), Bill Gates (co-founder Microsoft) dan Bernard Arnault (CEO LVMH)
Sekadar informasi, Bill Gates dikenal sebagai orang terkaya ke-2 di dunia, setelah pada tahun 2018 dikalahkan oleh Jeff Bezos yang sekarang menjadi orang pertama terkaya di dunia. Maka itu, setelahnya ia mendapatkan posisi orang terkaya di dunia nomor 2.
Kekayaan milik Bill Gates sudah melampaui US$100 miliar pada April lalu. Kekayaan bersihnya sendiri berasal dari saham Microsoft kurang dari 12,5 persen.
Walaupun sempat digeser posisinya oleh Jeff Bezos, tapi ini pertama kalinya ia keluar dari posisi 2 teratas sejak disusunnya Bloomberg Billionaires pada 7 tahun lalu. Selama ini, Gates dikenal sulit untuk digeser dan selalu berhasil pertahankan posisi tersebut.
Kira-kira, siapa yang mengalahkan posisi Bill Gates? Orang itu ternyata Bernard Arnault, miliarder asal Perancis dan merupakan CEO pembuat barang mewah LVMH (LVMHF). Ia berhasil menggeser posisi Bill Gates dan menempati urutan kedua orang terkaya di dunia.
Jika Anda belum tahu, LVMH adalah rumah yang menaungi sejumlah merek mewah secara global seperti Christian Dior, Louis Vuitton, dan Givenchy.
Tak hanya itu, LVMH juga merupakan rumah dari merek Champagne Dom Pérignon dan retail kosmetik & skincare terbesar, Sephora.
Gerai Louis Vuitton di Orchard, Singapura (shutterstock)
Berada di posisi kedua orang terkaya di dunia, Arnault memiliki total kekayaan bersih sekitar US$108 miliar atau sekitar Rp1.508 triliun, fantastis! Angka itu “hanya” lebih banyak 1 milaran dolar dari co-founder Microsoft yang bernilai US$107 miliar.
Pada tahun 2019 saja, Arnault ternyata berhasil menambahkan jumlah kekayaannya US$39 miliar. Nilai tersebut adalah keuntungan terbesar di antara 500 orang terkaya di dunia pada 2019.
Simulasi Reksadana
Dengan kekayaan yang begitu besar, bagaimana jika kita berandai-andai semisal 10 persen dari kekayaan Arnault diinvestasikan ke dalam instrumen reksadana saham. Akan jadi seperti apa hasilnya? Berikut simulasinya.
Sumber: Bareksa
Sebagai gambaran, kinerja reksadana saham dalam 10 tahun terakhir menunjukkan hasil sangat memuaskan. Berdasarkan data reksadana saham yang dijual di Bareksa, 5 produk reksadana saham dengan return tertinggi jika dirata-ratakan memberikan return 156,66 persen dalam 10 tahun terakhir atau 15,67 persen per tahun.
Jika kita asumsikan return tersebut untuk investasi reksadana saham dari 10 persen kekayaan Arnault yakni Rp150 triliun untuk 10 tahun ke depan, maka hasilnya akan tampak sebagai berikut :
Sumber: Bareksa
Dengan menggunakan Kalkulator Investasi Bareksa, maka “sebagian kecil” kekayaan Arnault yang disisihkan yang kemudian ditabung di reksadana selama 10 tahun, nilainya naik menjadi Rp657,81 triliun.
Luar Biasa! Dengan tambahan aset sebanyak itu, sudah tidak terbayangkan lagi akan seperti apa kekayaan Arnault di sisa masa hidupnya.
Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana saham merupakan jenis reksadana yang minimal 80 persen isi portofolionya adalah instrumen aset saham. Reksadana jenis ini cocok untuk tujuan jangka panjang (di atas 5 tahun) dan bagi investor yang bertipikal tinggi (risk taker) dalam menghadapi risiko.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.