Bareksa.com - Sepanjang perdagangan hari Kamis (8/8/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anteng di zona hijau dan menutup hari dengan melesat 1,14 persen menjadi 6.274,67 poin.
Di sisi lain pemerintah kembali menambah utang untuk menutup defisit anggaran tahun 2019. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat total pinjaman secara multilateral sampai Juli 2019 mencapai US$2 miliar atau setara Rp28,4 triliun (kurs Rp 14.200).
Per Juli, Pemerintah Tambah Utang US$ 2 Miliar
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, Luky Alfirman, mengatakan pemerintah menarik pinjaman dari institusi internasional yaitu Asian Development Bank (ADB) US$ 500 juta atau setara Rp7,1 triliun pada Juli 2019.
Adapun, hingga Juli lalu, Luky mengatakan total penarikan pinjaman secara multilateral mencapai US$ 2 miliar atau setara Rp28,4 triliun. “Sekitar US$ 1 miliar (Rp14,2 triliun) lagi dari World Bank,” ujar Luky, Kamis (8/8).
Penarikan pinjaman secara multilateral, lanjutnya, bersifat fleksibel untuk dilakukan oleh pemerintah. Biasanya, keputusan menambah utang melalui pinjaman multilateral diambil saat pasar modal mengalami tekanan sehingga pemerintah sulit dan berisiko jika menambah sumber pembiayaan melalui penerbitan surat berharga negara (SBN).
Adapun sesuai dengan prognosis pemerintah yang telah disampaikan di DPR pada Juli lalu, defisit APBN 2019 diperkirakan mencapai Rp310,8 triliun atau 1,93 persen dari produk domestik bruto (PDB). Perkiraan tersebut lebih besar dari target defisit yang ditetapkan sebelumnya yaitu Rp296 triliun atau 1,84 persen dari PDB.
Luky mengatakan pemerintah belum menetapkan strategi apa yang akan ditempuh untuk menambah sumber pembiayaan untuk defisit anggaran tersebut.
“Kami masih melihat kondisi market. Tapi kami punya fleksibilitas, punya pilihan untuk menarik pinjaman atau menerbitkan SBN lagi,” ungkap dia.
Sepanjang semester I 2019, pembiayaan utang pemerintah mencapai Rp180,45 triliun. Pembiayaan utang terdiri dari penerbitan SBN neto Rp195,72 triliun dan pinjaman neto sebesar Rp15,27 triliun. Pinjaman neto terdiri dari pinjaman dalam negeri yang mencapai Rp388,2 miliar dan pinjaman luar negeri yang mencapai Rp14,88 triliun.
Saatnya Cari Return Tetap di Reksadana Pendapatan Tetap
Dari berbagai jenis reksadana, ada satu yang cukup menarik perhatian yaitu reksadana pendapatan tetap. Reksadana pendapatan tetap ialah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari asetnya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Obligasi atau surat utang ini bisa yang diterbitkan oleh perusahaan (korporasi) maupun obligasi pemerintah.
Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang tetapi lebih moderat dibandingkan saham sehingga cocok untuk jangka waktu 1 sampai 3 tahun.
Jika reksadana berinvestasi pada instrumen yang memberikan pendapatan yang tetap, apakah itu berarti investor reksadana tersebut juga memperoleh pendapatan yang tetap? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita perlu memahami lebih jauh tentang cara kerja reksadana.
(KA02/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.