Tidak Kuat Lihat Gejolak Saham? Yuk Beralih ke Reksadana Pendapatan Tetap

Bareksa • 07 Aug 2019

an image
Ilustrasi investasi reksadana pendapatan tetap fixed income fund obligasi korporasi surat utang negara surat berharga yang disimbolkan dengan keyboard dan kunci

Reksadana pendapatan tetap ialah jenis reksadana yang menginvestasikan minimal 80 persen asetnya di obligasi

Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 56,23 poin atau 0,91 persen ke level 6.119,47 di akhir perdagangan Selasa (6/8). Tiga sektor berada di zona hijau, sedangkan tujuh sektor lainnya masuk zona merah. Tiga sektor yang naik adalah pertambangan 0,52 persen, infrastruktur 0,47 persen dan sektor konstruksi 0,37 persen.

Sedangkan sektor-sektor yang melemah di antaranya aneka industri minus 2,26 persen, sektor keuangan negatif 1,9 persen dan sektor perdagangan turun 1,28 persen. Investor asing mencatatkan penjualan bersih Rp2,07 triliun di seluruh pasar.

IHSG pun tertekan mengikuti bursa global setelah terkena dampak devaluasi yuan sebagai respons China terhadap perang dagang (trade war) yang diinisiasi oleh Amerika Serikat.

Mengapa Devaluasi Yuan Terjadi?

Perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China memasuki babak baru. Setelah AS mengancam bakal mengenakan bea masuk baru, China membalas dengan tindakan yang lebih konkret yaitu 'melemahkan' mata uang yuan.

Kemarin, yuan melemah lebih dari 1 persen terhadap dolar AS dan menembus level CNY 7 per dolar AS. Level terlemah sejak Maret 2008 atau 11 tahun lalu.

Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam bakal mengenakan bea masuk 10 persen terhadap impor produk-produk China senilai US$300 miliar. Kebijakan ini rencananya mulai berlaku 1 September.

China tidak terima. Sejak kemarin, China seakan membiarkan (atau malah mungkin sengaja) membuat yuan melemah. Apa yang dikhawatirkan dunia sepertinya menjadi kenyataan, perang mata uang (currency war) sudah dimulai.

Depresiasi yuan membuat produk-produk asal China menjadi lebih murah di pasar global, sehingga mendongkrak kinerja ekspor Negeri Tirai Bambu. Jadi walau sulit masuk pasar AS sebagai negara tujuan ekspor utama, namun eskpor China bisa leluasa berpenetrasi ke negara-negara lain.

Sentimen global tersebut mengakibatkan gejolak di pasar saham dalam negeri. Dalam 4 hari berturut-turut IHSG anjlok 4,24 persen dari 6.390 pada penutupan 31 Juli menjadi 6.119 pada penutupan 6 Agustus 2019.

Seiring penurunan IHSG, indeks reksadana saham juga jeblok 4,15 persen di periode yang sama. Kemudian indeks reksadana saham syariah minus 2,91 persen, indeks reksadana campuran negatif 2,57 persen dan indeks reksadana campuran syariah berkurang 1,64 persen.


Sumber : Bareksa

Saatnya Cari Return Tetap di Reksadana Pendapatan Tetap

Dari berbagai jenis reksadana, ada satu yang cukup menarik perhatian yaitu reksadana pendapatan tetap. Reksadana pendapatan tetap ialah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari asetnya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Obligasi atau surat utang ini bisa yang diterbitkan oleh perusahaan (korporasi) maupun obligasi pemerintah.

Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang tetapi lebih moderat dibandingkan saham sehingga cocok untuk jangka waktu 1 sampai 3 tahun.

Jika reksadana berinvestasi pada instrumen yang memberikan pendapatan yang tetap, apakah itu berarti investor reksadana tersebut juga memperoleh pendapatan yang tetap? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita perlu memahami lebih jauh tentang cara kerja reksadana. Ada 2 hal yang perlu kita ketahui yaitu reinvestasi dan likuiditas.

Yang dimaksud dengan reinvestasi adalah dalam pengelolaan reksadana, semua pendapatan yang diperoleh dari pembayaran bunga deposito, kupon obligasi dan dividen saham selanjutnya akan digunakan oleh manajer investasi untuk investasi kembali. Dengan demikian, reinvestasi ini akan meningkatkan nilai aktiva bersih (NAB) dan harga reksadana.

Investor reksadana akan memperoleh manfaat dari pendapatan tersebut dalam bentuk kenaikan harga namun tidak dalam bentuk pembayaran tunai ke rekeningnya.

Kemudian faktor yang kedua yaitu likuiditas. Dalam investasi reksadana, Manajer Investasi diwajibkan dalam peraturan untuk memproses pembayaran dari perintah penarikan investor paling lambat 7 hari kerja setelah perintah diberikan. Dengan adanya kewajiban ini, berarti instrumen pendapatan tetap yang dimiliki oleh reksadana seperti obligasi harus siap dijual sewaktu-waktu ketika investor melakukan pencairan.

Karena itu, harga obligasi dalam reksadana dicatat pada harga pasar wajar yang berlaku. Yang dimaksud dengan harga pasar wajar adalah harga yang mencerminkan nilai obligasi apabila ditransaksikan pada hari tersebut.

Karena faktor reinvestasi dan likuiditas tersebut, maka investor reksadana pendapatan tetap tidak memperoleh pendapatan yang tetap. Sebagai gantinya mereka memperoleh instrumen investasi yang pergerakan dan risikonya lebih stabil dibandingkan reksadana saham yang lebih bergejolak.

Hanya saja, investor harus mengetahui bahwa reksadana pendapatan tetap sangat terpengaruh oleh risiko perubahan suku bunga. Teorinya, jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya jika suku bunga turun maka harga obligasi akan meningkat.

Dalam kondisi suku bunga naik, terkadang dapat menyebabkan penurunan tajam pada harga obligasi. Hal ini bisa berpotensi kinerja reksadana pendapatan tetap mengalami penurunan lebih dalam dibandingkan reksadana saham.

Dengan memahami hal tersebut, maka Anda sudah siap menjadi investor reksadana pendapatan tetap. Jenis reksadana ini cocok untuk tujuan keuangan yang ditargetkan akan tercapai dalam kurun waktu antara 1 – 3 tahun.

(KA02/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.