Begini Trik Investasi Smart di Reksadana Saham

Bareksa • 24 Jun 2019

an image
ilustrasi investasi

Reksadana saham CIMB-Principal Smart Equity Fund bisa jadi pilihan investasi jangka panjang

Bareksa.com - Orang tua kita dahulu sering berkata "menabung pangkal kaya." Namun, dengan kondisi sekarang, istilah tersebut belum tentu benar karena kita butuh lebih dari sekedar menabung agar uang kita bisa tumbuh.

Kita perlu mengenal yang namanya investasi, kegiatan mirip menabung tetapi dengan potensi hasil yang lebih besar. Sebab, dalam berinvestasi seperti layaknya menanam pohon, uang modal yang kita tanamkan di dalam aset investasi bisa tumbuh seiring berjalannya waktu.

Investasi pun ada beragam macamnya mulai dari investasi di aset fisik seperti properti dan emas, hingga investasi keuangan seperti reksadana. Sebagai informasi, reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh manajer investasi untuk ditanamkan di aset-aset seperti saham, obligasi, dan pasar uang.

Reksadana bisa menjadi pilihan bagi masyarakat yang tidak memiliki banyak waktu untuk memantau portofolio investasinya, karena semuanya sudah dikelola oleh manajer investasi profesional dan berpengalaman. Contohnya di reksadana saham, yang berisikan berbagai saham yang tersedia di pasar modal Indonesia.

Kita sebagai investor tidak perlu menaruh modal besar untuk memiliki berbagai saham yang ada di bursa, karena kita bisa memilikinya dengan membeli reksadana saham. Selain itu, potensi hasilnya juga cukup besar, lebih dari sekedar menabung di celengan atau di bank saja.

Investasi di reksadana saham memiliki potensi imbal hasil yang tinggi. Akan tetapi, potensi ini dibarengi dengan risiko yang tinggi pula, sehingga reksadana saham disebut investasi high risk high return.

Pergerakan nilai aktiva bersih per unit (NAB/UP) reksadana saham, yang mencerminkan harganya, bisa naik dan turun dengan cepat atau dibilang berfluktuasi tinggi. Fluktuasi ini yang membuat risikonya tinggi dalam jangka pendek, tetapi bisa diatasi dengan berinvestasi secara rutin dalam jangka panjang.

Investasi Reguler

Untuk memahami bagaimana berinvestasi secara reguler atau rutin ini, kita bisa menggunakan Simulasi Reksadana yang menggunakan data historikal reksadana di Bareksa. Kita bisa memilih produk reksadana saham CIMB-Principal Smart Equity Fund, yang secara historis memberikan imbal hasil cukup baik.

Reksadana yang dikelola oleh PT Principal Asset Management ini dalam tiga tahun terakhir (per 3 Mei 2019) telah memberikan imbal hasil (return) 17,88 persen. Reksadana saham ini telah meluncur sejak 18 Desember 2014 dan bisa dibeli di Bareksa dengan modal sangat terjangkau, mulai Rp100.000 saja.

Misalkan kita rutin berinvestasi sebesar Rp1 juta per bulan setiap tanggal 1 mulai 1 Januari 2015, maka kini pokok modal yang telah kita kumpulkan sebesar Rp54 juta. Besaran uang kita tidak hanya sampai di situ, karena kita investasikan dalam reksadana saham CIMB-Principal Smart Equity Fund dalam waktu sekitar 4,5 tahun, uang kita sudah tumbuh menjadi Rp59,65 juta per 19 Juni 2019.

Dalam simulasi ini, kita mendapatkan imbal hasil (return) investasi sebesar Rp5,65 juta, atau sekitar 10,46 persen dari modal yang kita tanamkan. Untuk lebih jelasnya, lihat grafik berikut ini.

Sumber: Bareksa.com

Investasi reguler setiap bulan sangat cocok buat kita yang ingin mencapai tujuan keuangan apapun, tetapi dengan modal yang kecil. Seperti dalam simulasi tersebut, setelah 4,5 tahun berinvestasi kita bisa merasakan hasilnya, hingga mendapatkan Rp59,65 juta, yang mungkin sebelumnya tidak terbayangkan.

Lantas, dengan uang hasil investasi tersebut, kita bisa melakukan berbagai hal atau membeli apapun keinginan kita. Misalnya, kita ingin berjalan-jalan ke luar negeri, melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi, membiayai pesta pernikahan, membayar uang muka rumah, menyekolahkan anak, hingga mempersiapkan masa pensiun.

Mengapa Reksadana Bisa Memberikan Imbal Hasil?

Reksadana berisikan berbagai aset keuangan di dalam portofolionya. Contohnya di reksadana saham, saat nilai saham yang menjadi aset reksadana naik di pasar modal, nilai reksadana juga turut terdongkrak.

Sementara itu, risiko reksadana juga lebih terdiversifikasi (terbagi-bagi) karena isinya tidak hanya satu saham saja tetapi ada beragam. Bila ada satu saham yang harganya jatuh di pasar modal, hal ini tidak lantas membuat nilai reksadana langsung turun karena ada saham lain yang menopangnya dan belum tentu ikut turun.

Dalam contoh ini, kita menggunakan reksadana CIMB-Principal Smart Equity Fund. Menurut prospektusnya, reksadana saham ini bertujuan untuk memperoleh hasil investasi yang menarik dan optimal dalam jangka panjang namun tetap memberikan pendapatan yang memadai melalui investasi pada Efek bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh korporasi yang dijual dalam Penawaran Umum dan/atau diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia.

Adapun kebijakan investasinya adalah minimum 80 persen dan maksimum 100 persen pada Efek bersifat Ekuitas, serta minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada Instrumen Pasar Uang. Menurut fund fact sheet Mei 2019, ada lima saham yang menjadi aset terbesar (top holdings) reksadana CIMB-Principal Smart Equity Fund:

  • PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
  • Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
  • Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
  • H.M. Sampoerna Tbk (HMSP)
  • Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

Nah, sudah tahu kan trik berinvestasi di reksadana saham? Jadi, investasi reksadana sekarang bisa membantu mencapai apapun tujuan keuangan kita di masa depan.

(ADV)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Calon pemodal wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa datang.