Bareksa.com - The Fed pada Rabu malam memutuskan menahan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) di kisaran target 2,25 - 2,5 persen. Namun ternyata tidak seluruh anggota komite penentuan suku bunga (FOMC) sepakat dengan keputusan itu. Presiden The Fed St. Louis James Bullard menyatakan bunga acuannya seharusnya turun bulan ini.
Proyeksi suku bunga bank sentral yang dirilis bersamaan dengan pernyataannya pada Rabu menunjukkan bahwa delapan anggota The Fed memperkirakan adanya satu kali pemotongan suku bunga tahun ini.
Gubernur The Fed Jerome Powell juga membuka peluang pelonggaran kebijakan sebagaimana ia sampaikan dalam konferensi pers usai rilis pernyataan bank sentral.
Para pelaku pasar telah memperkirakan adanya kebijakan moneter yang lebih longgar pada Juli. Mereka juga memperkirakan bank sentral akan memangkas bunga acuan pada September dan Desember, menurut FedWatch.
Perkiraan Suku Bunga AS di Bulan Juli 2019
Sumber : CME Group
Mengacu pada data tersebut, sebanyak 72 persen konsensus meyakini akan terjadi penurunan suku bunga 25 basis poin menjadi 2 – 2,25 persen pada Juli 2019.
Menariknya, kemungkinan suku bunga AS tetap di level 2,25 - 2,5 persen untuk bulan juli bahkan mencapai 0 persen. Artinya sudah tidak ada ekonom yang memperkirakan The Fed akan pertahankan suku bunga di level tersebut pada Juli.
Dengan perkembangan ini, The Fed mengisyaratkan bahwa mereka akan siap untuk menurunkan tingkat suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2008 lalu.
Ketidakpastian yang terus meningkat seiring dengan adanya perang dagang antara Amerika dan China membuat FOMC mengambil ruang yang lebih besar untuk melakukan pemotongan.
Bagaimana dengan Suku Bunga Bank Indonesia?
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6 persen, suku bunga deposit facility 5,25 persen, dan suku bunga lending facility 6,75 persen.
Untuk menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam pembiayaan ekonomi, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan giro wajib minimum (GWM) rupiah untuk bank umum konvensional dan bank umum syariah/unit usaha syariah 50 basis poin, masing-masing menjadi 6 persen dan 4,5 persen, dengan GWM rerata masing-masing tetap 3 persen berlaku efektif pada 1 Juli 2019.
Menurut analisis Bareksa, suku bunga yang tetap di level 6 persen, mengingat data current account deficit (CAD) yang masih menjadi concern para petinggi Bank Sentral. Jika The Fed memangkas suku bunga acuan pada Juli, maka bukan tidak mungkin BI juga akan ikut menurunkan suku bunga di bulan Juli atau Agustus.
Hal ini juga yang akan mendorong pasar untuk bereaksi lebih awal, baik saham maupun obligasi berpotensi untuk mencatatkan kenaikkan kembali. Jika the Fed memangkas tingkat suku bunga, maka kemungkinan besar akan diikuti oleh BI.
Prospek Reksadana Pendapatan Tetap
Sebelumnya, pasar obligasi dalam tren positif dalam sepekan ini lantaran masih tersisanya sentimen penaikan peringkat utang Indonesia ke BBB pada 31 Mei lalu. Tren ini turut membuat proyeksi reksadana pendapatan tetap atau fixed income terdongkrak.
Tercatat, indeks reksadana pendapatan tetap yang menjadi acuan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap di Bareksa menguat 2,51 persen dalam satu bulan terakhir. Dalam jangka waktu satu tahun pun kinerja reksana pendapatan tetap menguat 4,63 persen.
Katalis lain datang dari the Federal Open Market Committee (FOMC) dan rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang berpeluang memangkas suku bunga di bulan depan, jika hal tersebut menjadi kenyataan maka akan membawa berkah untuk reksadana pendapatan tetap, sehingga membuat investor asing memburu surat utang negara (SUN) Indonesia.
(KA02/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.