Anda Tipe Investor Agresif? Ini 3 Reksadana Saham Return Tertinggi dalam 5 Tahun

Bareksa • 21 Jun 2019

an image
Ilustrasi investor trader pialang fund manager pria pemuda duduk di depan laptop gadget bingung serius memikirkan keuntungan dari hasil investasi reksadana saham obligasi surat berharga negara sukuk surat utang pemerintah korporasi

Tiga reksadana itu antara lain Sucorinvest Equity Fund, Simas Saham Unggulan, dan HPAM Ultima Ekuitas 1

Bareksa.com – Bagi Anda yang memiliki karakter agresif dalam berinvestasi reksadana, maka jenis reksadana saham merupakan jenis yang cocok. Anda pun harus memahami, investasi reksadana jenis ini memiliki risiko tinggi "high risk high return" yang artinya punya risiko tinggi tapi berpeluang mendapatkan return yang tinggi pula.

Seperti diketahui, reksadana  saham adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari jenis reksadana lainnya namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.

Untuk berinvestasi reksadana saham sebagian besar manajer investasi akan menyarankan jangka waktu tidak kurang dari 5 tahun.

Bareksa merangkum performa tiga produk reksadana saham yang memberi return tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Daftarnya antara lain Sucorinvest Equity Fund, Simas Saham Unggulan, dan HPAM Ultima Ekuitas 1.

Secara ringkas, Sucorinvest Equity Fund menjadi reksadana saham pemberi return tertinggi dalam 5 tahun terakhir dengan persentase hingga 108,04 persen. Disusul Simas Saham Unggulan 68,78 persen, dan HPAM Ultimas Ekuitas 1 dengan return 59 persen.

Untuk melihat bagaimana produk-produk itu bisa memberi return tinggi, berikut ulasan Bareksa;

1. Sucorinvest Equity Fund

Produk ini adalah racikan PT Sucorinvest Asset Management yang lahir pada 8 Mei 2012. Hingga saat ini, Sucorinvest Equity Fund mencatat dana kelolaan atau asset under management (AUM) Rp974,28 miliar.

AUM Sucorinvest Equity Fund Periode Mei 2012 – Mei 2019

Sumber: Bareksa.com

Sucorinvest Equity Fund bertujuan untuk mengoptimalkan tingkat keuntungan jangka panjang dengan melakukan investasi pada saham dengan minimum 60 persen dari keseluruhan ekuitas yang diinvestasikan pada saham-saham LQ45.

Dari situ, reksadana ini punya kebijakan investasi 80 persen dalam ekuitas yang 60 persen di dalamnya merupakan saham-saham LQ45 dan antara 0 sampai 20 persen dalam instrumen pasar uang.

Per Mei 2019, top 5 portofolio investasi Sucorinvest Equity Fund antara lain PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesi (Persero) Tbk (BBRI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

2. Simas Saham Unggulan

Pada posisi ke dua adalah produk racikan PT Sinarmas Asset Management. Produk rilisan 18 Desember 2012 dan sudah mengelola dana Rp2,23 triliun ini bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang optimal dalam jangka panjang dengan tingkat fleksibilitas investasi yang cukup tinggi serta mengurangi risiko dengan berbagai jenis investasi portofolio efek yang terdiri dari efek bersifat ekuitas, efek bersifat utang dan/atau efek beragun aset serta instrumen pasar uang sesuai peraturan perundang–undangan yang berlaku.

Simas Saham Unggulan punya kebijaakan investasi minimum 80 peren dan maksimum 98 persen pada efek bersifat ekuitas. Serta minimum 2 persen dan maksimum 20 persen pada Instrumen pasar uang, efek bersifat utang dan atau efek beragun aset.

Sementara per April 2019, Simas Saham Unggulan mengalokasikan 99,8 persen ke saham dan hanya 0,2 persen ke pasar uang. Alokasi ini berubah dari posisi Maret 2019 dari 94,8 persen di saham dan 5,2 persen pasar uang.

Alokasi Aset Simas Saham Unggulan

Sumber: Bareksa.com

Masih per April 2019, top 5 portofolio investasi Simas Saham Unggulan antara lain PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), PT Urban Jakarta Propertindo Tbk (URBN), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

3. HPAM Ultimas Ekuitas 1

Di posisi tiga reksadana saham dengan return tertinggi dalam 5 tahun ialah reksadana racikan Henan Putihrai Asset Management. Reksadana HPAM Ultimas Ekuitas 1 meluncur 7 Desember 2009 dan telah mengelola dana Rp1,38 triliun.

NAB/Unit HPAM Ultima Ekuitas 1

Sumber: Bareksa.com

HPAM Ultima Ekuitas 1 bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan nilai investasi yang agresif dan optimal dalam jangka panjang dengan melakukan investasi ke dalam instrumen investasi secara aktif pada saham-saham yang telah dijual dalam penawaran umum dan/atau dicatatkan di Bursa Efek dan/atau efek bersifat utang dan/atau instrumen pasar uang dan/atau kas dan setara kas.

Kebijakan investasi reksadana ini adalah 80 persen hingga 100 persen dalam ekuitas dan antara 0 persen hingga 20 persen dalam efek bersifat hutang dan instrument pasar uang.

Adapun top 5 portofolio investasi HPAM Ultima Ekuitas 1 antara lain PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Waskita Karya  (Persero) Tbk (WSKT), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.