Bareksa.com - Pada bulan Ramadan, umat Muslim berlomba-lomba mencari pahala dan keberkahan, termasuk dalam hal investasi. Mencari instrumen investasi yang halal, bebas riba, dan tetap menguntungkan jadi pertimbangan utama. Salah satunya berinvestasi di reksadana syariah.
Tercatat ada 34 produk reksadana syariah yang bisa dibeli di marketplace reksadana Bareksa. Dari angka itu, 17 di antaranya merupakan reksadana saham, 5 reksadana pendapatan tetap, 6 reksadana pasar uang, serta 6 produk reksadana campuran.
Di antara produk-produk tersebut ada beberapa yang paling diminati nasabah. Hingga pekan ketiga Mei 2019, dalam daftar lima produk reksadana syariah yang paling laris di Bareksa tersebut, dua produk di antaranya adalah reksadana pasar uang. Tiga lainnya merata untuk reksadana saham, campuran, dan pendapatan tetap.
5 Reksadana Syariah Terlaris di Bareksa hingga Pekan Ketiga Mei 2019
Sumber : Bareksa
Dua produk di antaranya merupakan racikan PT Sinarmas Asset Management yakni reksadana saham Simas Syariah Unggulan yang berada di urutan pertama dan reksadana campuran Simas Syariah Berkembang di urutan kelima.
Tiga lainnya adalah reksadana pasar uang Bahana Likuid Syariah kelolaan PT Bahana TCW Investment Management, reksadana pendapatan tetap MNC Dana Syariah kelolaan PT MNC Asset Management, serta reksadana pasar uang Emco Barokah Syariah besutan PT Emco Asset Management.
Bagaimana kinerja produk-produk reksadana syariah terlaris tersebut? Berikut ulasannya :
1. Simas Syariah Unggulan
Reksadana saham milik PT Sinarmas Asset Management yang diluncurkan sejak Agustus 2014 ini membukukan dana kelolaan Rp136 miliar per April 2019 dengan minimum pembelian awal dan pembelian selanjutnya Rp200.000 dan penjualan kembali Rp100.000. Dalam setahun terakhir nilai aktiva bersih reksadana ini antara 1.058 hingga 1.208 dengan bank kustodian PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
Sumber : Bareksa
Berdasarkan fund fact sheet April 2019, top holding dalam reksadana ini saham adalah PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD), PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA), dan PT HK Metals Utama Tbk (HKMU).
Kebijakan investasi reksadana ini adalah untuk memperoleh pendapatan yang optimal dalam jangka panjang dengan tingkat fleksibilitas investasi yang cukup tinggi. Serta mengurangi risiko dengan berbagai jenis portofolio efek yang terdiri dari efek ekuitas dan efek bersifat utang, serta instrumen pasar uang sesuai prinsip syariah da peraturan perundangan yang berlaku.
Sebanyak 80-98 persen ditempatkan dalam ekuitas dan 2-20 persen dalam instrumen pasar uang, efek utang, dan EBA.
Sumber : fund fact sheet April 2019
Per 20 Mei 2019, reksadana ini mencetak return negatif secara YtD dan 1 tahun terakhir. Namun dalam 3 tahun terakhir, Simas Syariah Unggulan untung 22,4 persen.
2. Bahana Likuid Syariah
Reksadana pasar uang racikan PT Bahana TCW Investment Management yang dirilis sejak Januari 2015 memilik dana kelolaan Rp291,8 miliar per April 2019. Reksadana ini bisa dibeli di Bareksa dengan minimum pembelian awal dan penjualan kembali Rp100.000 serta bekerja sama dengan bank kustodian Standard Chartered Bank.
Dalam setahun terakhir harga nilai aktiva bersih terendah dan tertinggi di 1.221-1.293
sumber : Bareksa
Bahana Likuid Syariah adalah reksadana pasar uang syariah (100 persen pasar uang/kas) yang memberikan solusi manajemen likuiditas jangka pendek bagi para investor dengan tetap memberikan imbal hasil yang optimal melalui penempatan pada instrumen pasar uang seperti deposito syariah. BLS cocok untuk profil nasabah konservatif.
Kebijakan Investasi reksadana ini 100 persen pada instrumen syariah pasar uang. Portofolio Investasi ini di antaranya deposito Bank Sinarmas Syariah, Bank Muamalat
BPD Sumut Syariah, Bank Syariah Bukopin, BPD Riau Kepri Syariah
Per 20 Mei 2019, reksadana ini mencetak return 5,87 persen.
3. MNC Dana Syariah
Reksadana pendapatan tetap kelolaan PT MNC Asset Management ini dirilis sejak Juni 2006 dengan bank kustodian PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan dana kelolaan per April 2019 senilai Rp69,5 miliar. Minimal pembelian awal dan penjualan reksadana ini Rp250.000.
Setahun terakhir harga NAB reksadana ini antara 2.765 - 2.888.
Sumber : Bareksa
Tujuan investasi reksadana ini ialah untuk memperoleh tingkat pertumbuhan investasi yang stabil dan tingkat pengembalian yang menarik dengan tingkat risiko yang serendah mungkin melalui investasi pada efek pendapatan tetap minimal 80 persen dan instrumen pasar uang maksimum 20 persen dengan berpedoman pada syariah Islam dengan hasil investasi yang bersih dari unsur riba” dan gharar.
Kebijakan investasi reksadana ini adalah pada pada Instrumen pendapatan tetap syariah minimal 80 persen dan instrumen pasar uang syariah maksimal 20 persen.
Berdasarkan fund fact sheet per April 2019, top holding portofolio investasi di antaranya Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A, Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Timah Tahap I Tahun 2017 Seri A, Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Timah Tahap I Tahun 2017 Seri B, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Adira Finance Tahap II Tahun 2016 Seri C, dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap I Tahun 2017
Dalam setahun terakhir per 20 Mei 2019, reksadana ini mencetak imbal hasil 4,52 persen dan 3 tahun 19,82 persen.
4. Emco Barokah Syariah
Reksadana pasar uang yang dirilis PT Emco Asset Management pada Mei 2015 lalu ini memiliki dana kelolaan Rp11,5 miliar per April 2019. Bank kustodian untuk reksadana ini ialah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, serta nilai NAB terendah dan tertinggi setahun terakhir antara 1.208 - 1.264.
Sumber : Bareksa
Emco Barokah Syariah bertujuan untuk menghasilkan tingkat imbal hasil yang optimal melalui investasi pada instrumen pasar uang Syariah, Surat Berharga Syariah dan/atau deposito Syariah.
Kebijakan investasi reksadana ini ialah minimum 0 persen dan maksimum 100 persen pada instrumen pasar uang syariah dan minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada kas.
Dalam setahun terakhir reksadana ini mencetak imbal hasil 4,57 persen.
5. Simas Syariah Berkembang
Reksadana campuran yang diluncurkan sejak Agustus 2014 ini juga kelolaan PT Sinarmas Asset Management. Per April 2019, reksadana ini memiliki dana kelolaan Rp17,67 miliar. Minimal pembelian awal dan selanjutnya Rp200.000 dan minimal penjualan kembali Rp100.000. Nilai NAB setahun terakhir di rentang 1.121 - 1.299. Pengelolaan reksadana ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
Sumber : Bareksa
Simas Syariah Berkembang memiliki tujuan investasi untuk mencapai tingkat pendapatan yang optimal dalam jangka panjang melalui peningkatan nilai modal, penghasilan dividen dan pendapatan bunga serta mengurang risiko investasi ke dalam berbagai jenis efek yang sesuai dengan prinsip syariah.
Kebijakan investasi reksadana ini yakni sebanyak 5 - 79 persen dalam efek ekuitas serta 5 - 79 persen dalam efek bersifat utang, beragunan aset, dan pasar uang.
Menurut fund fact sheet April 2019, top holding portofolio investasi reksadana ini yakni saham PT Astra International Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Imbal hasil reksadana ini YtD 2019 per 20 Mei adalah 0,33 persen dan 3 tahun sebesar 14,39 persen.
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.