Berita / / Artikel

Perang Dagang AS-Cina Seret Anjlok IHSG, Ini Saran Bagi Investor Reksadana

• 15 May 2019

an image
Ilustrasi pergerakan harga saham IHSG, reksadana, investasi, obligasi, surat utang

Dalam sebulan terakhir, IHSG makin terpuruk bahkan menuju level 6.000

Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin tertekan dalam beberapa hari terakhir seiring memanasnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

Washington dan Beijing saling balas dalam memberlakukan tarif bea masuk, setelah akhir pekan lalu AS menganggap Negeri Panda mundur dari komitmen yang dibangun dalam beberapa pertemuan negosiasi dagang sebelumnya. Kondisi global yang tak menentu mengakibatkan pasar modal domestik terus memerah. 

Tercatat dalam sebulan terakhir IHSG anjlok 4,6 persen dari level 6.435 pertengahan April lalu jadi 6.135 pada penutupan 13 Mei 2019. Bahkan pada penutupan perdagangan Selasa, 14 Mei 2019, IHSG makin terpuruk di 6.071 atau menuju level 6.000. 


Sumber : Bareksa.com


Sumber : Bareksa

Seiring penurunan IHSG, beberapa jenis reksadana yang portofolionya mengandung saham juga menunjukkan kinerja serupa. Tercatat seiring penurunan IHSG sebulan terakhir, indeks reksadana saham juga mencatatkan return negatif 4,96 persen.

Indeks reksadana saham syariah mencatatkan penurunan lebih dalam yakni minus 7,25 persen. Serta return indeks reksadana campuran dan indeks reksadana campuran syariah masing-masing negatif 3,12 persen dan 3,55 persen.

Memerahnya pasar saham dalam beberapa waktu terakhir yang tak kunjung mereda tentu membuat sebagian investor mulai cemas. Tak terkecuali investor reksadana saham dan campuran, yang di dalam portofolionya mengandung saham.

Kepala Bidang Investasi Avrist Asset Management, Tubagus Farash Akbar Farich, menyatakan perang dagang AS - China adalah potensi melemahnya mata uang yuan lebih lanjut terhadap dolar Amerika Serikat.

"Karena rupiah memiliki korelasi yang kuat dengan yuan, maka potensi berlanjutnya depresiasi rupiah jadi tinggi," ujarnya ketika dihubungi Bareksa (14/05).

Depresiasi tersebut, kata Tubagus, membuat investor asing menarik investasinya dari pasar saham dan obligasi Indonesia, akibatnya pasar saham dan obligasi domestik terkoreksi.

"Bagi investor reksadana dapat memanfaatkan momen koreksi dengan membeli reksadana saham dan obligasi secara bertahap sepanjang masa koreksi sehingga mendapatkan average cost yang lebih rendah serta potensi return jangka panjang yang lebih baik," ungkapnya.

Senada tim analis investasi dari salah satu manajer investasi asing di Jakarta menyatakan Bulan Mei hingga September memang identik dengan koreksi. Terkait perang dagang AS - China, mereka menilai para investor asing mulai mengamankan aset.

Mereka memprediksi kemungkinan hingga satu bulan ke depan sampai dengan tenggat waktu (deadline) kesepakatan dagang, maka volatilitas pasar saham masih akan tinggi.

"Untuk investor reksadana saham, investasi di instrumen ini view-nya jangka panjang. Jadi, lebih baik top up jika ada likuiditas," ujar tim analis tersebut.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Tags: