Bareksa.com - Reksadana adalah kumpulan dana masyarakat yang dikelola oleh manajer investasi untuk ditaruh di dalam aset-aset dalam sebuah portofolio. Racikan isi portofolio ini yang membentuk jenis reksadana, contohnya reksadana saham yang mayoritas asetnya adalah saham.
Investasi di reksadana saham memiliki potensi keuntungan yang tinggi. Akan tetapi, potensi ini dibarengi dengan risiko yang tinggi pula, sehingga reksadana saham disebut investasi high risk high return.
Pergerakan nilai aktiva bersih per unit (NAB/UP) reksadana saham, yang mencerminkan harganya, bisa naik dan turun dengan cepat atau dibilang berfluktuasi tinggi. Fluktuasi ini yang membuat risikonya tinggi dalam jangka pendek, tetapi bisa diatasi dengan berinvestasi dengan jangka panjang.
Nah, buat kita yang sedang mempertimbangkan untuk berinvestasi di reksadana saham, simak tips berikut ini.
1. Sesuaikan dengan profil risiko
Sebagai investor, profil risiko adalah hal yang wajib diketahui sebelum melakukan investasi. Pasalnya profil risiko ini akan menentukan kita dalam memilih produk investasi yang sesuai, berdasarkan tingkat return (keuntungan) yang diharapkan dengan seberapa besar tingkat risiko yang mampu kita tanggung.
Pada prinsip investasi, tingkat risiko yang berani kita ambil ini akan berbanding lurus dengan potensi return yang diharapkan. Bila kita ingin mendapatkan potensi keuntungan tinggi, kita harus berani menghadapi risiko yang tinggi.
Untuk reksadana saham, kita harus siap untung dan juga siap rugi. Profil risiko investor yang cocok dengan reksadana saham adalah tipe agresif yang siap mengambil risiko (risk taker). Orang dengan profil risiko agresif siap kehilangan sebagian besar bahkan seluruh dana investasinya demi imbal hasil yang besar.
Jadi, siapkan nyali sebelum membeli reksadana saham
2. Jangka panjang
Karena reksadana saham sifatnya sangat fluktuatif, kita bisa mendapatkan hasil yang optimal bila berinvestasi untuk jangka panjang. Ukuran jangka panjang adalah di atas lima tahun, sehingga kita harus menyesuaikan tujuan keuangan kita juga.
Tujuan keuangan jangka panjang nilainya juga seringkali besar. Contoh tujuan yang ingin kita capai misalnya, untuk pendidikan anak atau menyiapkan masa pensiun.
3. Rutin
Setelah kita menentukan tujuan keuangan kita, kita bisa merencanakan jumlah uang yang kita investasikan. Kalau modal kita sangat kecil, kita harus disiplin untuk rutin berinvestasi agar hasilnya bisa maksimal.
Kebiasaan rutin ini juga sering disebut dengan strategi dollar cost averaging, yakni berinvestasi dengan nilai yang sama secara berkala. Misalnya, kita berinvestasi Rp100.000 secara rutin tiap bulan dalam waktu lima tahun.
Dengan strategi ini, kita tidak perlu memikirkan bagaimana kondisi pasar saham saat ini, yang penting adalah kita selalu berinvestasi dengan nilai yang sama. Hasilnya, kita bisa mendapatkan harga rata-rata investasi kita dan risiko bisa lebih rendah karena pembelian dilakukan secara berkala.
Untuk mempermudah rutin berinvestasi ini, kita bisa menggunakan fitur auto debet, atau debet otomatis dari rekening tiap bulan. Fitur ini sudah tersedia di marketplace investasi Bareksa untuk sejumlah produk reksadana.
4. Jangan sering lihat portofolio
Sudah tahu reksadana saham sangat berfluktuasi dalam jangka pendek, masih juga kita penasaran untuk membuka portofolio kita setiap hari. Kalau kita sudah menentukan untuk tujuan jangka panjang, tidak perlu terlalu sering memantau portofolio karena malah bikin kita makin deg-degan.
Kalau cuma minus 5 persen dalam sebulan, apa artinya? Kan kita berinvestasi untuk lima tahun, jadi masih ada waktu 4 tahun 11 bulan lagi untuk kita mencapai tujuan keuangan kita.
Kita boleh saja melihat dan mempertimbangkan kembali portofolio dalam waktu tertentu, misalnya setahun sekali. Jadi kalau dalam setahun belum sesuai dengan ekspektasi kita, kita bisa mengambil langkah selanjutnya, apakah menambah atau mengalihkan ke produk yang lain.
5. Investasi bukan trading
Kembali lagi ke istilah investasi, kita ingin menanam modal agar uang kita bertumbuh dalam jangka waktu yang tidak instan. Akan tetapi, terkadang bila kita sudah melihat keuntungan sedikit saja, kita sudah gatal ingin segera mencairkan reksadana saham kita.
Tunggu dulu, kalau sudah untung apakah sudah sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan keuangan kita? Kalau belum, jangan ditarik dulu karena justru malah menghancurkan rencana dan kita bisa gagal mencapai keinginan kita di masa depan.
Investasi reksadana saham bukan dagang, beli di harga rendah dan langsung jual begitu harganya naik. Masa baru naik 5 persen udah langsung dicairkan? Kalau kita tunggu lebih lama lagi, keuntungan kita potensinya malah bisa dua kali lipat daripada modal loh.
Jadi, bersabarlah.
Itulah empat tips berinvestasi reksadana saham. Ayo mulai berinvestasi sekarang agar bisa segera mencapai apapun tujuan keuangan kita.
* * *
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.