Bareksa.com - Dana kelolaan 10 manajer investasi teratas di Tanah Air mencatatkan kenaikan pada periode Januari-Desember 2018 dibandingkan periode yang sama di 2017. Kenaikan itu dicatatkan enam dari 10 MI yang ada dalam daftar.
Tercatat total dana kelolaan dari 10 manajer investasi tersebut mencapai Rp289,25 triliun atau meningkat 3,37 persen dibandingkan periode yang sama di 2017 yang sebesar Rp279,82 triliun.
Dilihat dari peringkat 10 manajer investasi teratas dengan dana kelolaan terbesar, terdapat pergeseran untuk ranking 6 hingga 10.
Sebelumnya, pada 2017, posisi 6 hingga 10 manajer investasi diisi oleh PT Danareksa Investment Management, PT Sinarmas Asset Management, PT BNI Asset Management PT BNP Paribas Investment Partners dan PT Trimegah Asset Management.
Namun pada 2018, posisi 6 hingga 10 terdapat perubahan menjadi PT Sinarmas Asset Management melenggang ke posisi 6 meninggalkan Danareksa Investment Management di posisi 7.
Sementara PT Syailendra Capital masuk sebagai pemain baru di daftar Top 10 MI dengan AUM terbesar. PT BNP Paribas Investment Partners cukup puas menjadi pemain buncit di posisi 10. Sedangkan ranking PT Trimegah Asset Management naik ke posisi 9.
Adapun BNI AM yang pada 2017 berada di posisi 8 dana kelolaan terbesar, namun pada 2018 harus keluar dari daftar top 10. Per Desember 2018, tercatat BNI AM memiliki kelolaan Rp15,29 triliun atau anjlok signifikan dibandingkan Rp18,5 triliun per Desember 2017.
Sementara untuk posisi 5 teratas masih diisi oleh PT Schroder Investment Management Indonesia yang tetap menjadi nomor 1 atau jawara manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar.
Posisi kedua hingga kelima masing-masing di isi PT Mandiri Manajemen Indonesia, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen dan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.
Dilihat dari dana kelolaan 5 manajer investasi tersebut, 4 perusahaan menunjukkan peningkatan dan hanya Mandiri Manajemen Investasi yang mencatatkan penurunan signifikan.
Pada Desember 2017, dana kelolaan Mandiri Manajer Investasi mencapai Rp43,57 triliun, namun pada Desember 2018 menurun jadi Rp42,03 triliun.
Dilihat dari pangsa pasar, pada Desember 2018, penguasaan pasar 10 manajer investasi mengalami penurunan pada periode Januari hingga Desember 2018, yakni mencàpai 57 persen dari 61,18 persen pada posisi tahun sebelumnya.
Schroder Investment Management Indonesia masih menguasai pangsa pasar industri reksadana dengan angka 9,13 persen, namun pangsa pasar tersebut menurun dibandingkan 2017 yang mencapai 9,91 persen.
Penurunan pangsa pasar juga dicatatkan empat manajer investasi lainnya. Daftar selengkapnya ada di tabel berikut :
Top 10 Manajer Investasi 2018 dan 2017 (berdasarkan dana kelolaan/Rp triliun)
Sumber : OJK, diolah Bareksa
Berikut ulasan top 5 manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar tersebut :
1. PT Schoreder Investment Management Indonesia
Peringkat pertama AUM reksadana terbuka (open-end fund) diduduki oleh PT Schoreder Investment Management Indonesia. AUM manajer investasi tersebut mencapai Rp46,29 triliun.
Dengan jumlah total AUM tersebut, Schroder Investment memiliki market share 9,13 persen dari AUM industri.
PT Schroder Investment Management Indonesia didirikan pada tanggal 4 Maret 1997 di Jakarta yang 99 persen sahamnya dimiliki oleh Grup Schroders yang berpusat di Inggris dan telah berdiri sejak tahun 1804.
Berdasarkan catatan Bareksa, hingga saat ini Schroders telah meluncurkan 30 produk reksadana, dengan rincian 5 produk untuk jenis reksadana terproteksi, kemudian reksanda saham (7 produk), pendapatan tetap (10 produk), pasar uang (2 produk), serta campuran (6 produk).
Produk reksadana Schroders yang tercatat memiliki dana kelolaan terbesar adalah reksadana saham Schroder Dana Prestasi Plus dengan nilai dana kelolaan mencapai Rp18,35 triliun.
Sumber : Bareksa
2. PT Mandiri Manajemen Investasi
Manajer investasi dengan AUM terbesar kedua pada 2018 adalah PT Mandiri Manajemen Investasi. Salah satu unit usaha PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) itu memiliki dana kelolaan Rp42,03 triliun per Desember 2018. Market share AUM Mandri Manajemen Investasi di industri reksadana mencapai 8,28 persen.
Mandiri Manajemen Investasi terbentuk pada Desember 2004. Mandiri Investasi memisahkan diri dari PT Mandiri Sekuritas dan kemudian menjadi PT Mandiri Manajemen Investasi atau lebih dikenal dengan Mandiri Investasi.
Berdasarkan catatan Bareksa, hingga kini Mandiri Investasi telah merilis 183 produk reksadana, yang mayoritasnya atau mencapai 134 produk merupakan jenis reksadana terproteksi. Kemudian untuk jenis reksadana saham 13 produk, reksadana penyertaan terbatas (4 produk), pendapatan tetap (13 produk), pasar uang (11 produk), campuran (4 produk), serta indeks & ETF (1 produk).
Produk reksadana Mandiri Investasi yang membukukan dana kelolaan terbesar adalah Mandiri Saham Atraktif dana nilai AUM mencapai Rp5,15 triliun.
Sumber : Bareksa
3. PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen
Posisi ketiga manajer investasi terbesar berdasarkan AUM pada 2018 diduduki oleh PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen. Perusahaan mengelola dana investor Rp40,34 triliun. Batavia Aset Manajemen memiliki pangsa pasar 7,95 persen terhadap industri reksadana.
Batavia Prosperindo Aset Manajemen didirikan pada 1996. Perusahaan saat ini mengelola berbagai produk reksadana dan kontrak pengelolaan dana bilateral untuk nasabah individu ataupun institusi.
Berdasarkan catatan Bareksa, Batavia Aset mengelola 172 produk reksadana. Dengan rincian sebanyak 127 produk merupakan reksadana terproteksi, reksadana saham (6 produk), penyertaan terbatas (1 produk), pendapatan tetap (22 produk), pasar uang (7 produk), indeks & ETF (2 produk), dan campuran (7 produk).
Produk reksadana Batavia yang mencetak dana kelolaan terbesar adalah Batavia Dana Saham dengan nilai AUM mencapai Rp3,89 triliun.
Sumber : Bareksa
4. PT Bahana TCW Investment Management
PT Bahana TCW Investment Management menduduki posisi keempat berdasarkan jumlah AUM pada 2018. Perseroan memiliki AUM reksadana open-end senilai Rp38,76 triliun. Bahana memiliki pangsa pasar di industri 7,64 persen.
Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) merupakan perusahaan patungan antara PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia dengan Trust Company of the West (TCW), sebuah perusahaan Manajer Investasi yang berlokasi di Los Angeles, Amerika Serikat.
Dengan pengalaman selama lebih dari 12 tahun, perusahaan mengelola berbagai produk reksadana di antaranya campuran, pendapatan tetap, saham, indeks, pasar uang ataupun reksadana terproteksi.
Berdasarkan data Bareksa, hingga saat ini Bahana TCW tercatat mengelola 164 produk reksadana. Di antaranya untuk jenis reksadana terproteksi sebanyak 116 produk, reksadana saham (9 produk), penyertaan terbatas (2 produk), pendapatan tetap (24 produk), pasar uang (9 produk), indeks & ETF (1 produk), serta campuran (3 produk).
Produk reksadana Bahana yang tercatat memiliki dana kelolaan terbesar adalah reksadana pasar uang Bahana Dana Likuid senilai Rp4,52 triliun.
Sumber : Bareksa
5. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia mengelola dana Rp27,79 triliun hingga 31 Desember 2018. Perseroan bertahan di posisi lima besar berdasarkan AUM meskipun dana kelolaannya turun dibandingkan 2017 yang senilai Rp 25,68 triliun.
Manulife Aset Manajemen Indonesia (“MAMI”) merupakan salah satu perusahaan manajemen investasi terbesar di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1996. MAMI adalah bagian dari Manulife Asset Management, perusahaan manajemen investasi global Grup Manulife yang menawarkan beragam jasa manajemen investasi dan reksa dana di Indonesia.
MAMI mengelola produk reksadana pendapatan tetap (termasuk reksadana syariah sukuk), saham (termasuk reksadana saham syariah), campuran, pasar uang, dan terproteksi.
Berdasarkan catatan Bareksa, hingga saat ini Manulife Aset mengelola 26 produk reksadana dengan rincian reksadana terproteksi (1 produk), reksadana saham (10 produk), pendapatan tetap (7 produk), pasar uang (4 produk), dan campuran (4 produk).
Produk reksadana Manulife yang mencatat dana kelolaan terbesar adalah reksadana pendapatan tetap Manulife Dana Tetap Utama senilai Rp3,63 triliun.
Sumber : Bareksa
Sementara itu, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan total kelolaan dana kelolaan industri reksadana sampai Desember 2018 mencapai Rp507,26 triliun, atau meningkat 11 persen dibandingkan periode Desember 2017 yang mencapai Rp456,95 triliun.
Reksadana saham mendominasi dana kelolaan industri reksadana dengan market share 28,35 persen atau sebesar Rp143,81 triliun. Market share ini meningkat signifikan dibandingkan pada periode Desember 2017 yang baru mencapai 26,45 persen atau Rp120,85 triliun.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.