Bareksa.com - Saham-saham di sektor pertambangan (mining) masih terus menunjukkan tren penguatan atau bullish dalam setahun terakhir. Terhitung sejak awal Oktober 2017 hingga 15 Oktober 2018 indeks saham sektor pertambangan meningkat.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih mengalami tekanan setahun terakhir.
Seiring penguatan indeks saham pertambangan, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang masuk ke sektor pertambangan juga membukukan kenaikan. Saham PTBA telah memberikan keuntungan kepada para investor termasuk reksadana yang memegang saham ini di dalam portofolionya.
Indeks sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia sejak awal Oktober 2017 hingga 15 Oktober 2018 melonjak 32 persen. Sedangkan IHSG pada periode 16 Oktober 2017 hingga 15 Oktober 2018 tercatat negatif 3,73 persen.
Penguatan indeks saham pertambangan, salah satunya ditopang kenaikan harga saham PTBA.
Sebagai informasi tambahan Bukit Asam telah melakukan pemecahan nilai saham (stock split) dengan rasio 1 : 5 pada 13 Desember 2017, yang saat itu ditutup di level Rp11.200 menjadi Rp2.240 per saham.
Dengan begitu, jika dihitung dari tanggal stock splitnya hingga penutupan pada hari Senin kemarin (15 Oktober 2018), maka harga saham PTBA telah mengalami lonjakan 98,2 persen.
Sedangkan untuk satu tahun, terhitung dari awal Oktober 2017 hingga saat ini, pergerakan harga saham PTBA telah mencatatkan kenaikan yang sangat signifikan yakni 112,4 persen.
Pada awal Oktober 2017 saham PTBA di level harga Rp2.090 dan pada penutupan perdagangan pada hari Senin kemarin (15 Oktober 2018) ditutup pada level Rp4.440 per saham.
Perbandingan Sektor Pertambangan dengan Saham PTBA
Sumber : Bareksa
Portofolio Reksadana
Seiring dengan meroketnya harga saham PTBA ini, kinerja sejumlah reksadana yang memiliki saham ini dalam portofolionya juga ikut terdongkrak.
Tercatat setidaknya ada dua produk reksadana saham yang memegang saham PTBA dalam portofolionya, yakni Maybank Dana Ekuitas dan Sucorinvest Equity Fund, yang dikelola PT Maybank Asset Management dan PT Sucor Asset Management.
Return Reksadana Setahun Terakhir (per 12 Oktober 2018)
Maybank Dana Ekuitas
Dalam fund fact sheet periode September 2018, lima besar alokasi aset Maybank Dana Ekuitas, yaitu pada saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) , PT Charoen Pokhpand Indonesia Tbk (CPIN), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).
Reksadana saham ini masih mampu memberikan return setahun terakhir 0,96 persen di saat IHSG yang yang sedang tertekan. Meski begitu secara year to date , Maybank Dana Ekuitas masih mencatatkan return negatif 8,04 persen.
Sucorinvest Equity Fund
Sedangkan, untuk reksadana saham Sucorinvest Equity Fund memiliki alokasi aset pada saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Reksadana Sucorinvest Sharia Equity Fund ini telah memberikan return kepada para investor sejak awal Oktober 2017 hingga Oktober 2018 sebesar 6,12 persen dan secara year to date untung 1,74 persen.
Perbandingan Kinerja Reksadana Saham
Sumber : Bareksa
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.