Bank Commonwealth : Reksadana Saham Jadi Pilihan Investasi pada September

Bareksa • 14 Sep 2018

an image
Ilustrasi investor pria terkejut gembira melihat hasil keuntungan reksadana saham obligasi

Di Bareksa, reksadana Sucorinvest Maxi Fund dan Majoris Saham Alokasi Dinamik Indonesia return positif 1 bulan

Bareksa.com – Reksadana saham masih menjadi pilihan yang obyektif pada September ini. Terutama setelah sepanjang Agustus lalu, pasar saham Indonesia mulai beranjak membaik seiring dengan meredanya isu tentang parang dagang (trade war) antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Pernyataan ini disampaikan Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth Ivan Jaya. Ivan menjelaskan, selepas isu trade war mereda, memang muncul sentimen negatif yang datang dari Turki, di mana pelemahan mata uang lira mengakibatkan Investor kembali ke mode risk-off dengan mengurangi portofolio di emerging market.

Bank Indonesia merespons dengan kembali menaikkan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate 25 bps untuk menghadang laju pelemahan rupiah.

“Kondisi ekonomi Indonesia masih solid di tengah ketidakpastian ekonomi global,” tutur Ivan dalam keterangannya, Jumat, 14 September 2018.

Ivan menyampaikan, trade war yang terjadi saat ini diperkirakan akan mereda dalam beberapa bulan ke depan menjelang midterm election Amerika Serikat yang akan diselenggarakan pada awal bulan November.

Aksi pembalasan dari Tiongkok, Eropa, Meksiko, dan Kanada yang ditujukan pada sebagian produk yang dibuat di negara bagian dan distrik basis Partai Republik, diperkirakan akan membuat sikap Presiden Donald Trump melunak menjelang midterm election.

Dari sisi domestik, kestabilan kondisi politik Indonesia terlihat dengan tidak adanya isu besar seusai pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden Indonesia untuk Pemilihan Presiden tahun 2019, ditambah dengan kesuksesan penyelenggaran Asian Games ke-18 yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan konsumsi di Indonesia.

Di tengah ketidakpastian global yang masih cukup tinggi dan defisit transaksi berjalan Indonesia yang mencapai -3,04 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB), Indonesia masih dapat mencatatkan pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen.

Angka itu lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 5,06 persen, dan lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu 5,01 persen. Hal ini menunjukkan kondisi fundamental Indonesia masih dalam kondisi solid.

Investor menunggu keputusan Federal Reserve apakah akan ada kenaikan suku bunga acuan AS yang ketiga kalinya tahun ini, di mana berdasarkan konsensus global yang terakhir menunjukkan adanya 99 persen kemungkinan suku bunga AS akan naik pada September 2018.

“Kenaikan suku bunga apabila disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang positif pada umumnya akan membuat pasar saham bergerak ke arah positif, sehingga untuk nasabah dengan profil risiko growth,kami masih merekomendasikan untuk porsi saham di 70 persen,” kata Ivan.

Performa Reksadana Saham

Di Bareksa, setidaknya ada dua reksadana saham yang dalam performa baik selama sebulan terakhir.

Dua reksadana itu antara lain Sucorinvest Maxi Fund dan Majoris Saham Alokasi Dinamik Indonesia. Sucorinvest Maxi Fund mencetak return 2,09 persen sementara Majoris Saham Alokasi Dinamik Indonesia punya return 1,03 persen.

Return Sucorinvest Maxi Fund secara year to date mencapai 18,97 persen. Reksadana dengan dana kelolaan Rp262,94 miliar ini memiliki tujuan investasi untuk memberikan apresiasi modal dan tingkat keuntungan yang optimal dalam jangka panjang dengan mengkapitalisasi pasar modal indonesia.

Dengan kebijakan investasi minimum 80 persen dan maksimum 100 persen pada saham serta minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada instrumen pasar uang.

Reksadana ini memiliki lima top holding di antaranya saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) dan deposit on call IDR.

Return Reksadana Sucorinvest Maxi Fund dan Majoris Saham Alokasi Dinamik Indonesia

Sumber: Bareksa.com

Di sisi lain, return reksadana Majoris Saham Alokasi Dinamik Indonesia secara year to date masih minus 12,49 persen.

Reksadana yang dirilis 30 November 2015 dengan dana kelolaan saat ini Rp52,65 miliar ini punya tujuan investasi untuk  memberikan tingkat  pertumbuhan yang  optimal  atas  nilai  investasi  pada  efek  bersifat  ekuitas  melalui  pemilihan  efek  dengan  mempertimbangkan kondisi global, makro ekonomi Indonesia dan kinerja masing-masing emiten.

Adapun dengan kebijakan investasi minimum 80 persen dan maksimum 100 persen pada saham serta minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada instrumen pasar uang.

Majoris Saham Alokasi Dinamik Indonesia punya lima top holding antara lain saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.