Bareksa.com – Dengan imbal hasil yang lebih menarik dari bunga tabungan atau deposito, reksadana saat ini menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat dalam menyimpan uang. Bahkan dengan imbal hasil yang jauh lebih besar dari tingkat inflasi, reksadana juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi.
Dengan dana minimum investasi yang relatif rendah yakni hanya Rp100.000, kita dapat memilih produk reksadana yang sesuai dengan jangka waktu, tujuan investasi, dan profil risiko setiap investor. Sebab, reksadana terdiri dari beberapa jenis dengan karakteristik yang berbeda dalam menghasilkan risiko dan return (keuntungan).
Agar dapat merasa aman dan nyaman dalam berinvestasi di reksadana ini, terdapat dua hal yang sebaiknya tidak dilakukan oleh investor, khususnya bagi pemula yang biasanya masih khawatir atau ragu dalam menaruh uangnya di produk finansial.
Dua hal yang patut dihindari adalah sebagai berikut :
1. Jangan Mudah Terpukau dan Tergesa-gesa
Selain tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh suatu produk reksadana, investor juga perlu mempertimbangkan risikonya sebelum berinvestasi. Jangan mudah terpukau dengan potensi imbal hasil yang tinggi pada suatu produk reksadana. Sebab, semakin tinggi tingkat return yang berpotensi diraih maka risikonya pun akan semakin tinggi (high risk high return).
Kemudian, dalam memilih produk reksadana, sebaiknya investor perlu memahami dan membaca isi prospektus atau laporan kinerja reksadana terlebih dahulu dan tidak perlu tergesa-gesa. Pengambilan keputuan yang spontan (impulsive), biasanya hasilnya tidak akan maksimal.
Hal ini dilakukan juga untuk meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi akibat salah memilih produk yang sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko masing-masing. (Baca juga: Rawan Terjebak Investasi Bodong, Investor Pemula Wajib Kenali Produk Resmi)
2. Jangan Berharap Untung Besar Cepat
Melakukan investasi di reksadana, seperti menanam tanaman yang memerlukan waktu dan proses untuk bertumbuh hingga hasil atau buahnya baru dapat dipetik di kemudian hari.
Karena itu dibutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam berinvestasi agar dana yang kita tanamkan pada investasi dapat bertumbuh sesuai dengan harapan. (Baca Juga: Pahami Konsep Investasi, Jangan Sampai Terjebak Investasi Bodong Seperti Pandawa)
Manfaat atau imbal hasil (keuntungan) setiap produk investasi umumnya baru dapat dirasakan dalam jangka waktu tertentu. Seperti di reksadana ini, dalam jangka waktu yang relatif panjang, return reksadana cenderung meningkat meskipun pergerakannya cukup fluktuatif.
Perbandingan Return Setiap Jenis Indeks Reksadana dalam 10 Tahun Terakhir
Sumber: Bareksa.com
Berinvestasi dengan orientasi jangka panjang, investor tidak perlu panik dan langsung mencairkan reksadana ketika terjadi penurunan di pasar keuangan. Sebab, fluktuasi harian yang terjadi setiap hari hanya bersifat sementara.
Hal ini wajar saja terjadi pada reksadana saham yang memiliki risiko fluktuasi pasar tertinggi, terlihat pada grafik. Indeks jenis reksa dana ini tumbuh hingga 87,37 persen dalam 10 tahun terakhir atau return per tahun rata-rata sekitar 8,73 persen. Tentunya butuh kesabaran dan waktu yang tidak sebentar
Jadi, tidak perlu setiap hari juga kita memantau perkembangan portofolio kita agar nyaman berinvestasi di reksadana.
***
Ingin berinvestasi reksa dana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.