Bareksa.com – Pasar obligasi domestik mengalami tekanan dalam sepekan terakhir bulan Januari lalu (periode 24-31 Januari 2018). Meskipun demikian, di Marketplace Bareksa terdapat produk reksa dana berbasiskan obligasi yang masih membukukan kinerja cemerlang.
Sepekan terakhir Januari 2018, pasar obligasi melemah yang tercermin dari turunnya garis indeks obligasi konvensional, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) 0,4 persen.
Priyanto Soedarsono, Chief Investment Officer PT CIMB-Principal Asset Management (CPAM), dalam acara makan siang sejumlah jajaran Direksi CPAM bersama media mengatakan, adanya kekhawatiran pelaku pasar atas realisasi kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed membuat pasar obligasi domestik bergerak turun.
Terlebih, menjelang pertemuan FOMC pada 31 Januari 2018 lalu, imbal hasil (yield) Treasury AS 10 tahun mencapai level 2,7 persen untuk pertama kalinya sejak April 2014, tertinggi dalam empat tahun..
Hal tersebut turut memicu naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun ke level 6,24 pada penutupan perdagangan Senin, 29 Januari 2018 lalu. Seperti diketahui, naiknya imbal hasil obligasi mencerminkan adanya penurunan pada harga obligasi dan hal ini turut mempengaruhi pertumbuhan return reksa dana berbasis obligasi seperti jenis pendapatan tetap.
Dalam sepekan tersebut (periode 24-31 Januari 2018), indeks reksa dana pendapatan tetap tercatat turun 0,63 persen. Kemudian pada Rabu, 31 Januari 2018, rapat FOMC memutuskan bahwa The Fed tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level 1,5 persen (sesuai ekspektasi pasar).
Alhasil, keputusan tersebut direspon positif oleh pelaku pasar, yang tercermin dari kembali naiknya garis indeks obligasi konvensional, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) 0,27 persen dalam sehari perdagangan Rabu, 31 Januari 2018. (Lihat Top 5 Reksa Dana Pendapatan Tetap Return Tertinggi 1 Tahun)
Hingga penutupan perdagangan kemarin (Kamis, 01 Februari 2018), ICBI melanjutkan penguatan dengan kenaikan 0,21 persen dalam sehari perdagangan. Adapun rilis tingkat inflasi yang masih dalam level terkendali serta nilai tukar rupiah yang cenderung stabil turut memberikan sentimen positif di pasar obligasi.
Sumber : IBPA
Priyanto mengatakan, dengan kondisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang sehat, GDP yang semakin baik, tingkat inflasi yang terkendali, rupiah yang stabil serta jika Indonesia kembali mendapatkan kenaikan peringkat dari lembaga pemeringkat internasional Moody's Investor Service di tahun ini, bukan tidak mungkin pasar obligasi domestik akan kembali terdongkrak.
Dalam setahun terakhir, ICBI telah mencatatkan kenaikan 16,12 persen. Adapun kembali positifnya pasar obligasi juga menopang kinerja reksa dana pendapatan tetap.
Salah satu reksa dana pendapatan tetap dengan pertumbuhan return yang cukup menggiurkan adalah reksa dana CIMB-Principal Total Return Bond Fund. Dalam setahun terakhir, reksa dana kelolaan PT CIMB Principal Asset Management ini telah mencatatkan pertumbuhan 7,16 persen (per 01 Februari 2018).
Pada Barometer Bareksa, reksa dana yang diluncurkan sejak Oktober 2004 ini memiliki skor 5 dari skala 5, yang berarti reksa dana memiliki kinerja yang sangat baik. Barometer Bareksa merupakan peringkat untuk reksa dana dengan memperhitungkan return serta risiko yang dibandingkan dengan benchmark.
Adapun dalam strategi pengelolaan reksa dana pendapatan tetap di tahun ini, Priyanto mengatakan bahwa ia cukup optimis dengan kinerja pasar obligasi di tahun 2018, sehingga durasi portofolio reksa dana pendapatan tetap adalah mid to long duration. (hm)
**
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana..