2018, Tahun Penuh Tantangan Untuk Pasar Obligasi

Bareksa • 22 Dec 2017

an image
Ilustrasi investor reksa dana. Copyright: <a href='http://www.123rf.com/profile_olegdudko'>olegdudko / 123RF Stock Photo</a>

Trigger-trigger dan beberapa faktor risiko harus menjadi perhatian di tahun depan

Bareksa.com – Sepanjang 2017, pasar obligasi terus bergerak dalam tren penguatan. Kondisi ekonomi dalam negeri yang terbilang baik, di mana tingkat inflasi yang terkendali, cadangan devisa yang cukup kuat serta cenderung stabilnya nilai tukar rupiah memberikan sentimen positif bagi pasar obligasi domestik.

Akuntinu Mandhanny, Fund Manager PT Mandiri Manajemen Investasi, mengatakan pasar obligasi domestik sepanjang tahun ini sangat luar biasa. Sebab pasar obligasi memiliki return (imbal hasil) yang sangat baik. (Baca : Reksa Dana Hari Ini : Fitch Naikkan Rating Jadi BBB, Reksa Dana Saham Melambung)

Return tersebut disebabkan capital gain yang berasal dari kenaikan harga-harga obligasi yang cukup besar di 2017, ditambah return yang berasal dari kupon obligasi tersebut. “Kinerja pasar obligasi sangat luar biasa, sebab return obligasi dan saham hampir sama, sekitar 13 persen jika disetahunkan,” imbuhnya. (Lihat : Gandeng Bareksa, Manulife Bidik Kenaikan Jumlah Investor Reksa Dana via Digital)

Outlook Pasar Obligasi Tahun 2018

Akuntinu mengatakan tahun 2018 merupakan tahun yang cukup menantang untuk pasar obligasi Indonesia. Sebab pasar surat utang ini telah mengalami kenaikan cukup besar di 2017.

Dia mengatakan bahwa yield obligasi Indonesia masih paling menarik di antara emerging market lainnya. “Jika kita kurangin yield obligasi 10 tahun dengan tingkat inflasi, itu hampir di kisaran 3 persen, artinya secara yield masih menarik,” imbuhnya. (Baca : Ini Ulasan Kinerja Reksa Dana di Aplikasi DOKU Hingga Desember 2017)

Namun, ia menambahkan, sentimen dari pasar global seperti balance sheet rebalancing AS, rencana tappering ECB, dan tax reform AS patut menjadi perhatian. Jika tax reform terwujud maka AS akan berpotensi mengalami kekurangan dana dalam hal menutupi defisit anggarannya, dan pada akhirnya akan mendorong pemerintah untuk menerbitkan obligasi baru.

Hal ini akan membuat likuiditas obligasi menjadi besar dan mendorong naiknya tingkat yield obligasi. Sehingga yield di pasar global pun akan ikut naik dan hal ini dapat menjadi salah satu risiko untuk pasar obligasi global. (Lihat : Kini 7 Reksa Dana Manulife Tersedia di Bareksa, Bisa Dibeli Mulai Rp10.000)

Kenaikan Harga Minyak

Faktor lain yang harus dicermati yakni harga minyak mentah dunia yang perlahan-lahan akan ikut mengalami kenaikan. Patut menjadi perhatian apakah harga minyak mentah dunia akan bisa memaksa pemerintah terutama PT Pertamina (Persero) untuk menaikkan harganya.

Seperti diketahui, saat ini tidak ada lagi subsidi bahan bakar minyak (BBM) di pemerintah, namun semuanya ada di Pertamina. Sehingga kenaikan harga minyak mentah dunia harus dapat perhatian khusus, karena jika kenaikan sudah terlampau jauh melebihi harga yang bisa ditahan oleh Pertamina, maka ada kemungkinan Pertamina akan menaikkan harga jual BBM. (Baca : Reksa Dana Sepekan : Fed Rate Naik, Reksa Dana Kompak Cetak Return Positif)

Kenaikan pada harga BBM akan memberikan dorongan pada naiknya inflasi. Jika inflasi naik maka suku bunga acuan Bank Indonesia terpaksa harus naik. Trigger-trigger dan beberapa faktor risiko seperti inilah yang harus menjadi perhatian tahun depan.

Selain itu, Akuntinu menambahkan bahwa tahun 2018 merupakan dimulainya tahun politik, sehingga patut menjadi perhatian. Sebab kemungkinan akan ada pengaruh dari sisi kebijakan, terutama kebijakan moneter dan fiskal. “Setidaknya harus dijaga supaya kondisinya akan lebih kondusif,” katanya. (Lihat : Fed Rate Naik, Ini Top 5 Reksa Dana Saham dengan Return Tertinggi Sebulan)

Reksa Dana Pendapatan Tetap PT Mandiri Manajemen Investasi

Dalam wawancara eksklusif bersama Bareksa, Akuntinu juga memberikan outlook terkait pengelolaan reksa dana pendapatan tetap yang sedang dikelola. Ia mengatakan bahwa sejauh ini level durasi masih berada di level yang cukup panjang, karena masih ada trigger-trigger positif ke depannya, seperti inflasi yang rendah, yield yang masih berada pada level yang cukup baik.

Akuntinu menambahkan bahwa strategi tersebut akan di review secara berkala guna menyesuaikan dengan kondisi pasar terkini, terutama setelah kuartal I 2018. (Lihat : Lampaui Acuan, Reksa Dana Pendapatan Tetap Sucor AM Kini Tersedia di Bareksa)

Strategi Pengelolaan Portofolio Reksa Dana Pendapatan Tetap Kedepan

Saat ini portofolio reksa dana pendapatan tetap masih memiliki durasi yang panjang. Ke depannya akan menyesuaikan dengan kondisi pasar yang ada. Jika pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan Eropa dan Amerika berjalan sesuai rencana ataupun lebih agresif, tax reform di AS bisa berjalan, dan harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan, maka kemungkinan kita akan memperpendek durasi portofolio.

"Namun, kami tetap akan melihat perkembangan kedepannya, yang pasti kami melihat tahun depan akan lebih challanging jika dibandingkan dengan tahun ini. Secara umum, strategi tahun depan akan lebih tactical defensif, “ imbuhnya. (AM) (Baca : Tahun Depan Ada Potensi Dana Asing US$3-4 Miliar Masuk ke Obligasi Negara)

**

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana..