Bareksa.com - Sejak awal tahun hingga saat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tren kenaikan. Tercatat pada perdagangan Senin, 03 Juli 2017 kemarin, IHSG kembali mencetak rekor tertinggi (all time high). IHSG naik 1,38 persen ke level 5.910. Artinya indeks semakin mendekati level 6.000, sebagaimana target dan prediksi para pelaku pasar.
Grafik: Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Pada Tanggal 4 Juli 2017
Sumber: Bareksa.com
Salah satu katalis positif yang mendorong kinerja pasar saham ini adalah peringkat investment grade (layak investasi) yang disematkan pada Indonesia oleh Standard and Poor's (S&P), sebagai lembaga pemeringkat dunia. Status ini diperkirakan akan mendorong aliran dana asing masuk ke pasar modal Indonesia.
Apakah IHSG akan mampu bergerak ke level 6.000 dalam waktu dekat ini?
Berdasarkan hasil survei Bareksa terhadap 6 manajer investasi (fund manager), diperoleh hasil 67 persen menyatakan untuk wait and see atau menunggu terlebih dahulu. Sebab, terdapat faktor lain yang bisa menghambat IHSG untuk sampai ke level 6.000 dalam waktu dekat ini.
Grafik: Hasil Survei Terkait IHSG Diprediksi Tembus ke 6.000 dalam Waktu Dekat
Sumber: Bareksa.com
Menurut Priyanto Soedarsono, Chief Investment Officer PT CIMB Principal Asset Management, peluang IHSG untuk tembus ke level 6.000 masih ada. Namun dia menilai saat ini masih perlu melihat laporan keuangan kinerja emiten pada kuartal II 2017. Apabila kinerja emiten masih tumbuh positif, maka ada kemungkinan IHSG bisa tembus ke 6.000 dalam waktu dekat ini.
“Kinerja emiten pada Kuartal I tumbuh cukup baik dibandingkan tahun sebelumnya yakni earning dari seluruh industri rata-rata mencapai 2 persen year-on-year (yoy). Apabila di kuartal II bisa sustainable seperti kuartal I, diperkirakan IHSG bisa tembus ke level 6.150. Kami juga melihat adanya pertumbuhan pada beberapa sektor seperti konsumsi, ritel, otomotif, semen, dan properti serta data ekonomi makro yang mendukung pada kuartal II ini masih tumbuh cukup baik. Jika memang pada kuartal II kinerja emiten tidak sustainable seperti kuartal I, kami memperkirakan IHSG berada pada level 5.850. Meski begitu, dalam hal ini kami masih tetap harus menunggu hasil rilis resmi laporan kerja emiten untuk memprediksi gerak IHSG ini” Jelas Priyanto.
Adapun Desmond Silitonga, Manajer Investasi PT Capital Asset Management mengatakan sebelum tembus ke level 6.000, IHSG akan rawan sedikit terkoreksi atau flat karena aliran dana asing yang masuk ke Indonesia. Oleh sebab itu, pelaku pasar juga perlu memperhatikan apabila kebijakan luar negeri, terutama Amerika serikat dan Cina.