Kaum Milenial Terancam Sulit Beli Rumah? Simak Solusinya di Sini

Bareksa • 22 Dec 2016

an image
Penjaga stan menjelaskan tentang fasilitas dan harga apartemen kepada calon konsumen pada pameran perumahan dan properti Real Estate Indonesia (REI) yang khusus untuk segmen menengah atas, di Semarang. ANTARA FOTO/R. Rekotomo

Setidaknya dengan investasi, generasi yang lahir pada tahun 80-90an ini dapat mengumpulkan uang untuk bayar DP rumah.

Bareksa.com – Tingginya permintaan rumah yang terjadi setiap tahun, turut membuat harga aset properti ini menjadi kian mahal. Hal ini sepatutnya disadari oleh masyarakat, khususnya generasi milenial—generasi kelahiran tahun 1981-1994—yang tinggal di Jakarta.

Generasi yang masuk dalam usia produktif antara 22-35 tahun ini memang identik dengan perilaku anak muda yang cenderung boros dan konsumtif. Padahal, di masa produktif ini seharusnya mereka mulai berpikir untuk masa depan seperti memiliki rumah. Mengingat harga rumah setiap tahunnya selalu meningkat sehingga harus dipersiapkan sejak saat ini. (Baca juga: Inilah 4 Alasan Kenapa Harus Berinvestasi di Usia Muda)

Seperti riset dari salah satu agen properti online yang dilansir pada salah satu media elektronik, dalam 5 tahun ke depan di tahun 2021, kaum milenial diprediksi terancam tidak dapat membeli dan memiliki rumah. 

Hal tersebut terjadi bukan tanpa alasan. Pasalnya, kenaikan pendapatan tidak sebanding dengan kenaikan harga rumah sehingga dapat terjadi kesenjangan yang cukup tinggi. Menurut riset itu, sepanjang tahun ini saja, kenaikan pendapatan hanya sekitar 10 persen (di luar promosi). Sementara itu, harga rumah dengan asumsi terendah bisa melejit 20 persen per tahun. 

Dalam riset tersebut, juga disebutkan bahwa rata-rata pendapatan dari generasi milenial ini setiap bulan adalah sekitar Rp6 juta saat ini. Sedangkan, harga rumah terendah untuk area Jakarta adalah sekitar Rp300 juta. Maka, bila mereka ingin membeli rumah dengan mencicil atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dibutuhkan pendapatan minimal Rp7,5 juta. 

Dengan estimasi kenaikan penghasilan hanya 10 persen per tahun, maka 5 tahun ke depan penghasilan kaum ini berada di kisaran Rp9,66 juta. Sementara itu, harga rumah terendah terus menanjak minimal 20 persen setiap tahunnya dari yang kini Rp300 juta bisa mencapai Rp746,5 juta atau tumbuh 148 persen. Ini artinya ada kesenjangan (gap) yang tinggi sekitar 87 persen antara kenaikan harga rumah dan pendapatan, yang turut menyebabkan generasi milenial akan sulit memiliki hunian di masa depan. 

Idealnya dalam perencana keuangan, setiap individu harus memiliki investasi minimal sebesar 10 persen dari penghasilannya. Namun apabila dilihat dari penghasilan yang naik hanya 10 persen setiap tahun, tentu porsi investasi tersebut tidak cukup untuk membeli rumah di masa depan. Alasannya, kenaikan terendah harga rumah saja mencapai 20 persen tiap tahun, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan gaji. 

Oleh karena itu, dengan menambahkan porsi investasi hingga mencapai 40 persen dari penghasilan, kaum milenial masih memiliki kemungkinan untuk mempersiapkan uang muka (Down Payment/DP) pembelian rumah dengan fasilitas kredit di masa depan. Porsi angka 40 persen ini bisa kita dapatkan dengan cara mengurangi porsi utang atau pengeluaran pribadi dan menambahkannya pada pos investasi dalam pengelolaan perencanaan keuangan pribadi. (Baca juga: 4 Tips Atur Gaji Sebelum Habis Tengah Bulan)

Dengan berinvestasi, uang yang kita simpan dapat berkembang biak dan keuntungannya pun dapat bermanfaat untuk mewujudkan tujuan investasi. Untuk mengetahui keuntungan dalam berinvestasi, mari kita coba melakukan simulasi investasi yang dilakukan dalam 5 tahun ke depan dengan menyisihkan uang 40 persen dari penghasilan. 

Bagaimana perhitungannya?

Apabila rata-rata pendapatan kaum milenial saat ini sekitar Rp6 juta, maka untuk pos investasinya sekitar Rp2,4 juta per bulan saat ini (2016). Dengan asumsi terjadi kenaikan pendapatan 10 persen setiap tahun, maka tahun depan uang yang disisihkan dapat bertambah dengan tetap mempertahankan porsi yang sama untuk investasi seiring dengan kenaikan gaji. 

Misalnya saja Alan sebagai salah satu generasi milenial, di tahun depan tepatnya tahun 2017, akan memiliki pendapatan sebesar Rp6,60 juta per bulan, dengan asumsi kenaikan 10 persen dari penghasilan rata-rata di tahun sebelumnya yang sebesar Rp6 juta. Kemudian, dengan menyisihkan 40 persen dari penghasilan maka Alan dapat memiliki dana investasi sebesar Rp2,64 juta setiap bulan sepanjang tahun 2017.

Hingga pada tahun 2021, penghasilan yang diterima Alan telah naik menjadi Rp9,66 juta dengan dana investasi setiap bulan sebesar Rp3,86 juta. Sehingga, akumulasi dari total dana investasi mencapai Rp193,41 juta dalam 5 tahun ke depan, seperti yang tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel: Estimasi Kenaikan Pendapatan & Investasi dalam 5 Tahun ke Depan

Sumber: Bareksa.com

Selanjutnya, porsi gaji Alan ini diinvestasikan pada salah satu reksa dana saham yang menghasilkan return rata-rata sebesar 25 persen per tahun dalam 5 tahun terakhir secara rutin dan konsisten setiap bulannya. (Nama produk tidak disebutkan untuk menghindari promosi). 

Dengan menggunakan Kalkulator Investasi Bareksa, hasil investasi Alan mencapai Rp35,57 juta dengan dana investasi per bulan sebesar Rp2,64 juta atau sekitar Rp31,68 juta dalam setahun pertama. Kemudian di tahun kedua, Alan memiliki dana investasi awal sebesar Rp35,57 juta dari hasil investasi sebelumnya serta tambahan investasi per bulan sebesar Rp2,90 juta sepanjang tahun 2018, sehingga hasil investasi di tahun kedua mencapai Rp83,76 juta.

Dalam hal ini tingkat keuntungan investasi yang Alan lakukan akan terus terakumulasi sampai akhir periode investasi yang terakhir. Tanpa terasa, secara kumulatif hasil investasi Alan mencapai Rp344,65 juta pada periode terakhir investasi atau akhir tahun 2021, seperti yang tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel: Perkiraan Hasil Investasi pada Reksa Dana Saham, dengan rata-rata return 25 persen per Tahun

Sumber Bareksa.com 

Hasil investasi kumulatif yang sebesar Rp344,65 juta ini tentunya dapat Alan gunakan seluruhnya untuk membayar uang muka pembelian rumah. Sementara itu, berdasarkan estimasi, harga rumah terendah di tahun 2021 adalah sebesar Rp746,5 juta. Dengan begitu, pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dapat lebih kecil sehingga cicilannya per bulannya pun lebih ringan.

Berdasarkan tabel di atas, pinjaman Alan untuk melunasi pembelian rumah sekitar Rp401,88 juta. Lalu, dengan asumsi bunga KPR 8 persen per tahun dan jangka waktu pinjaman 25 tahun, maka cicilan rumah yang Alan bayar setiap bulan hanya sebesar Rp3,1 juta atau sekitar 32 persen dari penghasilannya di tahun 2021. 

Meski hasil investasi tidak cukup membeli rumah secara tunai, dengan cara ini kaum milenial tetap bisa membeli rumah dengan fasilitas kredit. Jadi, sudah sepatutnya, kita yang termasuk generasi milenial mulai menabung dengan cara berinvestasi untuk membeli rumah sejak sekarang. Hal ini mengingat rumah yang menjadi salah satu kebutuhan primer, dan harganya kian lama kian mahal.

Jika tidak mulai investasi sekarang, kapan Anda bisa beli rumah?

**

Ingin berinvestasi reksa dana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.