Bareksa.com - Sejak April lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menurun. IHSG telah turun 14,07 persen sejak awal tahun. Namun penurunan tersebut telah berkurang dibanding akhir September lalu, di mana IHSG melemah 21,17 persen sejak awal tahun.
Pada awal Oktober, IHSG kembali naik mengikuti penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Data ekonomi AS yang di bawah ekspektasi membuat Dolar melemah terhadap mata uang regional, sehingga mendorong penguatan Rupiah.
Selain itu, adanya notulensi FOMC yang meragukan kenaikan suku bunga Amerika (Fed rate) pada tahun ini semakin mendorong Rupiah kembali menyentuh Rp13.289 per Dolar AS. Dari dalam negeri, adanya kebijakan ekonomi paket III juga direspon positif oleh pelaku pasar sehingga membuat pasar saham menguat.
Sentimen positif itulah yang mendorong penguatan IHSG dalam beberapa hari terakhir. Tentu saja, pergerakan IHSG tersebut juga berpengaruh terhadap pergerakan nilai aktiva bersih (NAB) per unit reksa dana saham.
Reksa dana saham juga mulai kembali mencatatkan return positif. Dalam sebulan terakhir, indeks reksa dana saham telah mencatatkan return 4 persen padahal sebelumnya terus mencatatkan return negatif. Imbas terus menurunnya kinerja reksa dana membuat NAB juga menurun. Saat NAB sedang 'murah' akibat penurunan kinerja inilah merupakan saat yang tepat untuk kembali berinvestasi di reksa dana saham.
Untuk mempermudah, mari kita lihat reksa dana yang memiliki penurunan return yang tidak terlalu dalam dan memiliki risiko relatif rendah dengan matriks reksa dana. Matriks reksa dana merupakan salah satu widget yang dimiliki Bareksa untuk mempermudah investor dalam mengetahui posisi suatu reksa dana berdasarkan return dan risikonya. Untuk penjelasan lebih jauh mengenai matriks reksa dana, dapat mengklik tautan ini.
Gambar: Matriks Reksa Dana Saham dalam 1 Tahun
Sumber: Bareksa.com
Dalam matriks, mayoritas reksa dana masih berada di kuadran tiga dan empat, dimana return yang dihasilkan negatif karena dalam satu tahun terakhir reksa dana masih mencatatkan return negatif.
Namun dari kuadran tersebut, ada reksa dana yang telah mencatatkan return positif dan risiko yang relatif kecil, yaitu Schroder Dana Prestasi. Reksa dana yang dikelola oleh PT Schroder Investment Management Indonesia ini mencatatkan return 0,21 persen dalam setahun dan risiko 0,04.
Reksa dana milik Schroder lainnya yang penurunan return-nya kecil dalam setahun terakhir adalah Schroder Dana Prestasi Plus dengan return minus 0,21 persen dan tingkat risiko 0,04. Selain itu, terdapat Grow-2-Prosper yang penurunan return-nya 1,49 persen dengan risiko lebih kecil, yaitu 0,04 dan Valbury Equity I yang return-nya turun 1,89 persen dengan risiko 0,03.
Itulah beberapa reksa dana yang penurunan return-nya terendah dan memiliki risiko yang rendah pula. Reksa dana tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk berinvestasi apalagi saat IHSG mulai mengalami kenaikan seperti saat ini. Investor juga dapat menentukan reksa dana yang diinginkan berdasarkan profil risiko yang dimilikinya melalui matriks reksa dana yang berada pada link berikut.
Namun investor tetap harus membaca prospektus dan laporan kinerja bulanan reksa dana (fund fact sheet) sebelum melakukan investasi untuk mengetahui informasi lebih jauh terkait reksa dana yang akan diinvestasikan.
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.