Bareksa.com - Kondisi perekonomian yang tengah mengalami perlambatan memicu kekhawatiran para pelaku pasar akan terjadinya krisis. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung menurun dan melemahnya nilai tukar rupiah, serta sentimen global lainnya merupakan faktor penyebab kekhawatiran investor tersebut.
Namun, seandainya saat ini ternyata memang benar sedang memasuki fase krisis, maka tidak perlu khawatir. Justru inilah saatnya Anda melakukan investasi. Sebab biasanya pada masa pemulihan ekonomi, tidak hanya pasar keuangan yang melonjak, tetapi hampir semua sektor mengalami kenaikan.
Misalnya saja, krisis global yang terjadi pada 2008. Krisis yang berawal dari krisis keuangan Amerika tersebut memberi dampak signifikan terhadap perekonomian dunia.
Saat ekonomi sudah mulai pulih pada 2009, sektor properti mulai dilirik. Apalagi saat itu suku bunga sangat rendah karena dipangkas oleh otoritas moneter untuk memulihkan perekonomian. Hal itulah yang membuat properti booming dan daya beli masyarakat meningkat.
Lalu pada 2013, Indonesia kembali mengalami krisis. Kali ini penyebabnya twin deficit dan juga pelemahan nilai tukar rupiah. Namun setelah fase krisis tersebut, harga barang-barang justru mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Lantaran adanya kenaikan harga-harga saat pemulihan perekonomian, maka sebenarnya pada fase penurunan akibat krisis inilah merupakan saat yang tepat untuk melakukan investasi. (Baca juga: Ekonomi Melambat, Simpan Kas Atau Mulai Investasi?)
Jika Anda melakukan investasi, apalagi ternyata saat itu merupakan titik terlemah dari instrumen tersebut dan setelah itu investasi Anda mengalami kenaikan, bisa dibayangkan berapa jumlah return yang Anda dapatkan.
Grafik: Pergerakan Indeks Reksa Dana Saham pada Tahun 2008-2009
Sumber: Bareksa.com
Diilustrasikan dengan menggunakan indeks reksa dana saham, jika saja Anda melakukan pembelian saat rata-rata reksa dana saham masih mengalami penurunan pada 14 Oktober, maka pada setahun kemudian, investasi Anda telah berkembang sekitar 77,4 persen.
Jika saja Anda melakukan pembelian pada titik terlemahnya, mungkin keuntungan Anda bisa lebih dari 100 persen. Namun tentu saja kita tidak mengetahui apakah saat itu merupakan titik terlemahnya atau bukan. Tetapi hal tersebut bisa disiasati dengan melakukan pembelian bertahap saat pasar sedang mengalami penurunan (average down). (Baca juga: Average Down, Strategi Efektif Saat Kondisi Pasar Menurun)
Bisa dibayangkan jika uang yang Anda miliki hanya ditabung di bank atau ditaruh di deposito. Nilai uang tersebut tentu saja akan habis tergerus inflasi yang terus meningkat. Meskipun deposito memberi imbal hasil berupa bunga, tapi tetap saja nilai uang yang Anda miliki tidaklah seberapa. Sebab hasil investasi dari deposito juga akan dikenakan pajak.
Seandainya Anda belum memiliki keberanian untuk mengambil risiko dari penurunan nilai investasi pada reksa dana saham, dapat memilih reksa dana pasar uang. Reksa dana ini mayoritas asetnya dialokasikan pada deposito, tapi return yang dihasilkan dari reksa dana ini lebih tinggi dibanding bunga deposito.