Kenapa Jumlah Manajer Investasi Perempuan Sangat Sedikit?

Bareksa • 08 Jul 2015

an image
Sejumlah orang berfoto dengan latar layar saham di penutupan perdagangan tahun 2014 di BEI, Jakarta, Selasa (30/12/2014) (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)

Hanya 9% manajer investasi perempuan di AS yang mengelola reksa dana bersifat terbuka.

Bareksa.com - Manajer investasi perempuan rupanya masih tergolong "makhluk langka". Hal itu terlihat dari riset yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat reksa dana terkemuka, Morningstar Inc., yang menunjukkan bahwa dari 7.410 manajer investasi reksa dana yang bersifat terbuka (open-end fund) di Amerika Serikat, hanya 9 persen yang perempuan.

Berdasarkan data per 31 Maret 2015, jumlah reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi perempuan murni juga tidak sampai 3 persen dan nilai asetnya cuma 2 persen dari keseluruhan pasar reksa dana di Negeri Paman Sam. Padahal, nilai aset kelolaan reksa dana di AS mencapai $12,6 triliun dengan lebih dari 7.000 produk.

Riset itu juga memperlihatkan bahwa perempuan yang menjadi pemimpin perusahaan manajemen investasi cenderung untuk mengelola reksa dana dalam sebuah tim yang terdiri atas kombinasi laki-laki maupun perempuan. Tim yang terdiri atas kombinasi manajer investasi laki-laki dan perempuan mencakup 24 persen dari total dana kelolaan industri dan 20 persen dari jumlah keseluruhan produk reksa dana.

Ketidakseimbangan gender ini sebenarnya tidak berkaitan dengan faktor kinerja, demikian ditegaskan Sallie Krawcheck, mantan eksekutif senior Bank of America Corp. dan Citigroup Inc. Krawcheck kini memimpin Ellevate Network, sebuah organisasi perempuan profesional global, dan Ellevate Asset Management.

"Meskipun ada sejumlah riset yang mengatakan bahwa perempuan adalah manajer investasi yang lebih baik daripada pria, saya belum pernah menemukan riset yang menunjukkan kebalikannya," ujarnya, seperti dikutip Wall Street Journal.

Sumber: Morningstar, dikutip Wall Street Journal

Lalu kenapa hanya ada sedikit manajer investasi perempuan? 

Salah satu alasan yang faktual, memang ada lebih sedikit perempuan -- dibandingkan laki-laki -- yang memiliki kecakapan yang dibutuhkan oleh perusahaan pengelola investasi. Hal tersebut diungkapkan Laura Pavlenko Lutton, Direktur Riset Morningstar dan juga penulis laporan riset Morningstar itu.

Berdasarkan data Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB International) yang meneliti 307 sekolah yang menjadi anggotanya, hanya 37 persen gelar MBA ditahbiskan kepada perempuan selama tahun ajaran 2013-2014. Selain itu, CFA Institute, asosiasi profesional investasi, melaporkan bahwa pada 2014 hanya 16 persen dari total 61.282 anggotanya di AS yang merupakan kaum perempuan.

Sementara itu, Krawcheck melihat ada faktor lain, yakni kurangnya tokoh-panutan (role model) perempuan di area ini dan kekhawatiran terkait cara industri jasa keuangan melihat keberadaan perempuan.

Toh begitu, ada banyak yang optimistis bahwa jumlah manajer investasi perempuan akan bertambah dalam beberapa tahun ke depan.

Lutton mengatakan bahwa faktanya saat ini ada jauh lebih banyak Chartered Financial Analysts (CFA) perempuan dibanding jumlah manajer investasi perempuan. "Artinya, ada banyak ruang untuk tumbuh," katanya.

Apalagi, menurut dia, perempuan sekarang lebih punya kendali atas harta kekayaan dibanding masa lalu. Tren tersebut semakin kencang, seperti terlihat pada data Center for Talent Innovation. Di tahun 2014, perempuan sudah mengontrol $11,2 triliun, atau 39 persen dari perkiraan aset yang bisa diinvestasikan di AS.

Morningstar juga mencatat bahwa perempuan tidak hanya memiliki pendapatan yang lebih besar saat ini dibanding masa lalu, tapi mereka juga memegang kendali atas lebih banyak aset karena cenderung hidup lebih panjang ketimbang suami mereka. "Ketika perempuan mulai mengontrol aset lebih besar, wajar jika kita memperkirakan bakal ada lebih banyak manajer investasi perempuan yang menanamkan kekayaan itu," kata Lutton.

Lutton bahkan berpendapat bahwa kenaikan peringkat para manajer investasi perempuan dapat menguntungkan investor.

Pasalnya, laki-laki cenderung menjadi investor yang terlalu percaya diri dan lebih sering trading (sehingga biaya naik dan hasil investasi tergerus); demikian menurut Meredith Jones. Jones adalah penulis buku yang memaparkan bahwa manajer investasi perempuan cenderung menyukai pendekatan investasi yang membuat mereka mendapat return lebih tinggi.

Suzanne Duncan, Kepala Riset Global di State Street Center for Applied Research, mengatakan peningkatan jumlah manajer investasi perempuan dapat menggeser fokus industri manajemen aset ke tujuan investasi jangka panjang. Survei dari lembaga ini juga menemukan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki pendekatan investasi yang berbeda, tapi saling melengkapi.  

Pamela Wisehaupt Tynan, manajer investasi dari Vanguard Short-Term Tax-Exempt Fund dengan dana kelolaan $12,3 miliar, memiliki kisah sendiri. Dia menemukan bahwa  perempuan lebih hati-hati dalam bekerja, dibanding para laki-laki. "Sejak itu, Vanguard menerapkan program untuk mendorong perempuan aktif menyuarakan aspirasi mereka," ujarnya. (kd)