Bareksa.com - Dalam jangka panjang reksa dana saham terbukti dapat menghasilkan return yang mencengangkan, hingga lebih dari 1.000 persen. Believe it or not. Meskipun, tentu saja harus selalu digarisbawahi bahwa dalam perjalanannya reksa dana mengandung risiko terkait dengan fluktuasi pergerakan nilai aktiva bersihnya (NAB).
Berdasarkan data Bareksa, produk reksa dana bernama Panin Dana Maksima yang dikelola PT Panin Asset Management, misalnya, tercatat mampu membukukan return hingga 1.075 persen dalam jangka waktu 10 tahun terakhir. Produk ini diluncurkan 17 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 1 April 1997.
Return ribuan persen itu juga dicatatkan sejumlah produk reksa dana saham lain, yang telah berumur lebih dari 10 tahun sejak peluncurannya.
Manulife Dana Saham yang dikelola PT Manulife Aset Manajemen Indonesia sejak diluncurkan 1 Agustus 2003 sampai saat ini -- kurang lebih 11 tahun -- mampu memberi keuntungan sebesar 1.108 persen. Sementara itu, BNP Paribas Ekuitas yang dikelola PT BNP Paribas Investment Patners bahkan sebesar 1.744 persen dalam kurun waktu 12 tahun sejak dirilis pada 16 Januari 2001.
Lebih tinggi lagi adalah Schroder Dana Prestasi Plus. Sejak diluncurkan pada 25 September 2000 lalu (14 tahun), reksa dana yang dikelola PT Schroder Investment Management Indonesia ini mencatatkan keuntungan sebesar 2.702,04 persen.
Dapat dikatakan, keempat reksa dana tersebut menghasilkan return rata-rata sebesar 100-193 persen per tahun.
Patut dicatat bahwa performa mengkilap reksa dana saham tersebut tidak terlepas dari kinerja harga saham yang dalam 10 tahun terakhir ini melonjak naik. Jika kita lihat grafik pergerakan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diolah Bareksa.com, terlihat betapa harga saham mulai melompat tinggi pada tahun 2005.
Indonesia dihantam krisis ekonomi parah pada tahun 1997-1998. Akan tetapi, jika dilihat dari pergerakan IHSG, penurunan harga saham justru lebih besar terjadi pada tahun 2013 dibandingkan pada periode 1997-1998.
Pada tahun 2013, Indonesia menghadapi masalah twin deficit, yakni defisit fiskal serta defisit transaksi berjalan. Hal ini terjadi akibat tingginya impor minyak mentah dan besarnya konsumsi energi di Indonesia. Namun, setelah pemerintah melakukan pengetatan moneter serta memangkas subsidi energi, IHSG berangsur-angsur kembali merambat naik.
Sumber: Bareksa.com
Lantas kenapa tidak banyak orang yang berinvestasi di reksa dana sejak dahulu?
Sebelum tahun 2004, fundamental perekonomian Indonesia belum cukup kokoh untuk mengakomodasi kebutuhan untuk berinvestasi. Tingkat pendapatan masyarakat masih tergolong rendah. Menurut data IMF, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita pada tahun 1996 sudah melewati $1.000, tapi kemudian terperosok kembali setelah dihantam krisis 1997-98. PDB per kapita kembali menembus level $1.000 sejak tahun 2003 dan pada akhir tahun 2011 melampaui $3.000 per kapita.
Meski tidak tumbuh sedahsyat Tiongkok, Indonesia diyakini banyak ekonom sedang berada di momentum pertumbuhan serupa. Tiongkok, untuk meningkatkan pendapatan per kapita mereka dari $300 menjadi $1.000, butuh waktu 22 tahun. Lalu dari $1.000 menjadi $3.000 selama 8 tahun. Setelah itu, Tiongkok melesat ke level $7.000 hanya dalam tempo 5 tahun saja. Fenomena ini berkelindan dengan arus gelombang masuk investasi ke Tiongkok yang pada gilirannya semakin kencang mendorong laju ekonomi Negeri Tirai Bambu.
Grafik: PDB Per Kapita (USD)
Sumber: IMF
Sejalan dengan trajektori pertumbuhan ekonomi nasional selama 10 tahun terakhir itu, pertumbuhan investasi di pasar saham Indonesia mulai berkembang pesat. Selain itu, turunnya tingkat bunga acuan -- yang menunjukkan gejala perbaikan ekonomi Indonesia -- juga turut mendongkrak return investasi saham pada khususnya. Pada akhir tahun 2005, BI Rate masih berada pada level 12,75 persen, namun hingga akhir tahun 2014 telah turun hingga 7,75 persen. Turunnya suku bunga acuan itu membuat suku bunga deposito perbankan ikut otomatis melorot, dan makin banyak orang mulai melirik berinvestasi di pasar modal, termasuk di reksa dana saham itu.
Sumber: Bareksa.com
Anda tertarik berinvestasi di reksa dana? Bekerja sama dengan PT Buana Capital (anggota Bursa Efek Indonesia) sebagai agen penjual, Anda sekarang dapat melakukan jual-beli reksa dana secara online, mudah dan aman di Marketplace Reksa Dana Online Bareksa.
Bagi Anda yang ingin mempelajari dan mendalami seluk-beluk investasi reksa dana, silakan mengikuti kelas yang diadakan Bareksa Fund Academy setiap Kamis pk. 18:30-20:00 WIB di kantor Bareksa di kawasan Kemang, Jakarta. GRATIS. Untuk mendaftar silakan email ke cs@bareksa.com. Untuk informasinya, silakan klik tautan ini. (np/kd)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.