Bareksa.com - Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mirza Adityaswara menyatakan kegiatan usaha di berbagai sektor industri sedang beramai-ramai melakukan transformasi digital sebagai bagian dari tahapan menuju digitalisasi di berbagai bidang. Berdasarkan data dari DataReportal tahun 2022, dari 277,7 juta penduduk Indonesia, 204,7 juta atau 73,7% diantaranya merupakan pengguna internet, dan 94,1% mengakses internet untuk berbagai aktivitas menggunakan telepon genggam.
“Secara langsung kita menyadari bahwa digitalisasi tersebut memberikan manfaat dan keuntungan besar bagi para pelaku usaha, antara lain mampu menciptakan efisiensi dalam proses bisnis dan mekanisme kerja, mendorong lebih banyak munculnya inovasi dan yang juga sangat penting adalah mempermudah akses bagi konsumen,” ungkap Mirza saat berbicara dalam Webinar Digital Leadership untuk Memperkuat Transfromasi Digital (28/7/2022).
Tidak pelak lagi hampir semua pelaku usaha di berbagai bidang, kata MIrza, termasuk pelaku usaha di industri jasa keuangan secara bertahap melakukan adopsi teknologi digital guna mendukung kegiatan usaha mereka. “Kita semua menyadari perubahan model bisnis ataupun mekanisme kerja sebagai akibat dari adanya adopsi teknologi digital memang tidak dapat terelakkan lagi,” dia menjelaskan. .
Menurut Mirza Integrasi teknologi digital di industri jasa keuangan memiliki potensi yang sangat besar. Dari 204,7 juta pengguna internet, sebanyak 28,8% diantaranya mengakses jasa keuangan secara digital melalui aplikasi mobile banking, investasi dan asuransi. Selain itu, 21,6% pengguna internet menggunakan aplikasi mobile payment dalam transaksi keuangan sehari-hari.
Menurut Mirza, ada beberapa faktor pemicu keberhasilan transformasi digital. Diantaranya kesesuaian teknologi yang diadopsi, anggaran yang memadai, adanya kebijakan dari regulator dan otoritas yang mendukung transformasi digital, serta kesiapan sumber daya manusia. “Faktor kesiapan sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci dan sangat penting dalam mensukseskan transformasi digital,” ujarnya.
Alasannya pertama, kesiapan SDM akan jadi penentu apakah transformasi digital tersebut sukses atau tidak. Faktor manusialah yang bisa mengidentifikasi semua permasalahan yang harus dipecahkan dalam program digitalisasi.
“Kedua, mengutip artikel di buletin Harvard Business Review (2020), “digital transformation is about talent not technology”. Kalimat tersebut memiliki makna transformasi digital tidak akan berjalan baik dan sukses tanpa dibarengi transformasi SDM di jajaran elit pemimpin perusahaan tersebut,” Mirza menjelaskan.
Mirza menyatakan peranan pemimpin sangat penting dalam mendukung tranformasi SDM di linkungan perusahaannya. “Digital leadership merupakan kepemimpinan inovatif yang mendukung implementasi transformasi digital pada proses bisnis dan budaya perusahaan untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
Menurut Mirza agar program digitalisasi berjalan sesuai dengan rencana dan mencapai hasil maksimal, maka perlu dilakukan dengan cara-cara yang tepat dan benar. Langkah itu yakni :
Pertama, melakukan identifikasi kebutuhan digitalisasi dalam organisasi, perlu dijabarkan fungsi-fungsi atau pekerjaan yang memerlukan digitalisasi, mulai dari back office, middle office dan front office. Berdasarkan hasil survei Harvard Business Review Analytic Services (2022) pada 117 eksekutif di sektor jasa keuangan, 88% menyatakan bahwa menentukan teknologi yang tepat, penting untuk keberhasilan upaya transformasi digital.
Kedua, mengoptimalkan sumber daya yang ada di perusahaan atau organisasi agar mampu mendukung proses berjalannya transformasi digital ke arah yang diinginkan. Sumber daya tersebut meliputi kecukupan pendanaan, infrastruktur teknologi yang sesuai, serta kesiapan SDM yang akan menjalankan transformasi digital melalui pengembangan digital talet.
Ketiga, memastikan bagaimana status SDM yang di perusahaan atau organisasi pasca selesainya program transformasi digital. Hal ini penting karena banyak contoh implementasi transformasi digital yang selalu dibarengi dengan pemutusan hubungan kerja dalam jumlah besar.
Keempat, menumbuhkan budaya inovasi. Transformasi digital adalah proses yang berkelanjutan, yang membutuhkan cara kerja dan mentalitas baru. Sehingga dibutuhkan budaya kerja kolaboratif dimana seluruh SDM mampu belajar, bekerja sama dan menggunakan lintas disiplin ilmu untuk menemukan solusi.
Kelima, mampu mengeksekusi semua permasalahan yang dihadapi dalam proses transformasi digital tersebut. “Jangan sampai dengan munculnya permasalahan yang baru akan menghambat transformasi digital yang sedang berlangsung, sehingga berpotensi menimbulkan kegagalan,” Mirza mengungkapkan.
Keenam, menjaga loyalitas konsumen baik pada saat transformasi digital sedang berlangsung maupun setelah selesainya proses digitalisasi. Dalam praktek sering dijumpai dalam proses digitalisasi tersebut mengakibatkan pelayanan kepada konsumen sedikit terganggu.
Ketujuh, memastikan bahwa hasil akhir dari transformasi digital akan memberikan manfaat dan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan. “Produktivitas tentunya harus meningkat karena tercipta efisiensi sebagai akibat dari digitalisasi dalam proses bisnis. Dengan naiknya produktivitas dan efisiensi, maka keuntungan perusahaan akan lebih besar,” Mirza memaparkan.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.