Bareksa.com - Pasar modal Indonesia sepanjang 2021 mencatatkan kinerja yang stabil dan membaik tercermin antara lain dari stabilitas pasar, aktivitas perdagangan, jumlah penghimpunan dana dan jumlah investor ritel yang mencapai rekor tertinggi.
Penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia dilakukan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis, didampingi Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Ketua Komisi XI DPR RI Dito Ganinduto, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, Anggota Dewan Komisioner OJK ex officio Bank Indonesia Dody Budi Waluyo, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Kabareskrim Agus Andrianto dan Direktur Utama BEI Inarno Djajadi.
Turut hadir dalam penutupan bursa tersebut Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawasan IKNB OJK Riswinandi, Ketua Dewan Audit OJK Ahmad Hidayat serta Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara.
Dalam kesempatan itu, Airlangga memberikan apresiasi kepada OJK, Bursa Efek Indonesia dan seluruh stakeholders atas kinerja pasar modal Indonesia yang tumbuh positif sepanjang tahun 2021.
“Pendalaman pasar terjadi dengan adanya peningkatan jumlah investor baru terutama investor ritel di Pasar Modal serta penambahan jumlah perusahaan yang melakukan IPO,” kata Airlangga.
Sementara Wimboh Santoso mengatakan selama hampir dua tahun, Pasar Modal Indonesia menorehkan berbagai pencapaian yang menjadi bekal pendorong pemulihan ekonomi.
“OJK bersama Self-Regulatory Organization (SRO) dan seluruh pemangku kepentingan di Pasar Modal Indonesia melalui kebijakan pengaturan dan pengawasan terus menjaga daya tahan dan stabilitas pasar menghadapi volatilitas pasar akibat dampak pandemi Covid-19,” kata Wimboh.
Baca : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
Hingga akhir tahun 2021, aktivitas perdagangan saham terus bertumbuh secara positif, tercermin dari kinerja IHSG yang terus bergerak stabil dan cenderung meningkat dibandingkan pada triwulan III.
Sebagai gambaran, per 29 Desember 2021, IHSG berada di level 6.600,68 atau meningkat 10,40 secara year to date (Ytd) atau sepanjang tahun berjalan. Bahkan pada triwulan IV ini, tepatnya di 22 November 2021, IHSG sempat menembus rekor baru di level 6.723,39, melampaui IHSG sebelum terjadinya pandemi.
Sementara itu, kapitalisasi pasar saham per 29 Desember 2021 mencapai Rp8.275 triliun atau meningkat 18,72 secara Ytd.
Aktivitas perdagangan juga mencatatkan rekor-rekor baru, di antaranya frekuensi transaksi harian tertinggi terjadi pada 9 Agustus 2021 yang mencapai 2,14 juta kali transaksi, volume transaksi harian tertinggi yang mencapai 50,98 miliar saham di 9 November 2021, dan kapitalisasi pasar tertinggi yang mencapai Rp8.354 triliun di 13 Desember 2021.
Dari sisi supply, OJK mencatat juga terdapat peningkatan dari jumlah emiten baru maupun aktivitas penawaran umum dibandingkan akhir tahun 2020.
Per 29 Desember 2021, OJK telah mengeluarkan surat Pernyataan Efektif atas Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum untuk 192 emisi yang terdiri dari 52 Penawaran Umum Perdana Saham, 6 Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk, 44 Penawaran Umum Terbatas, 37 Penawaran Umum Berkelanjutan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk Tahap I, dan 53 Penawaran Umum Berkelanjutan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk Tahap II, dengan total nilai penghimpunan dana hasil Penawaran Umum sebesar Rp358,43 triliun.
Dari 192 aktivitas Penawaran Umum selama tahun 2021 tersebut, tercatat 55 di antaranya merupakan emiten baru.
Baca juga : Investasi Reksadana di Bareksa dapat OVO Poin dan Voucher GrabFood
Dari sisi demand, OJK juga mencatat terjadi peningkatan jumlah investor pasar modal secara signifikan sepanjang tahun 2021. Per 29 Desember 2021, jumlah investor sebanyak 7,48 juta atau meningkat 92,7 persen dibandingkan akhir tahun 2020 yang tercatat hanya 3,88 juta. Jumlah ini meningkat hampir 7 kali lipat dibandingkan akhir tahun 2017.
Berdasarkan data di KSEI, peningkatan jumlah investor ini didominasi oleh investor domestik yang berumur di bawah 30 tahun yang mencapai sekitar 59,98 dari total Investor.
Nilai pengelolaan investasi di pasar modal juga mengalami peningkatan. Hingga 28 Desember 2021, terdapat peningkatan nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan reksadana 0,67 persen dari sebelumnya pada akhir tahun 2020 tercatat Rp573,54 triliun naik menjadi Rp577,41 triliun.
Sementara itu, pada periode yang sama, total asset under management (AUM) atau dana kelolaan reksadana, reksadana penyertaan terbatas (RDPT), kontrak pengelolaan dana (KPD), kontrak investasi kolektif (KIK) dana investasi real estate (DIRE), KIK dana investasi infrastruktur (DINFRA), KIK efek beragun aset (EBA), dan KIK efek beragun aset surat partisipasi (EBA-SP) juga mengalami peningkatan 2,51 persen dari sebelumnya sebesar Rp827,43 triliun per 30 Desember 2020 menjadi Rp848,20 triliun.
Jumlah total produk RDPT, KIK DIRE, KIK DINFRA, KIK EBA, KIK EBA-SP, ETF dan KPD per 28 Desember 2021 sebanyak 723 dengan jumlah total nilai dana kelolaan Rp270,79 triliun.
Sementara dari industri pasar modal syariah, per 29 Desember 2021, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,8 persen dibandingkan posisi 30 Desember 2020 yang sebelumnya mencapai 177,48 poin menjadi 189,55 poin.
Jumlah Saham Syariah yang terdaftar dalam daftar efek syariah (DES) juga tercatat mengalami peningkatan dari sebelumnya sebanyak 441 efek syariah per 30 Desember 2020 menjadi sebanyak 494 efek syariah pada 29 Desember 2021.
Pada periode yang sama, kapitalisasi pasar saham syariah juga mengalami pertumbuhan 19,36 persen dari sebelumnya Rp3.344,93 triliun menjadi Rp3.992,66 triliun per 29 Desember 2021.
Pertumbuhan securities crowdfunding (SCF) yang merupakan instrumen baru untuk mendukung pelaku UMKM dalam memperoleh pendanaan melalui Pasar Modal juga tercatat mengalami peningkatan, hingga 29 Desember 2021, terdapat tujuh penyelenggara (penyedia platform) yang memperoleh izin dari OJK.
Jumlah ini meningkat 75 dibandingkan per 30 Desember 2020, yang hanya tercatat sebanyak empat penyelenggara. Pada periode yang sama, jumlah penerbit/pelaku UMKM yang berhasil menghimpun dana juga meningkat 48,84 dari sebelumnya 129 perusahaan per 30 Desember 2020 menjadi 192 perusahaan.
Dari sisi pemodal juga mengalami peningkatan yang signifikan, yakni sebesar 319,49 dari sebelumnya 22.341 pemodal per 30 Desember 2021 menjadi 93.719 pemodal. Total dana yang dihimpun juga meningkat 114,92 persen dari Rp191,2 miliar menjadi Rp410,9 miliar.
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
Untuk menjaga daya tahan dan mengendalikan volatilitas pasar modal akibat dampak pandemi Covid 19, OJK melanjutkan berbagai kebijakan pada 2020 yang difokuskan menjadi tiga poin utama :
1) Relaksasi bagi pelaku industri pasar modal
2) Pengendalian volatilitas dan menjaga kestabilan Pasar Modal dan Sistem Keuangan
3) Kemudahan perizinan dan penyampaian dokumen serta pelaporan yang berlaku untuk pelaku industri di pengelolaan investasi, transaksi dan lembaga Efek, Emiten dan Perusahaan Publik, serta Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal.
OJK juga terus berupaya untuk meningkatkan likuiditas pasar baik dari sisi supply dan demand, termasuk berupaya untuk meningkatkan kepercayaan dan perlindungan investor, penguatan governance industri pasar modal, penguatan kewenangan pengawasan dan penegakan hukum pengembangan pasar modal, serta pengembangan pasar modal yang tangguh dan berdaya tahan.
Selain itu, OJK juga berupaya meningkatkan likuiditas pasar dan mendorong pasar modal sebagai salah satu sumber pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan pelaku usaha dengan karakteristik new economy.
Upaya tersebut dilakukan dalam bentuk pendanaan transaksi efek oleh perusahaan efek yang berkualitas, perluasan layanan lembaga pendanaan efek, penciptaan instrumen baru berupa waran terstruktur dan saham dengan hak suara multiple, diperluasnya layanan urun dana, dibukanya channeling sebagai mitra pemasaran perantara pedagang efek, serta kewajiban untuk mencatatkan saham di Bursa Efek.
Sementara itu, untuk meningkatkan kepercayaan serta perlindungan kepada investor, OJK mengatur mengenai pengendalian dan tanggung jawab pengendali, tahapan ke arah dematerialisasi efek, serta penanganan delisting, go private, pemailitan dan pembubaran.
"OJK juga terus melakukan penerapan manajemen risiko perusahaan efek, penyusunan laporan keuangan perusahaan efek, dan pedoman dalam melakukan pemeringkatan efek untuk meningkatkan kualitas governance dari pelaku industri pasar modal yang berkontribusi pada terwujudnya pasar modal yang wajar, teratur dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat," papar OJK
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.