Tren Suku Bunga Rendah, Booming Investor Ritel akan Berlanjut

Hanum Kusuma Dewi • 26 Jan 2021

an image
Ilustrasi sekelompok generasi milenial yang gembira melihat hasil investasinya di SBN Ritel dan reksadana. (Shutterstock)

Bagi investor ritel yang tidak ingin terpengaruh fluktuasi saham, bisa investasi di reksadana dan obligasi

Bareksa.com - Booming investor ritel di pasar modal dinilai akan berlangsung lama seiring tren suku bunga rendah, sehingga investor mencari alternatif investasi di luar simpanan perbankan. Chief Executive Officer PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Tae Yong Shim, suku bunga deposito saat ini terus menurun. Sementara investor ingin meningkatkan nilai investasinya.

"Sehingga solusinya adalah berinvestasi di pasar modal," papar dia di Jakarta baru-baru ini.

Investasi di saham, saat ini menurut Shim bisa menjadi pilihan. Di instrumen ini, investor bisa mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang jauh lebih tinggi dari suku bunga deposito.

Kinerja pasar saham tahun ini juga mulai positif. Hal ini seiring meningkatnya stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS) yang mendorong dana asing masuk ke dalam negeri.

"Vaksinasi Covid-19 juga mulai didistribusikan sehingga bisa menjadi harapan untuk menumbuhkan kembali perekonomian domestik," papar dia.

Adapun berinvestasi di pasar modal ini, tidak hanya bisa dilakukan dengan langsung membeli saham. Bagi investor ritel yang tidak ingin terpengaruh dalam fluktuasi yang ada di saham, bisa memanfaatkan investasi di reksadana. Reksadana bisa menjadi pilihan investor karena dikelola oleh manajer investasi yang berpengalaman dan memiliki reputasi baik dalam mengelola portofolio.

Imbal Hasil Obligasi Superior

Instrumen lain yang bisa dimanfaatkan oleh investor selain deposito adalah obligasi. Director and Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan, pada 2020, pasar obligasi Indonesia membukukan kinerja sebesar 14,7 persen. Hal ini ditopang oleh pemangkasan suku bunga global, tingginya likuiditas domestik dan manajemen utang pemerintah yang baik. 

Apabila dibandingkan dengan kawasan lain, pasar obligasi Indonesia menawarkan imbal hasil riil yang superior, bahkan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia sebesar 3,6 persen. 

"Selain menariknya imbal hasil obligasi, kinerja pasar pada kuartal keempat tahun lalu juga didukung oleh aliran dana investor asing yang mulai kembali ke pasar obligasi Indonesia pasca disahkannya Omnibus Law dan stabilnya nilai tukar Rupiah," jelas Ezra.

Tingginya imbal hasil di pasar pasar obligasi Indonesia masih akan menjadi daya tarik pada 2021, terutama bagi investor asing. Menurut Ezra, hal ini didukung oleh sentimen global maupun domestik yang lebih suportif akan berpeluang meningkatkan aliran real money.  

"Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah juga pendukung bagi pasar obligasi Indonesia karena secara historis, nilai tukar cenderung bergerak searah dengan pasar obligasi," kata dia.

Ezra memperkirakan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah dengan durasi 10 tahun berpotensi menurun ke level 5,5 persen di tahun 2021. Ditambah dengan kupon obligasi sekitar 3 persen, maka tingkat pengembalian obligasi tahun ini bisa mencapai 8-10 persen. Hal ini tentunya lebih menarik dibandingkan suku bunga deposito di perbankan.

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.