IHSG Melesat, Reksadana Saham dan Indeks Dominasi Juara Return Harian

Bareksa • 26 Aug 2020

an image
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat dibukanya perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/5/2020). IHSG dibuka menguat 32,16 poin atau 0,71 persen ke posisi 4.578,11 pada pukul 09.25 WIB. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

IHSG tercatat berhasil melesat 1,17 persen ke level 5.338 pada perdagangan kemarin

Bareksa.com - Setelah bergerak cenderung flat di awal pekan ini, bursa saham Indonesia langsung tancap gas pada perdagangan kemarin. Menutup perdagangan Selasa (15/08/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat 1,17 persen ke level 5.338,89.

Sentimen dari dalam negeri yang muncul adalah Konferensi Pers APBN Kita, di mana Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 bisa negatif sampai 2 persen.

"Kalau kita lihat di kuartal III downside risk-nya ternyata tetap menunjukkan suatu risiko nyata. Untuk kuartal III outlook-nya antara 0 dan negatif 2 persen," kata Sri Mulyani dalam konferensi persnya, Selasa (25/08/2020).

Sementara, Sri Mulyani memproyeksikan untuk keseluruhan tahun 2020 bisa negatif 1,1 persen sampai positif 0,2 persen. Selanjutnya Sri Mulyani juga menanggapi penerimaan pajak yang kembali turun.

"Penerimaan pajak yang sempat menunjukkan peningkatan pada Juni, kemudian melambat kembali pada Juli. Penerimaan pajak ini menggambarkan kondisi ekonomi nasional kita," kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN Kita periode Agustus 2020.

Kemudian Sri Mulyani juga melaporkan defisit APBN pada 2020 melebar hingga Rp330,2 triliun. Angka tersebut meningkat 79,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Pada Juli 2019, realisasi defisit APBN hanya Rp183,9 triliun atau 1,16 persen dari PDB. Bendahara Negara itu menjelaskan, defisit APBN tersebut setara dengan 2,01 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Reksadana Berbasis Saham dan Indeks Dominasi Return Harian

Kondisi bursa saham yang “gacor” pada perdagangan kemarin, membuat kinerja reksadana berbasis ekuitas terdampak positif dengan mengalami penguatan.

Berdasarkan data reksadana yang dijual di Bareksa, 10 besar reksadana dengan imbal hasil (return) harian tertinggi pada perdagangan kemarin didominasi oleh produk reksadana saham dan reksadana indeks & ETF dengan masing-masing 5 produk.


Sumber: Bareksa

Kenaikan imbal hasil 10 besar produk tersebut juga terbilang cukup tinggi dengan kenaikan di atas IHSG, di mana berkisar dari 1,75  hingga 3,4 persen. Return tertinggi dibukukan Aberdeen Standard Syariah Asia Pacific Equity USD Fund dengan imbal hasil 3,4 persen, disusul Manulife Greater Indonesia Fund (2,39 persen) dan Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund (2,31 persen).

Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sebagai informasi, reksadana saham dikelola secara aktif dan minimal 80 persen portofolionya berisikan saham. Karena itu, reksadana saham cocok untuk investasi jangka panjang dan untuk investor bertipe agresif.

Sementara reksadana indeks dikelola secara pasif dan berisikan aset saham-saham dalam indeks acuannya, yang bisa berfluktuasi dalam jangka pendek. Karena itu, reksadana indeks cocok untuk investasi jangka panjang dan untuk investor bertipe agresif.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.