Bareksa.com - Menutup pekan terakhir pada bulan Januari 2020, bursa saham domestik mengalami tekanan cukup berat. Dalam periode 27-31 Januari 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi penurunan hingga 4,87 persen.
Sentimen negatif yang menghantui bursa saham Tanah Air datang dari wabah virus corona karena ada kekhawatiran virus tersebut dapat memperlambat ekonomi dunia. Sementara dari dalam negeri, aksi jual reksa dana dan pemblokiran sejumlah rekening saham menjadi sentimen buat para investor di dalam negeri.
Virus corona memang masih menjadi momok menakutkan bagi pasar belakangan ini. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Kamis (30/01/2020) kemarin telah menetapkan wabah corona menjadi darurat internasional.
Virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut telah menyebar ke 12 negara. Di China, 213 orang dilaporkan meninggal akibat virus tersebut, dan menjangkiti nyaris 10.000 orang, sebagaimana dilansir CNBC International.
Ekonomi China juga diperkirakan akan terpukul, bahkan lebih berat dibandingkan wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2003 lalu.
"Kami percaya dampak ekonomi dari virus corona akan lebih besar jika dibandingkan dengan SARS" kata analis dari Nomura, sebagaimana dilansir CNBC International.
Menurut Nomura, saat terjadi SARS produk domestic bruto (PDB) China turun 2 persen di kuartal II 2003 dari kuartal sebelumnya.
"Berdasarkan asumsi kami, pertumbuhan PDB riil China di kuartal I 2020 bisa turun dari 6 persen yang dicatat pada kuartal IV 2019, dalam skala kemungkinan penurunannya lebih besar dari 2 persen yang dibukukan saat wabah SARS 2003" tambahnya.
Meski begitu, analis dari Nomura tersebut menyakini pelambatan tersebut hanya sementara.
Menurunnya perekonomian China tentu bukan kabar baik bagi Indonesia. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), China merupakan tujuan ekspor utama non migas dengan persentase paling besar yang mencapai US$25,85 miliar atau setara 16,68 persen.
Reksadana Saham Melempem
Kondisi bursa saham yang tertekan cukup berat sepanjang pekan lalu, turut memberikan sentimen negatif bagi kinerja reksadana saham yang memang menempatkan mayoritas dana portofolionya dalam aset tersebut.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham tercatat anjlok 4,39 persen sepanjang pekan lalu, disusul oleh indeks reksadana campuran yang merosot 2,32 persen.
Berikutnya indeks reksadana pendapatan tetap terkoreksi 0,22 persen, hanya indeks reksadana pasar uang yang tidak mengalami penurunan alias tidak berubah 0 persen.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.