Berita Hari Ini : BBTN Akuisisi 30 Persen Saham PNM, BBNI Bentuk Modal Ventura

Bareksa • 22 Apr 2019

an image
Dirut BTN Maryono (kedua kanan), Komisaris Utama BTN I Wayan Agus Mertayasa (kedua kiri), Komisaris Independen BTN Kamaruddin Sjam (kiri), dan Direktur BTN Iman Nugroho Soeko (kanan) bersiap mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2018 PT Bank Tabungan Negara (BTN) (Persero) Tbk di Jakarta, Jumat (23/3). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Multifinance masih andalkan obligasi, pemerintah akan lelang SUN Rp30 triliun, Investasi manufaktur akan meningkat

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 22 April 2019 :

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)

Dalam rangka merealisasikan ekspansi bisnisnya guna mendukung core business perseroan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mulai melakukan aksi korporasi akuisisi perusahaan kecil yang sejalan dengan bisnis BTN. Sebagai langkah awal BTN akan membeli 30 persen saham PNM.

Rencanannya, aksi tersebut akan direalisasikan melalui penandatanganan komitmen antara BTN dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) yang akan berlangsung hari ini, 22 April 2019 di Kementerian BUMN.

Kabarnya, acara tersebut akan langsung dihadiri Menteri BUMN Rini M. Soemarno, Direktur Utama BTN Maryono dan Direktur Utama PNM Arief Mulyadi.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

Perseroan berencana membentuk anak usaha baru tahun ini yakni perusahaan modal ventura. Pembentukan perusahaan baru tersebut dilakukan untuk memuluskan niat perseroan mengakuisisi perusahaan financial technologi (fintech).

Sebelumnya, bank pelat merah ini menyebutkan telah menyiapkan dana sekitar Rp3 triliun-Rp4 triliun untuk melakukan ekspansi anorganik tahun ini dengan mengakuisisi tiga lembaga keuangan yakni bank, asuransi dan perusahaan fintech.

Seperti dikutip Kontan.co.id, Pemimpin Divisi Pengelola Perusahaan Anak BNI Teddy Erdius Saputra mengatakan, kemungkinan rencana yang akan terealisasi tahun ini adalah akuisisi fintech dan asuransi umum.

Sedangkan keinginan untuk mencaplok bank masih dalam tahap perencanaan dan sinkronisasi dengan rencana jangka panjang perseroan sehingga belum akan terealisasi tahun ini. Sebelum mengakuisisi fintech, BNI akan terlebih dahulu membentuk perusahaan baru yakni perusahaan modal ventura (PMV).

Multifinance

Obligasi menjadi salah satu pendanaan utama multifinance. Sejak awal tahun ini, sejumlah perusahaan pembiayaan sudah menerbitkan surat utang sejak awal tahun. Misalnya PT Adira Dinamika Multifinance, PT Oto Multiartha dan PT Sinar Mas Multifinance.

Mengutip Kontan, pada Januari 2019, Adira Finance telah menerbitkan dua surat utang dengan total dana sebesar Rp832 miliar. Pertama, obligasi berkelanjutan IV Adira Finance Tahap IV Tahun 2019 senilai Rp618 miliar dan sukuk mudharabah berkelanjutan III Adira Finance Tahap III Tahun 2019 yang sebesar Rp214 miliar.

Bulan berikutnya Adira kembali menerbitkan obligasi dan sukuk mudharabah berkelanjutan dengan nilai Rp2,09 triliun. Berupa Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap V Tahun 2019 dengan jumlah pokok Rp2 triliun serta Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Adira Finance Tahap IV Tahun 2019 dengan jumlah Rp96 miliar.

SUN

Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2019. Lelang yang akan berlangsung pada Selasa, 23 April 2019 punya target indikatif Rp15 triliun dengan target maksimal Rp30 triliun. Surat utang ini menawarkan kupon muai 7,37 persen hingga 8,37 persen.

Penjualan SUN tersebut akan dilaksanakan dengan menggunakan sistem pelelangan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Lelang bersifat terbuka (open auction), menggunakan metode harga beragam (multiple price). Pemenang lelang yang mengajukan penawaran pembelian kompetitif (competitive bids) akan membayar sesuai dengan yield yang diajukan.

Pemenang lelang yang mengajukan penawaran pembelian non-kompetitif (non-competitive bids) akan membayar sesuai dengan yield rata-rata tertimbang (weighted average yield) dari penawaran pembelian kompetitif yang dinyatakan menang.

Pemerintah memiliki hak untuk menjual ketujuh seri SUN tersebut lebih besar atau lebih kecil dari jumlah indikatif yang ditentukan. SUN yang akan dilelang mempunyai nominal per unit sebesar Rp1.000.000.

Industri Manufaktur

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengaku optimistis akan terjadi peningkatan investasi dan ekspansi di sekkor industri manufaktur seusai penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019.

Dengan mengimplementasikan peta jalan Making Indonesia 4.0, selain diproyeksi industri dapat tumbuh optimal, juga mendorong kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional.

“Setelah Pemilu 2019 akan banyak proyek priotitas yang akan segera berjalan, termasuk beberapa proyek prioritas seperti di industri petrokimia. Selain itu, finalisasi peraturan mengenai mobil listrik dan pemberian insentif bagi industri,” kata Menperin.

Airlangga menerangkan, tren petumbuhan industri seusai pemilu akan terjadi, karena Indonesia adalah negara yang paling matang dalam penerapan sistem demokrasinya. Demokrasi yang matang menjadi modal pemerintah dalam menarik investasi dari luar negeri.

“Optimisme pembangunan yang digaungkan pemerintah saat ini juga penting,” katanya.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)

Perseroan mendapatkan pekerjaan stasiun mass rapid transit di Taiwan dengan nilai Rp200 miliar pada April 2019.

Direktur Operasi III Wijaya Karya Destiawan Soewardjono mengungkapkan kontrak luar negeri yang didapatkan perseroan senilai Rp560 miliar per Februari 2019. Akan tetapi, perseroan telah mendapatkan kontrak pekerjaan stasiun mass rapid transit (MRT) di Taiwan senilai Rp200 miliar pada April 2019.

“Fisiknya kira-kira habis lebaran sudah mulai. (Kontrak) sudah di dapat dan sudah ditanda tangan,” jelasnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.

Destiawan mengungkapkan kontrak tersebut permulaan untuk pengerjaan sekitar 4 stasiun dari total 12 stasiun. Menurutnya, kontrak di Taiwan tersebut berpeluang bertambah hingga menjadi Rp500 miliar untuk pengerjaan sekitar 8 stasiun.

Selain di Taiwan, dia mengatakan perseroan juga tengah mengincar proyek jembatan di Serawak, Malaysia. Nilai kontrak dari pekerjaan itu ditaksir mencapai Rp1,7 triliun dengan porsi emiten berkode saham WIKA itu sebesar 40 persen.

(AM)