Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,18 persen di level 6.499, setelah sempat dibuka menguat di awal perdagangan kemarin.
IHSG melemah menyusul pelemahan rupiah terhadap Dolar AS yang ditutup pada kisaran Rp14,130 atau terdepresiasi 0,07 persen seiring investor asing mencatatkan aksi jual Rp545.36 miliar.
Pelemahan IHSG berbanding terbalik dengan penguatan Bursa Saham Asia menyusul meningkatnya optimisme bahwa AS dan China akan mencapai kesepakatan perdagangan pada akhir bulan ini.
Sedangkan di Amerika Serikat, Indeks Dow Jones Industrial Average (-0,79 persen), indeks S&P 500 (-0,39 persen), dan indeks Nasdaq Composite (-0,23 persen) masing-masing ditutup melemah.
Sebelumnya Wall Street sempat bergerak menguat menyusul laporan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat mencapai kesepakatan pada pertemuan tanggal 27 Maret mendatang.
Namun kemudian rilis pengeluaran konstruksi yang lemah membuat para ekonom memperkirakan pemerintah akan memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat.
IHSG Cenderung Melemah terbatas
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah setelah sempat menguji resistance level 6,545. Indeks berpotensi untuk melanjutkan pelemahannya dan menguji support level yang berada di 6,445. Stochastic berada di wilayah netral dengan kecenderungan melemah. Akan tetapi jika indeks berbalik menguat dapat kembali menguji resistance level 6,545.
Pada Selasa pagi (5/03) pukul 09.30 WIB, IHSG melemah 0,6 persen di level 6.449 dibandingkan penutupan kemarin.
BI Siapkan 4 Kebijakan Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Pada tahun 2018, Bank Indonesia menaikan tingkat suku bunganya hingga ke level 6 persen demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Namun demikian, Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan BI sudah punya 4 langkah kebijakan lainnya sebagai stimulus ekonomi agar meminimalisir dampak negatif dari kenaikan kenaikan tingkat suku bunga.
Keempat kebijakan tersebut di antaranya bekerja sama dengan OJK supaya sektor perbankan tidak menaikkan tingkat suku bunga segera setelah kenaikan tingkat suku bunga BI, integrasi ekonomi keuangan digital, pendalaman pasar keuangan repo interest rate swap, serta pengembangan ekonomi syariah.
AS Berencana Cabut GSP India
Presiden AS, Donald Trump, menyatakan pihaknya berencana untuk mencabut program Generalized System of Preferences (GSP) dari negara India.
Program GSP di India sendiri berpengaruh dalam mendorong masuknya barang dari India ke AS senilai US$5,6 miliar.
Ia menyatakan pemerintah India tidak bisa memberikan justifikasi terhadap kebijakan tarif tingginya sehingga pemberian program GSP ke India tidak menguntungkan AS, yang mana terefleksi dari defisitnya neraca perdagangan AS dari India US$27,3 miliar.
(KA02/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.