Bareksa.com - Sepekan kemarin, pergerakan pasar saham Tanah Air terlihat cukup bervariatif, di mana pada awal pekan mengalami pergerakan positif, namun pada dua hari berikutnya mengalami tekanan hebat, hingga di akhir pekan kembali terjadi rebound.
Dalam periode 25 Februari hingga 1 Maret 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat turun tipis 0,02 persen point to point ditutup di level 6.499,88.
Secara sektoral, mayoritas berakhir di zona merah sepanjang pekan lalu, kecuali tiga sektor yang berakhir di zona hijau yaitu konsumer (2,31 persen), infrastruktur (1,08persen), dan properti (0,43 persen).
Sementara itu, tiga sektor yang mengalami pelemahan terdalam yaitu pertanian (-4,63 persen), aneka industri (-4,16 persen), dan pertambangan (-2,73 persen).
Di sisi lain,investor asing terpantau keluar dari saham domestik dengan mencatatkan penjualan bersih (net sell) di seluruh pasar sepanjang pekan lalu senilai Rp928,62 miliar.
Meski begitu, jika dihitung sejak awal tahun 2019 hingga saat ini, investor asing masih menyisakan pembelian bersih (net buy) senilai Rp9,96 triliun.
Saham-saham yang terbanyak dilepas oleh investor asing dalam sepekan kemarin :
1. Saham ASII (Rp604,87 miliar)
2. Saham UNTR (Rp250,06 miliar)
3. Saham JPFA (Rp184,08miliar)
4. Saham BBTN (Rp144,21 miliar)
5. Saham ADRO (Rp116,89 miliar)
Berbagai Sentimen Pekan Lalu
Pada awal pekan, pasar keuangan Asia ramai-ramai bergerak ke zona hijau alias menguat. Penyebabnya adalah aura damai dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin kuat.
Selepas perundingan intensif selama 2 pekan di Beijing dan Washington, kedua negara terlihat harmonis.
Bahkan sudah ada garis besar kesepakatan dagang yang mencakup perlindungan terhadap kekayaan intelektual, perluasan investasi sektor jasa, transfer teknologi, pertanian, nilai tukar, dan hambatan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan.
Pelaku pasar semakin gembira saat Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menunda kenaikan bea masuk atas impor produk-produk China senilai US$200 miliar dari yang sebelumnya 10 persen menjadi 25 persen. Sejatinya, kenaikan tersebut berlaku mulai 2 Maret.
Namun karena dialog yang mulus, Trump akhirnya memutuskan untuk menunda kenaikan tersebut sampai batas waktu yang belum ditentukan. Robert Lighthizer, Kepala Perwakilan Dagang AS, mengungkapkan peraturan pemerintah yang mengatur penundaan ini akan terbit tidak lama lagi.
Kemudian Trump berencana mengundang Presiden China Xi Jinping ke resor golf miliknya di Florida untuk finalisasi dan pengesahan kesepakatan dagang. Pertemuan itu dijadwalkan berlangsung bulan ini.
Namun saat memasuki pertengahan pekan, sentimen tersebut mulai mereda. Pelaku pasar mulai “gatal” untukmencairkan keuntungan (profit taking) dari kenaikan yang terjadi di hari sebelumnya.
Ditambah lagi sikap AS yang berubah kembali “galak” kepada China. Lighthizer dalam paparannya di depan Komisi Perpajakan House of Representatives menyatakan sebuah negosiasi tidak akan begitu saja mengubah hubungan dagang AS-China. Dia membuka kemungkinan AS untk kembali menerapkan kenaikan bea masuk bagi produk-produk made in China.
Trump kemudian ikut memanaskan situasi. Eks taipan properti tersebut menyatakan siap untuk membatalkan perundingan dagang dengan China jika hasilnya tidak memuaskan.
"Saya selalu siap untuk keluar. Saya tidak pernah takut untuk keluar dari kesepakatan, termasuk dengan China," tegasnya, dilansir dari Reuters.
Kondisi tersebut membuat pasar saham Asia kembali ditinggalkan karena pelaku pasar memilih untuk bermain aman. Prospek damai dagang AS - China yang masih samar-samar memang menjadi sebuah risiko besar bagi perekonomian global.
Namun pada akhir pekan datang sebuah sentimen positif yang mampu mendorong laju IHSG, yaitu rilis data inflasi. Pada Februari 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi 0,08 persen secara bulanan (month on month/MoM) dan 2,57 persen secara tahunan (year on year/YoY).
Laju inflasi yang tidak terlalu tinggi, bahkan ada deflasi secara bulanan, adalah pertanda bahwa tidak ada tekanan kenaikan harga yang berarti di tingkat konsumen. Ini menjadi ruang untuk mendongkrak daya beli.
Analisis Teknikal IHSG
Sumber : Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal pergerakan IHSG sepanjang pekan lalu terlihat bervariatif dengan kecenderungan lebih tertekan, meskipun pada akhir pekan mulai ada aksi rebound.
Posisi IHSG saat ini berada di sekitar garis MA 20, yang apabila bergerak di bawah garis tersebut ada potensi IHSG mengalami koreksi jangka pendek, terlebih apabila menembus level support di 6.374.
Di sisi lain, indikator relative strength index (RSI) terpantau mulai berbalik arah setelah memasuki area jenuh jual, mengindikasikan adanya momentum kenaikan jangka pendek dengan target terdekat berada di level resistance di 6.581.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.