BI Rate Tetap 6 Persen, IHSG Berpotensi Menguat Terbatas

Bareksa • 22 Feb 2019

an image
Karyawan Bank Indonesia memberikan edukasi kepada pelajar tentang sejarah berdirinya Gedung Bank Indonesia provinsi Aceh di Banda Aceh. ANTARA FOTO/Ampelsa

Perkembangan negosiasi dagang AS - China mulai menemukan titik terang

Bareksa.com - IHSG ditutup naik 0,38 persen di 6,537 dengan sektor pertambangan membukukan kenaikan tertingi 1,5 persen sedangkan sektor aneka industri mengalami penurunan terdalam 0,94 persen.

Saham BMRI, TPIA dan PGAS menjadi market leader sedangkan saham UNVR, ASII dan BNLI menjadi market laggard. Pasar merespons keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-Days Repo Rate di level 6 persen. Selain itu, pasar juga menantikan rilis kinerja keuangan untuk tahun 2018.

Bursa Saham Wall Street melemah dengan indeks DJIA turun 0,4 persen, S&P 500 turun 0,35 persen dan Nasdaq turun 0,39 persen dipicu rilis data ekonomi yang berada di bawah ekspektasi serta berlangsungnya perundingan dagang antara AS dan China menjelang tenggat waktu 1 Maret.

Departemen Perdagangan mengatakan pesanan baru untuk barang-barang modal utama buatan AS secara tak terduga turun pada bulan Desember. Markit PMI index juga turun ke level 53.7 di bulan Februari, level terendah dalam 17 bulan terakhir.

IHSG Berpotensi Menguat Terbatas

IHSG pada perdagangan kemarin sempat dibuka melemah, namun akhirnya mampu ditutup menguat di 6,537.

Indeks berpeluang untuk melanjutkan penguatannya menuju resistance level 6,580. Stochastic berada pada kecenderungan menguat. Namun jika indek berbalik melemah dapat menguji support level 6,500.

BI Pertahankan Tingkat Suku Bunga Acuan 6 Persen

Setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) diadakan pada tanggal 20-21 Februari kemarin, Dewan Gubernur BI memutuskan untuk menahan tingkat suku, atau yang biasa disebut 7-Days Repo Rate (7-DRR) di level 6 persen.

Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, penahanan tingkat suku bunga ini sejalan dengan arah kebijakan BI untuk menekan defisit transaksi berjalan, serta menjaga daya tarik pasar keuangan Indonesia di mata investor global. 

Perkembangan Negosiasi Dagang Mulai Menemukan Titik Terang

Negosiasi antara pemerintah AS dan China mulai menemukan titik terang. Kedua belah pihak sudah mulai membicarakan 6 hal teknis yang menjadi poin krusial bagi kesepakatan ini.

Adapun 6 hal tersebut antar lain, transfer teknologi, hak intelektual, produk jasa, nilai tukar, produk pertanian, serta halangan non-tarif.

Secara khusus, terkait produk pertanian, pemerintah China menawarkan penambahan impor kedelai dari AS senilai US$30 miliar dalam satu tahun.

(KA02/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.