Bareksa.com - Sepekan kemarin, pergerakan pasar saham Tanah Air terlihat cukup tertekan karena mengalami koreksi dibandingkan pekan sebelumnya, meskipun relatif tipis.
Dalam periode 4 hingga 8 Februari 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah 0,26 persen point to point dengan ditutup di level 6.521,66.
Secara sektoral, mayoritas sektor berakhir di zona merah pada pekan kemarin, dengan tiga sektor yang mencatatkan pelemahan terdalam yaitu aneka industri (-2,32 persen), industri dasar (-1,37 persen), dan pertanian (-1,06 persen).
Sementara itu, tiga sektor yang berakhir di zona hijau pada pekan kemarin yaitu infrastruktur (2,35 persen), properti (1,47 persen), dan perdagangan (0,75 persen).
Di sisi lain,investor asing terpantau masih cukup banyak memburu saham domestik dengan mencatatkan penjualan bersih (net sell) di seluruh pasar sepanjang pekan lalu senilai Rp211,81miliar.
Namun jika sejak awal tahun 2019 hingga saat ini, investor asing masih mengakumulasikan pembelian bersih (net buy) senilai Rp14,3 triliun.
Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing dalam sepekan kemarin :
1. Saham BBCA (Rp593,1 miliar)
2. Saham BBNI (Rp153,2 miliar)
3. Saham CPIN (Rp103,2miliar)
4. Saham TOWR (Rp100,6 miliar)
5. Saham EXCL (Rp82,8miliar)
Berbagai Sentimen Pekan Lalu
Sejatinya, sentimen sepanjang pekan lalu cukup bervariasi namun memang cenderung lebih banyak sentimen negatif yang hadir mewaranai jalannya perdagangan bursa saham Tanah Air.
IHSG memulai perdagangan awal pekan lalu, Senin (4/2/2018), dengan koreksi 0,87 persen ke level 6.481. Penurunan itu disebabkan pelemahan rupiah yang berujung koreksi pada IHSG.
Data Penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian AS periode Januari 2019 diumumkan sebanyak 304.000, nyaris 2 kali lipat dari ekspektasi pasar yang dihimpun Refinitiv sebanyak 165.000. Akibatnya dolar AS banyak diburu dan menekan mata uang lainnya termasuk rupiah.
Aksi profit taking juga dimanfaatkan sebagian pelaku pasar di tengah perdagangan yang kurang ramai. Maklum saja, pada hari Selasa (5/2/2019), bursa saham diliburkan bertepatan dengan peringatan Tahun Baru Imlek.
Aktivitas bursa saham kembali dibuka normal pada Rabu (6/2/2019), selepas tanggal merah. IHSG mengakhiri perdagangan hari itu dengan menguat 1,02 persen ke level 6.547.
Penguatan tersebut didorong oleh data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang secara keseluruhan pada tahun 2018 tumbuh 5,17 persen YoY, di atas ekspektasi konsensus pasar yang sebesar 5,15 persen.
Keesokan harinya, pada Kamis (7/2/2019) IHSG kembali mengalami koreksi 0,17 persen ke level 6.536. Pelemahan tersebut disebabkan data indeks sektor konsumer yang melemah karena lesunya angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Bank Indonesia (BI) kembali merilis angka IKK periode Januari 2019 di level 125,5, turun dibandingkan capaian bulan Desember di level 127.
Jelang penutupan bursa saham pekan pertama Februari, Jumat (8/2/2019), IHSG kembali berakhir dengan koreksi 0,22 persen ke level 6.521.
Pasar cenderung “galau" menantikan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal ke-IV 2018 hingga sempat melemah 0,57 persen. Maklum saja, hal tersebut memicu kekhawatiran karena data current account atau transaksi berjalan (salah satu pembentuk NPI) selalu negatif dalam beberapa tahun belakangan.
Namun pasar mulai tenang kembali setelah mendengar "kisi-kisi" Gubernur BI selepas sholat Jumat, yang mengungkapkan NPI kuartal IV 2018 mencatat surplus sekitar US$5 miliar.
Angka tersebut merupakan prestasi yang sangat baik, mengingat NPI selalu defisit sejak kuartal I 2018. Surplus US$5 miliar menjadi catatan terbaik sejak kuartal III 2018.
Benar saja, BI mengumumkan NPI kuartal IV 2018 tercatat surplus US$5,42 miliar. Namun karena terus defisit pada tiga kuartal sebelumnya, NPI sepanjang 2018 tetap tercatat minus US$7,13 miliar.
Hal yang disayangkan adalah defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) kuartal IV yang mengalami defisit 3,57 persen dari produk domestik bruto (PDB), yang merupakan defisit terdalam sejak kuartal II 2014.
Analisis Teknikal IHSG
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal pergerakan IHSG sepanjng pekan lalu terlihat cenderung bergerak datar akibat kenaikan dan penurunan yang seimbang, meskipun jika dibandingkan pekan sebelumnya tercatat sedikit lebih rendah.
Pergerakan IHSG saat ini masih cukup kokoh dalam fase uptrend-nya yang ditandai dengan posisinya yang masih konsisten terjaga di atas garis middle bollinger band.
Indikator relative strength index (RSI) juga terpantau sedikit bergerak turun, mengindikasikan sinyal kenaikan yang sedang tertahan.
Posisi IHSG saat ini memang cenderung rawan terkoreksi mengingat kenaikannya sejak awal tahun yang sudah lumayan tinggi mencapai 5.28 persen, sehingga bisa menggoda pelaku pasar untuk mulai mencairkan keuntungannya.
Namun selama IHSG masih berada di atas level psikologis 6.500, pelemahan yang terjadi merupakan koreksi sehat yang wajar terjadi di dalam suatu fase uptrend.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.