BI Rate Diperkirakan Tetap, IHSG Dibuka Menguat 0,59 Persen

Bareksa • 17 Jan 2019

an image
Karyawan melintas di bawah monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (19/12). IHSG kembali mencetak rekor tertinggi baru sepanjang masa ditutup naik 33,7 poin atau 0,55 persen menjadi 6.167,67 setelah sebelumnya juga sempat rekor di 6.113,653 pada Kamis 14 Desember 2017. (ANTARA FOTO/Sigid K)

Salah satu sentimen global adalah BoE memproyeksikan tidak ada kenaikan suku bunga dalam waktu dekat

Bareksa.com - Pasar modal Indonesia dalam pembukaan perdagangan hari ini 17 Januari 2019 terpantau bergairah seiring dengan harapan pelaku pasar terhadap suku bunga acuan yang dipertahankan dan sentimen positif dari bursa global.

Wall Street pada Rabu, 16 Januari 2019, ditutup menguat dengan indeks Dow Jones (DJIA) naik 0,59 persen, S&P 500 naik 0.22 persen dan Nasdaq naik 0,15 persen. Pergerakan saham-saham di Bursa New York tersebut dipicu oleh rilis kinerja keuangan kuartal IV 2018 yang positif dari emiten perbankan seperti Goldman Sachs dan Bank of America.

Mengikuti bursa AS, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dibuka menguat 0,59 persen ke level 6.450, dengan sektor tambang memimpin penguatan indeks secara sektoral. Sebelumnya, bursa Asia ditutup bervariasi di tengah ketidakpastian Brexit setelah proposal perjanjian keluarnya Inggris dari Uni Eropa ditolak oleh Parlemen Inggris.

Sebelumnya, IHSG ditutup menguat tipis pada perdagangan kemarin berada di level 6.413. Indeks juga sempat menguji support di level 6.380, tetapi belum mampu melewatinya. Hal ini memberikan peluang untuk kembali bergerak menguat menuju resistance di level 6,445. Namun, jika indeks berbalik melemah dapat mengalami konsolidasi dengan menguji support level 6.380.

Suku Bunga Acuan Diproyeksikan Tetap

Sejak kemarin, Bank Indonesia (BI) sedang mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk menentukan arah kebijakan moneter dalam 1 bulan ke depan, khususnya kebijakan penentuan tingkat suku bunga.

Diperkirakan, BI akan mempertahankan tingkat suku bunga, atau yang biasa disebut 7-Days Repo Rate (7-DRR), pada level 6,00 persen. Salah satu pertimbangannya ialah berkurangnya probabilitas bahwa The Fed akan meningkatkan suku bunga dalam waktu dekat serta masih stabilnya tingkat inflasi bulanan.

Sementara itu, bank sentral Inggris, Bank of England (BOE), juga diperkirakan akan menunda kenaikan tingkat suku bunga acuan karena sejumlah faktor yang menunjukkan perlambatan ekonomi. Gubernur Bank of England, Mark Carney, menyatakan bahwa kemungkinan BoE menaikan tingkat suku bunga semakin rendah.

Pasalnya, tingkat inflasi Inggris pada Desember 2018 mengalami perlambatan ke level 2,1 persen. Hal ini menambah daftar panjang alasan BoE untuk menunda kenaikan tingkat suku bunga, selain karena adanya perlambatan ekonomi, ketidakpastian terkait Brexit menjadi salah satu faktor utama lainnya.

Dampak Government Shutdown AS

Government shutdown (penutupan pemerintahan) yang dialami oleh pemerintah pusat Amerika Serikat mungkin akan lebih parah dari yang diperkirakan sebelumnya. Menurut salah satu pegawai gedung putih, diperkirakan government shutdown akan mengurangi Produk Domestik Bruto (PDB )kuartal-I sebesar 0,13 persen setiap pekannya.

Proyeksi ini jauh lebih tinggi dibandingkan proykesi investor, yang memperkirakan penurunan PDB tiap pekannya sebesar 0,05 persen. Pengurangan ini didasarkan bukan hanya berdasarkan jumlah pegawai kementerian yang dirumahkan, tetapi juga berdasarkan berkurangnya pendapatan dari kontraktor federal. (KA02/hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.