Brexit Raih Dukungan dan CAD Indonesia Berpotensi Melebar, Bagaimana Arah IHSG?

Bareksa • 16 Nov 2018

an image
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (31/7). ANTARA FOTO/Reno Esnir

Pada perdagangan Kamis, 15 November, IHSG ditutup menguat 1,66 persen di level 5.955

Bareksa.com - Setelah dua hari sebelumnya mengalami penguatan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil kembali melanjutkan tren positifnya dengan berakhir di zona hijau untuk keitga hari beruntun pada perdagangan kemarin.

Sejumlah sentimen positif memang mendorong minat pelaku pasar untuk berburu aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Dari Eropa, Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil mengamankan dukungan dari kabinetnya terkait dengan draf keluarnya Inggris dan Uni Eropa (Brexit).

Salah satu poin penting dalam draf tersebut adalah disetujuinya masa transisi yang bisa diperpanjang paling lambat pada pertengahan 2020. Selama masa transisi berlaku, kerja sama yang selama ini berlaku antara Inggris dengan Uni Eropa (seperti di bidang perdagangan dan imigrasi) akan tetap dijalankan, memberikan kepastian bagi dunia usaha sambil menyiapkan diri untuk perpisahan sesungguhnya.

Sementara dari dalam negeri, sebenarnya ada sentimen negatif yang membayangi IHSG kemarin. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional periode Oktober 2018, di mana ekspor tumbuh 3,59 persen year on year (yoy), sementara impor tumbuh jauh lebih tinggi 23,66 persen YoY. Kondisi tersebut membuat neraca perdagangan mengalami defisit dalam mencapai US$1,82 miliar.

Sekadar informasi, neraca perdagangan Oktober akan menjadi awal pembentukan transaksi berjalan (current account) untuk kuartal IV 2018. Awal yang buruk dikhawatirkan membuat transaksi berjalan akan mengalami defisit parah seperti kuartal sebelumnya, yang mencapai 3,37 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Namun kekhawatiran tersebut hilang setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2018. yang memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate 25 bps (0,25 persen) ke level 6 persen.

Keputusan yang cukup mengejutkan, karena konsensus pasar memperkirakan suku bunga acuan ditahan di level 5,75 persen.

Kemudian data penjualan mobil di pasar Indonesia untuk periode Oktober 2018 juga menjadi sentimen positif, terkhusus bagi saham PT Astra International Tbk (ASII) yang menjadi salah satu penggerak utama kenaikan IHSG kemarin.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil di Indonesia pada periode Oktober 2018 tercatat 106.050 unit, naik 12 persen dibandingkan Oktober 2017, serta naik sebesar 13,7 persen dibandingkan dengan penjualan otomotif pada September 2018 sebanyak 93.309 unit.

Pada perdagangan Kamis, 15 November, IHSG ditutup menguat 1,66 persen dengan berakhir di level 5.955,7. Aktivitas perdagangan tergolong ramai di mana tercatat 11,45 miliar saham ditransaksikan dengan nilai transaksi mencapai Rp8,56 triliun.

Sebanyak 226 saham mengalami kenaikan, 152 saham mengalami penurunan, serta 135 saham tidak mengalami perubahan harga.

Selain itu, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) yang signifikan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,37 triliun.

Secara sektoral, hampir seluruhnya berakhir di zona positif pada perdagangan kemarin, kecuali sektor pertambangan yang berakhir melemah 0,21 persen.

Tiga sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi yaitu aneka industri (3,72 persen), infrastruktur (2,77 persen), dan konsumer (2,08 persen).

Saham - saham yang mendorong IHSG pada perdagangan kemarin :

• PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) : 4,3 persen
• PT Astra International Tbk (ASII) : 4,3 persen
• PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) : 3,3 persen
• PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) : 3,9 persen
• PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) : 2,8 persen

Analisis Teknikal IHSG


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body yang besar serta terdapat short upper shadow.

Kondisi tersebut menggambarkan IHSG mengalami pergerakan yang positif dalam rentang yang lebar menguat hingga hampir ditutup pada level tertingginya, dengan didukung saham-saham big caps yang kompak berakhir menguat.

Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat sudah berada di jalur positif sejak awal pembukaaan meskipun menjelang penutupan sesi pertama terlihat adanya sedikit penurunan. Namun saat memasuki sesi kedua, IHSG kembali bangkit dan melanjutkan pergerakan positifnya hingga hampir ditutup pada level tertingginya.

Indikator relative strength index (RSI) terpantau masih bergerak naik mengindikasikan IHSG sedang dalam momentum positifnya.

Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi menguat, meskipun mulai dibayangi adanya aksi profit taking mengingat IHSG yang sudah rally dalam tiga hari terakhir.

Kemudian di sisi lain, kondisi bursa Amerika Serikat (AS) yang ditutup kompak rebound dengan berakhir menguat pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang mendorong laju IHSG pada hari ini.

Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,83 persen, S&P500 naik 1,06 persen, dan Nasdaq bertambah 1,72 persen.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut