Bareksa.com - Ketidakpastian global masih menghantui perekonomian dunia yang berdampak pada keluarnya sejumlah dana dari pasar saham dan pasar surat utang sejumlah negara termasuk Indonesia, meski fundamental domestik masih memperlihatkan kinerja yang sehat.
Analis PT Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menyatakan angka penjualan ritel dan kinerja keuangan sejumlah korporasi masih mencatatkan kinerja positif hingga kuartal ketiga 2018. Ditengah-tengah gejolak yang masih membayangi pasar saham, kinerja keuangan sejumlah emiten yang memperlihatkan kenaikan positif pada kuartal ketiga tahun ini, menjadi sentiment positif.
"Penjualan semen mulai memperlihatkan tren kenaikan hingga kuartal tiga 2018, tumbuh 4,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu," ujarnya dalam hasil riset yang dipublikasi, Selasa (23/10).
Penjualan wholesale mobil naik 6,8 persen secara tahunan dan penjualan retail mobil meningkat 10,8 persen hingga kuartal ketiga 2018. Penjualan motor mengalami pertumbuhan 8,8 persen sepanjang Januari-September 2018, dibanding periode yang sama tahun lalu.
Bahkan beberapa perusahaan retail mencatatkan kenaikan pertumbuhan rata-rata penjualan di tiap toko atau yang lebih dikenal dengan same store sales growth (SSSG) di luar ekspektasi.
Sebut saja PT Ace Hardware Tbk (ACES) membukukan kenaikan SSSG 11,3 persen pada September, dibanding periode yang sama tahun lalu. Kemudian PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga sukses mencatat kenaikan SSSG 11 persen pada periode yang sama.
"Sejumlah capaian kinerja ini menjadi sentiment positif bagi pasar saham domestik meski sifatnya jangka pendek," ungkapnya.
Menurut Wafi rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika masih menjadi perhatian para investor serta kesehatan fiskal Indonesia yang tercermin dari asumsi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019, yang masih didiskusikan oleh pemerintah bersama parlemen.
Wafi menuturkan beberapa asumsi makro ekonomi seperti target pertumbuhan ekonomi, level rupiah dan lifting minyak sudah lebih realistis dibanding asumsi awal yang disampaikan dalam RAPBN 2019.
Namun pasar masih menanti upaya lanjutan pemerintah untuk melakukan reformasi energi ke depannya sehingga subsidi energi khususnya untuk bahan bakar minyak (BBM) bisa kembali ditekan .
‘’Kinerja keuangan emiten dan perekonomian Indonesia secara domestik masih cukup baik hingga kuartal ketiga tahun ini, namun masih ada sejumlah risiko yang perlu diamati kedepannya antara lain harga minyak dunia cenderung naik, sedangkan harga batu bara dan CPO masih tertekan karena permintaan yang turun,’’ papar Wafi.
Dengan memperhatikan pencapaian hingga kuartal ketiga dan risiko perekonomian baik secara domestik dan global ke depan, kata dia, Bahana masih merekomendasikan beli untuk beberapa saham pilihan yang terbilang aman dan tahan uji ditengah berbagai gejolak yang ada.
Beberapa saham tersebut di antaranya PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Emiten yang satu ini terbilang masih akan mengantongi keuntungan hingga akhir tahun karena pengguna telekomunikasi dan paket data masih tinggi ke depannya.
"Selain itu perusahaan telekomunikasi milik negara ini terbilang rajin membagi dividen," ungkap Wafi.
Saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Aces Hardware Tbk (ACES) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga cukup menjanjikan karena didukung oleh daya beli masyarakat untuk kelas masyarakat menengah ke bawah yang masih kuat serta rencana kenaikan upah minimum propinsi yang direncanakan naik sekitar 8 persen.
"Tak ketinggalan saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) juga direkomendasikan beli oleh Bahana sebagai pemain terbesar dalam industri semen yang sudah memiliki jaringan di hampir seluruh Indonesia," pungkasnya.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.