Sentimen Perang Dagang AS - China Kembali Memanas, Ini Prospek IHSG

Bareksa • 12 Sep 2018

an image
Seorang karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

Pada perdagangan Senin, 10 September 2018, IHSG ditutup melemah 0,35 persen dan berakhir di level 5.831

Bareksa.com - Mengawali pekan kedua di bulan September 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau mengalami koreksi setelah sebelumnya menguat di dua hari beruntun pada akhir pekan kemarin.

Kemduian pada perdagangan Selasa, pasar saham domestik libur untuk memperingati tahun baru 1440 hijriah.

Hal itu cukup menguntungkan, meningat pada perdagangan kemarin bursa saham kawasan Asia cenderung melemah.

Pasar keuangan Asia masih dibebani oleh sentimen perang dagang yang mencuat akhir pekan lalu. Presiden AS Donald Trump menegaskan siap menerapkan bea masuk baru bagi impor produk China senilai US$200 miliar.

Setelah itu, akan ada bea masuk tambahan lagi bagi impor senilai US$267 miliar. 

"(Bea masuk) US$200 miliar yang dibicarakan itu bisa diterapkan sesegera mungkin, tergantung China. Saya benci mengatakan ini, tetapi setelah itu ada (bea masuk untuk importasi) US$267 miliar yang siap diterapkan kalau saya mau," tegas Trump akhir pekan lalu, dikutip dari Reuters. 

Pada perdagangan Senin, 10 September 2018, IHSG ditutup melemah 0,35 persen dan berakhir di level 5.831,12.

Aktivitas perdagangan tergolong relatif sepi di mana tercatat 11,47 miliar saham ditransaksikan dengan nilai transaksi Rp6,31 triliun.

Sebanyak 164 saham mengalami kenaikan, sementara 214 saham mengalami penurunan, serta 118 saham tidak mengalami perubahan harga.

Selain itu, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) pada perdagangan kemarin senilai Rp140,24 miliar.

Secara sektoral, delapan dari 10 sektor berakhir di zona negatif pada perdagangan Senin. Hanya sektor pertambangan dan pertanian yang berakhir menghijau dengan masing-masing menguat 0,51 dan 0,03 persen.

Tiga sektor yang mencatatkan penurunan terdalam pada Senin :

1. Sektor keuangan (-0,65 persen)
2. Sektor infrastruktur (-0,51 persen)
3. Sektor industri dasar (-0,47 persen).

Saham - saham yang membebani IHSG pada perdagangan Senin  :

• PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) : -2,1 persen
• PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) : -2 persen
• PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) : -0,4 persen
• PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) : -0,8 persen
• PT United Tractors Tbk (UNTR) : -1,3 persen

Analisis Teknikal IHSG


Sumber : Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk hammer yang menggambarkan pergerakan cukup baik karena mampu rebound dari level terendahnya, meskipun masih berada sedikit di bawah dari penutupan akhir pekan kemarin.

Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat sudah berada di zona merah sejak awal pembukaan dan turun di 10 menit awal perdagangan.

Namun setelah itu, penurunan IHSG cenderung berkurang dengan secara perlahan bergerak naik meskipun pada akhirnya masih ditutup pada zona merah.

Penurunan IHSG hari Senin kemarin terbilang masih cukup wajar, dengan potensi untuk menutup gap pada level 5.869 – 5.889.

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terlihat bergerak flat mengindikasikan momentum kenaikan yang sedikit tertahan.

Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak menguat melanjutkan momentum kenaikan akhir pekan lalu yang sedikit tertahan.

Selain itu, bursa Amerika Serikat (AS) yang ditutup positif pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen positif yang kembali mendorong laju IHSG ke zona hijau.

Indeks Dow Jones pada Selasa ditutup naik 0,31 persen, S&P500 menguat 0,37 persen, dan Nasdaq bertambah 0,61 persen.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.