Bareksa.com – Melonjaknya harga minyak global mendorong saham - saham di sektor pertambangan tetap melaju positif. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambrol sejak awal 2018.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2018 telah menyentuh level US$74,58 per barel pada 2 Juli 2018.
Artinya harga minyak telah naik 24,5 persen sejak awal tahun yang saat itu masih sekitar US$60 per barel.
Kenaikan ini terjadi setelah Amerika Serikat (AS) mendorong penerapan sanksi terhadap Iran.
Mengutip Reuters, pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan pemerintah AS meminta sekutunya untuk menghentikan impor minyak mentah dari Iran.
"Iya, kami meminta mereka menghentikan impor”.
AS mendorong sekutunya, termasuk China dan India untuk memangkas impor minyak mentah dari Iran menjadi nol pada November tahun ini.
Pejabat yang enggan disebut namanya ini mengatakan AS berniat mengisolasi sumber dana Iran.
Sekedar mengingatkan, Iran adalah produsen minyak terbesar ketiga di OPEC. Produksi minyak Iran melonjak setelah penghentian sanksi pada 2016 lalu.
Kinerja Indeks Pertambangan
Indeks pertambangan tercatat berhasil naik paling tinggi hingga 16,61 persen di tengah penurunan IHSG yang mencapai 9,35 persen sejak awal tahun 2018.
Perbandingan Pergerakan IHSG dan Indeks Sektoral Year to Date (YTD)
Sumber : Bareksa
Harga Batu Bara
Kenaikan harga minyak global juga mendorong pergerakan harga batu bara global yang terus mencetak kenaikan sejak Mei lalu, baik itu batu bara Newcastle ataupun Rotterdam.
Pada penutupan perdagangan Senin, 29 Juni 2018, harga batu bara ICE Future Exchange kontrak Juli ditutup menguat ke level US$113,9 per metrik ton.
Atau jika dihitung secara year to date (ytd), harga batu bara tercatat melonjak 19,45 persen. Pada 13 Juni lalu, harga batu bara bahkan menembus US$115,35 per metrik ton, level tertingginya sejak 2013.
Harga batu bara mencatat penguatan signifikan sepanjang semester I tahun ini. Sempat merosot di kuartal pertama, harga batu bara konsisten terus menguat dan menduduki level US$100 per metrik ton hingga akhir semester I.
Pergerakan Harga Batu Bara dalam 5 Tahun Terakhir
Kenaikan harga batu bara pada Mei hingga akhir Juni, seriring dengan konsumsi batu bara yang meningkat di China. Hal ini terefleksi dari konsumsi power di China pada Mei yang naik 9,75 persen secara tahunan (YoY) dan power generation juga mengalami kenaikan 8,5 persen YoY.
Satu sisi, China, khususnya di Provinsi Hubei berencana akan menutup tambang-tambang berskala kecil yang memproduksi batu bara kurang dari 90.000 ton per tahun.
Provinsi Hubei tersebut juga akan menghentikan izin pembukaan tambang baru dan akan menghentikan pembangunan konstruksi baru untuk proyek-proyek tambang batu bara.
Sebagai informasi, Provinsi Hubei juga merupakan salah satu provinsi penghasil batu bara terbesar di China.
China saat ini terus mengkampanyekan penggunaan energi terbarukan dan ramah lingkungan, karena tingkat polusi udara yang cukup tinggi dan menurunkan kualitas kesehatan di Negeri Panda.
Potensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat juga masih menjadi ancaman bagi permintaan batu bara di China. Sebab jika perang dagang memanas, maka dikhawatirkan akan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Khususnya perlambatan pada pertumbuhan ekonomi negara yang terlibat perang dagang tersebut, dalam hal ini adalah Amerika Serikat dan China. Hal ini akan menjadi katalis negatif bagi permintaan batu bara secara umum.
Untuk diketahui China dan Amerika Serikat merupakan dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar. Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi mereka bakal turun akibat perang dagang, maka hal itu berpotensi akan mengurangi tingkat penggunaan batu bara kedua negara.
Hal itu mengingat AS dan China merupakan konsumen terbesar batu bara. Jika konsumsi dari kedua negara tersebut turun, maka akan berdampak negatif bagi pergerakan harga batu bara
Harga Saham Batu Bara Year to Date (YTD)
Sumber : Bareksa
Pergerakan harga batu bara global juga menjadi katalis bagi pergerakan saham - saham emiten batu bara di Bursa Efek Indonesia. Di antaranya adalah saham PT Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Sejak awal tahun hingga perdagangan kemarin saham PTBA berhasil naik 60 persen ke level Rp4000, HRUM naik 14,63 persen menjadi Rp2.350 dan ITMG naik 7,5 persen ke harga Rp22.200.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.