Bareksa.com - Sebulan terakhir sektor - sektor yang sensitif dengan nilai tukar rupiah terperosok lebih dalam dibandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pertama, sektor keuangan anjlok 7,8 persen yang paling mendorong turunnya IHSG hingga 4,62 persen.
Tingginya fluktuasi nilai tukar rupiah dalam sebulan terakhir ini mendorong kekhawatiran meningkatnya rasio kredit bermasalah tidak hanya pada industri perbankan tetapi juga pada industri pembiayaan seperti leasing.
Kenaikan risiko di sektor keuangan membuat investor banyak melakukan penjualan terutama investor asing.
Pergerakan per Sektor Saham Sebulan Terakhir per 27 Juni 2018
Sumber: Bareksa.com
Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga mempengaruhi sejumlah sektor saham lainnya.
kedua, pada sektor aneka industri terjadi pelemahan 6,89 persen dalam sebulan terakhir.
Pelemahan ini disebabkan bahan baku sejumlah emiten di sektor ini harus dibeli dengan mata uang asing, seperti pada industri otomotif.
Sehingga pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak pada harga jual kendaraan.
Ketiga, emiten yang memiliki utang dolar AS tetapi penerimaan pendapatan dalam rupiah juga terbebani dengan pelemahan rupiah.
Sehingga emiten memiliki eksposure utang dolar AS berdampak terhadap kerugian selisih kurs. Hal ini biasanya terjadi pada emiten properti yang juga sektor saham properti ikut melemah 5,5 persen.
Keempat, saham sektor konsumsi juga merosot 5,06 persen. Beberapa perusahan pada industri barang konsumsi mengandalkan impor dalam memenuhi kebutuhan produksi. Investor khawatir akan terjadi kenaikan biaya produksi di saat volatilitas rupiah meningkat.
Dan dalam sebulan terakhir, nilai tukar rupiah telah melemah 1,46 persen dibanding dolar Amerika Serikat. Per 28 Juni 2018 posisi rupiah masih Rp14.271 per dolar AS
Kurs Rupiah Terhadap Dolar AS
Sumber: Bareksa.com
(AM)